Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

12

BAB 2 LANDASAN TEORI

Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

Subbab ini menguraikan beberapa teori pendukung penelitian. Teori-teori tersebut di antaranya adalah Pembelajaran Bahasa Indonesia, Membaca Menulis Permulaan, Metode Montessori, Perkembangan Anak, dan Alat Peraga Montessori. 2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Uraian dalam subbab ini terdiri dari pembelajaran dan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut. 2.1.1.1 Pembelajaran Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan Al- Tabany, 2014: 19. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengartikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan pengalaman siswa di dalam kelas dan dalam situasi pembelajaran lain di sekolah, siswa dengan saling berbagi, diharapkan mampu memperoleh hikmah pembelajaran agar pembelajaran menjadi bermakna Suyono Hariyanto, 2011: 15. Selain perngertian-pengertian pembelajaran, terdapat ciri-ciri dan prinsip dalam pembelajaran. Siregar Nara 2010: 13 menyebutkan empat ciri pembelajaran, yakni 1 pembelajaran merupakan upaya sadar dan disengaja, 2 pembelajaran harus membuat siswa belajar, 3 tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, dan 4 pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya. Selain terdapat ciri dalam pembelajaran, Gagne dalam Siregar Nara, 2010: 16 mengemukakan Sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sembilan prinsip tersebut antara lain 1 menarik perhatian, 2 menyampaikan tujuan pembelajaran, 3 mengingatkan konsep yang telah dipelajari, 4 menyampaikan materi pelajaran,5 memberikan bimbingan belajar, 6 memperoleh kinerjapenampilan siswa, 7 memberikan balikan, 8 menilai hasil belajar, dan 9 memperkuat transfer belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar dan dilaksanakan secara terkendali dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dalam pembelajaran. 2.1.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa tidak lepas dari pendekatan pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Terdapat empat pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yakni pendekatan tujuan, pendekatan struktural, pendekatan komunikatif, dan pendekatan terpadu. Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak dicapai. Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa, yang dilandasi oleh asumsi yang menganggap bahasa sebagai seperengkat kaidah bahasa atau tata bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam situasi formal maupun non formal, tiap-tiap aspek tidak berdiri sendiri melainkan bersama-sama dalam penggunaannya. Dengan kata lain, penggunaan bahasa dalam praktik komunikasi akan tampil secara terpadu Slamet, 2014: 19- 22. Dalam praktik pembelajaran di SD, untuk kelas 1 dan 2 kelas rendah, pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan untuk kelas 3-6 kelas tinggi menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum. Pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara terpadu antara empat aspek keterampilan berbahasa kompetensi dasar, kebahasaan kompetensi kebahasaan, dan sastra. Dari keempat aspek keterampilan tersebut, dapat difokuskan pada salah satu aspek saja, sedangkan aspek yang lain sebagai variasi kegiatan belajar siswa. Tujuannya agar keempat aspek tersebut dikuasai secara seimbang dan pembelajaran tidak monoton Solchan, 2008: 11.6-11.7. Dengan demikian, pembelajaran Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran dengan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan komunikasi lisan dan tulis yang melibatkan aspek keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. 2.1.2 Membaca Menulis Permulaan 2.1.2.1 Membaca Permulaan Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin dalam Slamet, 2014: 107 mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yakni sebagai berikut, 1 peningkatan ucapan, 2 kesadaran fonemik bunyi bahasa, 3 hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca, 4 membedakan bunyi-bunyi merupakan hal penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca, 5 kemampuan mengingat, 6 membedakan huruf, 7 orientasi ke kiri dan ke kanan, 8 keterampilan pemahaman, dan 9 penguasaan kosakata. 2.1.2.1.1 Materi Pembelajaran Membaca Permulaan Materi membaca permulaan di SD terdapat di kurikulum dan silabus kelas I dan II. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada kelas I saja. Materi membaca permulaan untuk kelas I semester pertama dan kedua diuraikan oleh Slamet 2014: 24-27 sebagai berikut: 1. Kelas I Semester Pertama a. Persiapan pramembaca Anak dikenalkan tentang sikap duduk yang baik, cara meletakkan atau menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik halaman buku, dan memperhatikan gambar atau tulisan. b. Sesudah Pramembaca Anak dikenalkan tentang lafal atau ucapan kata menirukan guru, intonasi kata dan intonasi kalimat lagu kalimat sederhana, huruf-huruf yang sudah dikenal anak, dan kata-kata baru yang bermakna. Tahap pertama, anak dikenalkan secara bertahap dengan keempat belas huruf yaitu: 1 a, i,m, dan n, 2 u, b, dan l, 3 e, t, dan p, 4 o dan d, 5 k dan s. 2. Kelas I Semester Kedua Materi pembelajaran membaca permulaan berikutnya adalah bacaan kurang lebih 10 kalimat dibaca dengan lafal dan intonasi yang wajar, kalimat-kalimat sederhana untuk dipahami isinya, dan huruf kapital pada awal kata nama orang, Tuhan, agama, kitab suci. 2.1.2.1.2 Metode Pembelajaran Membaca Permulaan Selain materi pembelajaran, Solchan 2008: 6.16-6.22 menguraikan enam metode dalam pembelajaran membaca permulaan. Keenam metode tersebut adalah metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata, metode global, dan metode SAS. Peneliti menggunakan metode eja, metode suku kata, dan metode kata. Berikut uraian dari ketiga metode tersebut. 1. Metode Eja Metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah tahapan ini, siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenal. Misalnya:

b, a, d, u menjadi b-a ba dibaca atau dieja be-a