Pengumpulan Bahan Pembuatan Alat Peraga

Tabel 4.34 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Guru Ahli No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Guru 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,91 Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan untuk Siswa Ahli No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Guru 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 52 4 Siswa 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3 Siswa 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4 Rerata 47,67 3,67 Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan pada tabel 4.34, kuesioner untuk guru memperoleh skor rerata sebesar 3,91. Sedangkan kuesioner untuk siswa memperoleh skor rerata sebesar 3,67. Kedua rerata skor ini termasuk dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kuesioner tanggapan mengenai alat peraga untuk guru dan siswa layak digunakan. Dengan demikian, peneliti telah menyelesaikan disain alat peraga dan instrumen yang dibutuhkan. Disain alat peraga akan digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan bentuk awal produk. Produk yang dikembangkan divalidasi dengan menggunakan kuesioner validasi album dan alat peraga yang telah diuji validitasnya. Instrumen tes yang akan digunakan pada saat uji coba lapangan terbatas juga telah siap digunakan. Maka dari itu, peneliti dapat melanjutkan pada tahap yang ketiga.

4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk

Pada tahap ini, peneliti membuat alat peraga berdasarkan disain yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Peneliti memulai pengembangan bentuk awal produk dengan mengumpulkan bahan dan membuat alat peraga.

4.1.3.1 Pengumpulan Bahan

Berdasarkan data hasil analisis kebutuhan, guru dan siswa menginginkan alat peraga yang terbuat dari bahan kayu atau kertas. Maka, peneliti memanfaatkan kedua bahan tersebut dalam pengembangan bentuk awal produk. Bahan kayu dimanfaatkan untuk membuat kotak huruf beserta tutupnya. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu pinus. Pemilihan bahan kayu ini atas dasar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI saran dari tukang kayu yang bekerjasama dengan peneliti dalam pembuatan alat peraga. Kayu pinus bersifat ringan, anti rayap, dan memiliki warna yang cerah. Sehingga kayu pinus sesuai digunakan sebagai bahan pembuatan alat peraga. Selain kayu, bahan lain yang digunakan adalah kertas. Peneliti menggunakan kertas berjenis Ivory 260. Jenis kertas Ivory 260 digunakan sebagai bahan pembuatan kartu. Jenis kertas tersebut dipilih karena memiliki tingkat ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak. Untuk papan tulis yang digunakan oleh peneliti merupakan whiteboard portable yang berbahan tipis, berukuran kecil, mudah disimpan, dan mudah dibawa. Whiteboard tersebut memiliki dua sisi. Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi belakang untuk time table. Peneliti menambahkan bahan acrylic sebagai bahan pembuatan huruf. Bahan ini dipilih karena adanya keterbatasan dari tukang kayu yang tidak memiliki alat untuk mencetak huruf. Sebenarnya pihak tukang kayu dapat membuat huruf-huruf tersebut, tetapi akan memakan waktu sangat lama dan hasilnya tidak terlihat presisi. Hal tersebut terjadi karena pengerjaannya masih manual dengan tangan. Maka dari itu, peneliti memilih bahan acrylic berwarna merah dan biru dengan ketebalan 3mm.

4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga

Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu untuk pembuatan alat peraga. Tukang kayu yang diajak kerjasama berlokasi di Gedongkiwo, Yogyakarta. Peneliti bekerjasama dengan tukang kayu karena lengkapnya peralatan yang dimiliki ditambah dengan banyaknya pengalaman dalam membuat alat peraga. Peneliti memberikan disain alat peraga kepada tukang kayu. Kemudian alat peraga dibuat berdasarkan disain tersebut selama satu bulan. Gambar 4.2 adalah gambar alat peraga untuk membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan oleh peneliti. Gambar 4.2 Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Pembuatan alat peraga diawali dengan membuat kotak huruf beserta tutupnya. Kayu yang dipilih menjadi bahan pembuatan diproses oleh tukang kayu sesuai disain yang telah dibuat. Setelah kotak huruf dan tutup selesai dibuat, bagian tutup digambar kotak garis oleh tukang kayu sesuai dengan ukuran pada disain. Ukuran kotak garis ini mengalami satu kali perubahan setelah peneliti melakukan validasi alat peraga kepada ahli. Ukuran pada kotak garis diperkecil agar sesuai dengan ukuran huruf yang akan disusun. Langkah selanjutnya dalam pengerjaan kotak adalah finishing yang dilakukan oleh tukang kayu. Langkah terakhir, peneliti memberikan label huruf untuk setiap kotak agar huruf-huruf dapat ditempatkan dengan mudah dan jelas. Proses selanjutnya adalah membuat huruf. Karena keterbatasan dari tukang kayu dalam pembuatan huruf, peneliti membuat huruf di percetakan yang berlokasi di Jl. Gejayan. Peneliti memilih tempat tersebut karena di tempat tersebut dapat mencetak berbagai bentuk benda dengan berbahan acrylic dan kayu. Tahap pertama, peneliti melakukan survey harga di dua percetakan. Hal ini dilakukan untuk menekan harga agar tidak menghabiskan biaya terlalu banyak. Tahap kedua, peneliti membuat disain huruf yang akan digunakan. Peneliti menggunakan jenis huruf Print Bold dan Ebrima untuk huruf a dan t. Huruf b, d, f, g, h, j, k, l, p, q, berukuran 9 cm x 4,5 cm. Untuk huruf a, c, e, i, n, o, r, s, u, v, x, dan z berukuran 4,5 cm x 4 cm. Huruf t, m, dan w memiliki ukuran khusus. Huruf t berukuran 4,5 cm x 4 cm, sedangkan huruf m dan w memiliki ukuran 4 cm x 5 cm. Tahap ketiga, peneliti mencetak huruf berdasarkan disain. Warna yang dipilih adalah merah dan biru. Pada data analisis kebutuhan, guru dan siswa menginginkan alat peraga dengan warna merah muda dan biru muda. Akan tetapi, warna yang ada pada percetakan berupa merah tua dan biru tua. Huruf-huruf dicetak dan dipotong dengan menggunakan mesin laser supaya lebih presisi. Gambar 4.3 adalah gambar beberapa huruf abjad yang digunakan pada alat peraga. Gambar 4.3 Huruf pada Alat Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Proses selanjutnya adalah membuat kartu. Tahap pertama peneliti memilih kata-kata yang akan digunakan dengan berpedoman buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas I dan KD 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, KD 3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat, dan KD 4.3 Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar. Hal ini dilakukan agar kata yang dipilih peneliti merupakan kata yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas I. Tahap kedua, peneliti mencari gambar-gambar yang sesuai dengan kata yang akan digunakan. Tahap ketiga, peneliti membuat disain kartu kata dan kartu gambar. Pada kartu gambar, sisi belakang dari gambar memuat nama gambar tersebut. Nama gambar digunakan sebagai pengendali kesalahan. Tahap keempat adalah tahap pencetakan dan pemotongan. Gambar 4.4 adalah gambar untuk kartu gambar, gambar 4.5 adalah gambar untuk kartu kata, dan gambar 4.6 adalah kartu suku kata. Gambar 4.4 Kartu Gambar Gambar 4.5 Kartu Kata Gambar 4.6 Kartu Suku Kata Setelah proses membuat kartu selesai, peneliti membuat papan tulis Gambar 4.9 adalah gambar papan tulis. Gambar 4.7 Papan Tulis Tahap pertama, peneliti mencari whiteboard portable yang memiliki dua sisi. Sisi depan untuk papan tulis sedangkan sisi sebaliknya untuk timetable. Tahap kedua, peneliti menggambar dua kotak garis pada sisi papan tulis. Ukuran yang digunakan sama dengan ukuran kotak garis pada tutup alat peraga. alat yang digunakan untuk menggambar ialah penggaris dan permanent marker supaya garis tidak mudah hilang.

4.1.3.3 Pembuatan Album Alat Peraga