pada siklus 2 didapatkan skor 67,5. Dan pada siklus 1 indikator keenam didapatkan skor 48, sedangkn pada siklus 2 didapatkan skor 61.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada
materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran Kontekstual di kelas V SD Negeri Sarikarya tahun pelajaran 20152016.
1. Proses Penerapan Pembelajaran Kontekstual Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kontekstual yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Peneliti mencoba menerapkannya kedalam proses pembelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran yang membantu siswa untuk memahami konsep satuan jarak dan kecepatan.
Pada setiap pertemuan peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan cara menerapkan 5 langkah-langkah
kontekstual yaitu Relating, Experincing, Cooperating, Applying dan Transfering Hamdayama 2014:51. Dalam menerapkan 5 langkah-
langkah model pembelajaran tersebut peneliti menerapkan 7 komponen inti yang harus ada dalam model pembelajaran kontekstual yaitu
Contructivism, Questioning, Inquiry, Community Learning, Modelling, Reflection dan Authentic Assesment al-Tabany 2013:144.
Penerapan Contructivism dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemahaman konsep mengenai materi satuan jarak dan
kecepatan kepada para siswa dengan cara menggali terlebih dahulu pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan, peneliti juga
menjelaskan materi dengan menggunakan gambar tangga satuan dan rumus segitiga ajaib. Questioning pada penelitian ini yaitu peneliti selalu
memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya setelah guru selesai menjelaskan materi mengenai satuan jarak dan kecepatan. Penerapan
Inquiry pada penelitian ini yaitu peneliti selalu memberikan permasalahn kepada para siswa untuk diselesaikan bersama kelompoknya dan juga
siswa mencari tahu sendiri kegunaan dari media pembelajaran yang disediakan oleh guru. Community Learning pada penelitian ini yaitu siswa
tergabung dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa, didalam kelompok para siswa saling bekerja sama dan berdiskusi untuk
menyelesaikan permasalahan. Modelling diterapkan melalui kegiatan guru atau siswa dalam
menjelaskan materi menggunakan media pembelajaran meteran dan stopwatch. Penerapan Reflection dilakukan pada akhir pembelajaran
dengan cara melakukan tanya jawab dan menuliskan proses pembelajaran yang telah dilakukan di LKS. Authentic Assesment dilakukan oleh guru
untuk menilai hasil lembar kerja siswa dan hasil evaluasi 1, 2 dan akhir dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Peningkatan Hasil Belajar Sebelum menerapkan model pembelajaran Kontekstualdi kelas V
SD Negeri Sarikarya perolehan rata-rata hasil ulangan matematika siswa pada materi satuan jarak dan kecepatan tahun pelajaran 20132014 dan
tahun pelajaran 20122013 masih dibawah KKM. Namun setelah diterapkannya model pembelajaran Kontekstual yang mencakup 7
komponen utama CTL rata-rata perolehan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan telah
menunjukan adanya peningkatan dari kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan hal tersebut diketahui dari hasil tes evaluasi siklus 1, evaluasi
siklus 2 dan avaluasi akhir gabungan siklus 1 dan siklus 2. Hal tersebut sejalan dengan pendapatnya Nawawi dalam Susanto, 2013:5 yang
menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Secara jelas peningkatan hasil belajar siswa pada setiap evalusi dapat
dilihat pada tabel 4.24 perbandingan hasil belajar dibawah ini.
Tabel 4.24 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar
Peubah Indikator
Kondisi Awal
Evaluasi Siklus I Evaluasi Siklus II
Evaluasi Akhir Target
Capaian Target
Capaian Target
Capaian
Hasil Belajar
Nilai Rata- rata siswa
63,05 70
71 75
77 80
84 Persentase
jumlah siswa
mencapai KKM
49,88 60
65,38 70
76,92 80
86,41
Berdasarkan tabel perbandingan tersebut terlihat jelas bahwa rata- rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajran
Kontekstual telah mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 63,05. Setelah dilakukannya tindakan dengan menggunakan model
pembelajaran Kontekstual rata-rata hasil belajar siswa pada evaluasi siklus 1 meningkat menjadi 71 dengan rata-rata target pencapaian yang
telah ditentukan yaitu 70. Kriteria ketuntasan minimal KKM yang digunakan pada siklus I yaitu 65 sama seperti pada kondisi awal.
Selanjutnya pada siklus 2 juga menunjukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa menjadi 77 dengan rata-rata target pencapaian sebesar 75.
Pada evaluasi akhir peneliti manaikan KKM menjadi 70 hal ini dilakukan atas dasar masukan dari guru wali kelas V, selanjutnya pada evaulisi
akhir juga terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 84 dengan rata-rata target pencepaian sebesar 80.
Selain rata-rata kelas, peningkatan juga dapat dilhat dari persentase ketuntasan siswa yang mencapai KKM. Persentase ketuntasan
pada kondisi awal yaitu sebesar 49,88 dan kemudian meningkat menjadi 65,38 pada siklus I dengan target pencapaian sebesar 60.
Persentase ketuntasan pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 76,92 dengan target pencapaian sebesar 70. Dan pada evaluasi akhir
yang merupakan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II diperoleh persentase ketuntasan sebesar 86,41 dari target pencapaian sebesar
80. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual yang tepat dan sesuai dengan
5 langkah-langkah dan 7 komponen yang terdapat pada model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri Sarikarya. Dengan demikian, penelitian ini telah membuktikan bahwa hipotesis tentang penerapan model pembelajaran
kontekstual mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari hasil kuesioner dan data hasil pengamatan yang dilakukan di setiap
pembelajaran diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada mata pelajaran matematika khususnya pada
materi satuan jarak dan kecepatan dengan menerapkan model pembelajaran Kontekstual telah berhasil meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Secara lebih jelas mengenai hasil kemampuan berpikir kritis siswa peneliti telah menyajikan hasil kuesioner kondisi
awal dan kondisi akhir beserta target dan pencapaian dalam penelitian ini pada tabel 4.25 dibawah ini.
Tabel 4.25 Perbandingan Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis dengan Menggunakan Kuesioner
Indikator Berpikir
Kritis Indikator
Kondisi Awal Kondisi Akhir
1 Nilai rata-rata
58,45 Tidak kritis
80 Kritis
2 58,5
Tidak kritis 81,9
Kritis 3
62,3 Tidak kritis
80,4 Kritis
4 63,83
Tidak kritis 81,3
Kritis 5
63,1 Tidak kritis
81,5 Kritis
6 60
Tidak kritis 77,9
Cukup kritis 1
Persentase jumlah siswa yang minimal cuup kritis
46,15 84,62
2 38,46
84,62 3
42,30 80,77
4 42,30
84,62 5
50 80,77
6 34,62
76,92 Keseluruhan
Nilai rata-rata 61,23
Tidak kritis 80,31
Kritis Presentase jumlah siswa yang
minimal cukup kritis 34,62
84,62
Pada tabel 4.25 diatas diketahui bahwa nilai rata-rata kondisi awal indikator pertama adalah 58,5 dengan presentase 46,15 yang termasuk
kedalam kriteria tidak kritis. Selanjutnya pada indikator kedua diperoleh nilai rata-rata 58,5 dengan presentase sebesar 38,46 yang termasuk
kedalam kriteria tidak kritis. Pada indikator ketiga diperoleh nilai rata-rata 62,3 dengan presentase sebesar 42,30 yang termasuk kedalam kriteria
tidak kritis. Pada indikator keempat diperoleh nilai rata-rata 63,83 dengan presentase sebesar 42,30 yang termasuk kedalam kriterian tidak kritiis.
Pada indikator kelima diperoleh nilai rata-rata 63,1 dengan presentase sebesar 50 yang termasuk kedalam kriteria tidak kritis. Dan pada
indikator keenam diperoleh nilai rata-rata 60 dengan presentase sebesar 34,62 yang termasuk kedalam kriteria tidak kritis.
Setelah dilakukannya tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siklus II, hasil kuesioner kemampuan
berpikir krtitis mengalami peningkatan dari kondisi awal. Pada indikator pertama diperoleh nilai rata-rata 80 dengan presentase sebesar 84,62
yang termasuk kedalam kriteria kritis. Pada indikator kedua nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa meningkat menjadi 81,9 dengan
presentase sebesar 84,62 yang termasuk kedalam kriteria kritis. Pada indikator ketiga diperoleh nilai rata-rata 80,4 dengan presentase sebesar
80,77 yang termasuk kedalam kriteria kritis. Pada indikator keempat diperoleh nilai rata-rata 81,3 dengan presentase sebesar 84,62 yang
termasuk kedalam kriteria kritis. Pada indikator kelima diperoleh nilai rata-rata 81,5 dengan presentase sebesar 80,77 yang termasuk kedalam
kriteria kritis. Dan pada indikator keenam diperoleh nilai rata-rata yaitu 77,9 dengan presentase sebesar 76,92 yang termasuk kedalam kriteria
cukup kritis. Berdasarkan hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis yang
diperoleh maka diketahui nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kondisi awal yaitu 61,23 dengan presentase sebesar 34,62 yang
termasuk kedalam kriteria tidak kritis. Dan rata-rata nilai pada kondisi akhir yaitu 80,31 dengan presentase sebesar 84,62 yang termasuk
kedalam kriteria kritis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain melakakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data
dengan menggunakan lembar observasi kemampuan berpikir kritis. Kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi ini peneliti
lakukan di setiap pembelajaran dengan dibantu oleh teman sejawat. Setelah dipaparkan hasil observasi dalam bentuk diagram, peneliti
menjabarkannya dalam bentuk tabel 4.26 dibawah ini untuk mengatahui lebih jelas perbandingan peningktan yang telah terjadi di setiap siklus.
Tabel 4.26 Tabel Peningkatan Hasil Pengamatan Berpikir Kritis
Indikator Siklus 1
Siklus 2 Peningkatan
1 48,5
Tidak Kritis 61,5
Cukup Kritis 13
2 54
Cukup Kritis 69
Kritis 15
3 51,5
Cukup Kritis 65
Kritis 13,5
4 51,5
Cukup Kritis 63,5
Kritis 12
5 53
Cukup Kritis 67,5
Kritis 14
6 48
Tidak Kritis 61
Cukup Kritis 13
Berdasarkan tabel 4.26 di atas menganai hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran didapatkan
hasil bahawa rata-rata nilai pada kondisi awal telah mengalami meningkat pada kondisi akhir. Indikator pertama terjadi peningkatan dari
kondisi awal sebesar 48,5 tidak kritis menjadi 61,5 cukup kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 13. Indikator kedua terjadi
peningkatan dari kondisi awal sebesar 54 cukup kritis menjadi 69 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 15. Indikator
ketiga juga terjadi peningkatan dari kondisi awal sebesar 51,5 cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kritis menjadi 65 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 13,5. Indikator keempat juga masih terjadi peningkatan dari
kondisi awal sebesar 51,5 cukup kritis menjadi 63,5 kritis pada kondisi akhir atau terjadi peningkatan sebesar 12. Indikator kelima terjadi
peningkatan sebesar 14 dari kondisi awal yaitu 53 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 67,5 kritis. Indikator yang terakhir yaitu indikator
keenam terjadi peningkatan sebesar 13 dari kondisi awal yaitu 48 cukup kritis ke kondisi akhir yaitu 61 cukup kritis.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapan 5 langkah-langkah dan 7 komponen yang terdapat
didalam model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya. Dengan demikian,
penelitian ini telah membuktikan bahwa hipotesis tentang penerapan model pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
BAB V KESIMPULAN
Bab V terdiri dari tiga bagian. Bagian-bagian tersebut antara lain yaitu kesimpulan, keterbasan penelitian dan saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan
kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual telah ditempuh dengan 5 langkah-langkah sebagai berikut: 1 Relating, 2 Experincing, 3
Cooperating, 4 Applying, dan 5 Transfering. 2. Penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar kelas V SD Ngeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil belajar matematika dan
presentase ketercapaian KKM yang telah mengalami peningkatan dari kondisi awal. Pada kondisi awal rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,05,
kemudian meningkat pada evaluasi siklus 1 sebesar 71, selanjutnya pada evaluasi siklus 2 terjadi peningkatan sebesar 77 dan pada evaluasi akhir
juga terjadi peningkatan sebesar 84. Sedangkan presentase ketercapaian KKM yang diperoleh siswa meningkat dari kondisi awal sebesar 49,88,
meningkat pada evaluasi siklus 1 sebesar 65,38, kemudian pada evaluasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI