Persepsi Lembaga Terkait Terhadap Keberadaan Budidaya Ikan

tercemar akan dapat dicapai sehingga penggunaan air waduk untuk kepentingan di luar perikanan sistem KJA dapat terjamin. Begitu pula pembudidaya diberi pengertian bahwa hal tersebut juga akan menjaga keberlanjutan budidaya ikan yang mereka laksanakan di lingkungan perairan waduk ini. Ini berarti kedua belah pihak mendapatkan manfaat.

7.3. Persepsi Lembaga Terkait Terhadap Keberadaan Budidaya Ikan

Kesamaan persepsi antar lembaga terkait terhadap keberadaan budidaya ikan akan menunjang keberhasilan pengelolaan lingkungan perairan waduk dalam hubungannya dengan budidaya ikan sistem KJA yang dilaksanakan pembudidaya ikan. Dalam hal ini suatu persepsi yang sama menghasilkan suatu tujuan akhir yang bermuara kepada pembangunan berwawasan lingkungan. Kelembagaan yang telah disebut pada sub-bab sebelumnya telah menyepakati pentingnya kesamaan persepsi sebagai titik tolak bagi langkah pengelolaan perairan Waduk Cirata dalam kaitannya dengan budidaya ikan KJA. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa kesamaan persepsi mencakup pada 3 tiga hal mendasar, yakni alokasi KJA dan bentuk eksternalitas budidaya KJA. Persepsi yang terkait dengan alokasi KJA dalam konteks bahwa tidak semua bagian perairan Waduk Cirata dapat digunakan untuk budidaya KJA, selain itu, KJA harus terletak di kedalaman tertentu sehingga disamping akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ikan, juga tidak akan mempercepat pendangkalan waduk disebabkan sedimentasi yang timbul dari pakan sisa. BPWC dan lembaga formal pemerintah daerah menyadari bahwa luas alokasi KJA sudah melebihi ketentuan yang dipakai oleh berbagai negara lain. China membatasi jumlah luasan KJA kurang dari 1, Vietnam 0,6, dan Phillipina 0,5 dari luas keseluruhan waduk. Luas alokasi KJA di perairan Waduk Cirata telah mencapai 19,7 dan akan diupayakan menurun sampai 2 dari luas waduk. Persepsi yang terkait dengan eksternalitas budidaya KJA walaupun belum tersosialisasi secara menyeluruh sampai pada tingkat petani, namun telah sama dipahami bersama oleh lembaga formal seperti BPWC dan Dinas Perikanan. Penyebab terjadinya kematian massal dan menurunnya produksi perikanan disebabkan oleh meningkatnya kesuburan perairan oleh phytoplankton. Kesuburan phytoplankton lebih disebabkan oleh banyaknya pakan ikan yang terbuang karena tidak termakan oleh ikan ataupun berasal dari feses dan urine atau ikan mati. Persepsi yang sama adalah menyangkut perlunya mencegah terjadinya eksternalitas dalam bentuk manajemen pemberian pakan. Riset tentang ini belum diperoleh secara utuh sehingga belum diputuskan bentuk sosialisasi apa yang harus dilakukan agar pemberian pakan menjadi lebih tertata dalam kerangka penyehatan lingkungan. Selain persepsi di atas, persepsi lain yang muncul adalah perlunya upaya pengerukan sebagai upaya perbaikan lingkungan perairan Waduk Cirata. Persepsi terakhir ini didukung oleh Gabungan Pengusaha Makanan Ternak GPMT, untuk mencegah terjadinya pengerasan sedimen yang terletak di dasar perairan. Dengan demikian, secara keseluruhan tidak ada perbedaan persepsi diantara lembaga yang terkait dengan pengelo1aan lingkungan perairan waduk terhadap keberadaan budidaya ikan sistem KJA dan kematian ikan yang terjadi di perairan waduk. Kemudian, persepsi ini searah dengan kebijakan yang diambil oleh masing-masing kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan perairan kaitannya terhadap budidaya ikan sistem KJA seperti yang tercermin pada penjelasan tentang koordinasi, batas yurisdiksi serta hak dan kewajiban kelembagaan.

7.4. Analisis Aktorpelaku dan Tingkat Kepentingannya