Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

lingkungan, sehingga adanya penurunan sumberdaya alam, dan kerusakan lingkungan sama sekali tidak tercermin dalam indikator tersebut. Adanya peningkatan jumlah KJA di Waduk Cirata yang melebihi kapasitas dari yang diperkenankan, mengakibatkan terjadinya pendangkalan waduk, pencemaran di badan air. Para pelaku bisnis tidak mempedulikan keberadaan kebijakan pemerintah daerah dan pengelola Waduk Cirata bagi pembatasan jumlah Karamba Jaring Apung KJA yang diperkenankan. Pengelola dan Pemda tidak dapat berbuat banyak dengan kondisi ini. Pelaku bisnis perikanan melakukan tindakan yang mengarah pada pencemaran lingkungan. Di sisi lain, dokumen yang terkait dengan upaya pengelolaan lingkungan bagi Waduk Cirata belum terpikirkan saat Waduk Cirata akan dibuat, sehingga pengelola waduk hanya berusaha menjaga agar badan air tidak terlalu tercemar, dan belum memiliki acuan bagi tindakan terhadap pencemar lingkungan. Untuk itu penggunaan instrumen ekonomi selayaknya dapat segera diterapkan karena dari satu sisi instrumen tersebut dapat mempengaruhi estimasi harga tetapi juga akan memberikan suatu keputusan perilaku bisnisusaha yang lebih mengutamakan konservasi sumber daya dan pemulihan lingkungan hidup.

2.8. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Susanti 2003 diperoleh dari segi lingkungan perairan dan pertumbuhan ikan, pakan bintang merupakan pakan yang terbaik dan menguntungkan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai kualitas air, laju pertumbuhan harian individu dan efisiensi pakan tertinggi dibandingkan dengan perlakukan yang diberi pakan Cargil dan Sinta. Sedangkan dari segi mutu, pakan Cargil merupakan pakan yang terbaik ditunjukkan dengan nilai retensi protein, perbandingan bobot daging dan jeroan, serta perbandingan panjang dan tinggi mutlak yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Gumilar 2002 menyatakan jumlah pakan sisa rata-rata yang terbuang secara bebas ke perairan Waduk Saguling per unit jaring diperkirakan sekitar 0.78 kg per hari atau sekitar 280.8 kg per tahun. Berdasarkan actual market price, nilai valuasi limbah pakan per unit jaring diperkirakan sekitar Rp 617.760 per tahun atau sekitar Rp 1.721 per hari. Dalam skala waduk, nilai valuasi limbah pakan diperkirakan sekitar Rp 2.733.984.000 per tahun atau sekitar Rp 7.615.425 per hari. Imbangan manfaat-biaya usaha tani ikan KJA per unit jaring antara tanpa eksternalitas dan dengan eksternalitas masing-masing sebesar 1.2 dan 1.10. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen eksternalitas lingkungan menyebabkan nilai kelayakan usaha semakin rendah, walaupun kegiatan usaha KJA tersebut masih dalam kategori layak, BIC ratio masih di atas 1. BC ratio usaha budidaya dengan mempertimbangkan komponen eksternalitas hampir mendekati 1, yaitu sebesar 1.08 per unit jaringnya Hasil penelitian Prihadi 2005 menyatakan daya dukung KJA di Waduk Cirata tidak melebihi 4.625 unit karamba, dengan total produksi per tahun 18.500 ton. Jumlah karamba saat ini sudah mencapai 38.286 unit, sehingga perlu dilakukan pengurangan jumlah KJA. Berlebihnya KJA ini mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air. Utomo, et al 2005 menyatakan pemberian pakan dengan metode sekenyangnya at satiation menghasilkan nilai FCR sebesar 1,86 yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan sebanyak 6 berdasarkan bobot biomassa 1,91. Produktivitas akhir ikan dengan pemberian pakan sekenyangnya 70 hari pemeliharaan dalam jaring apung di Waduk Jatiluhur mencapai 1.241 kg. Tampubolon 2007 mengemukakan penurunan penutupan lahan menyebabkan perubahan karakteristik hidrologis berupa menurunnya debit volume lebih 0,63 per tahun, meningkatnya fraksi hujan yang berubah menjadi debit aliran, meningkatnya fluktuasi debit 5,99 per tahun, meningkatnya laju sedimentasi dan menurunnya kualitas air sungai waduk Citarum. Perubahan karakteristik hidrologis telah menimbulkan kerugian bagi 3 PLTA Saguling, Cirata dan Jatiluhur sebagai pengguna air Citarum. Ismail 2007 telah menghitung nilai ekonomi total NET sumberdaya air Waduk Jatiluhur Ir.H. Djuanda adalah 160,197 milyartahun, yang terdiri dari nilai guna langsung NGL sebesar 149,266 milyartahun 98,18, nilai guna tidak langsung NGTL sebesar 3,328 milyartahun 2,08, nilai pilihan NP sebesar 3,520 milyartahun 2,19, nilai bukan guna NBG sebesar 3,328 milyartahun 2,08. Nilai guna langsung terbesar adalah pemanfaatan air untuk pembangkit energi listrik PLTA Jatiluhur sebesar Rp 72,131 milyartahun. Penurunan kualiatas air waduk akibat tingginya konsentrasi H 2 S telah menyebabkan karat korosif pada komponen peralatan PLTA sehingga menurunkan umur ekonomisnya dan memperbesar biaya operasional 20-25. Sudrajat 2009 menyatakan sektor budidaya ikan di KJA di Kabupaten Cianjur merupakan sektor basis, karena nilai LQ nya lebih besar dari 1satu. Usaha budidaya KJA sampai saat ini masih layak untuk dilaksanakan, karena : 1 masih menguntungkan, 2 NPV Positif, 3 gross BC Ratio 0, dan IRR lebih besar dari suku bunga 15. Hasil penelitian Insan 2009 menyatakan budidaya KJA telah melebihi daya dukungnya. Jumlah KJA yang diperbolehkan sebanyak 28.094 unit, sementara jumlah KJA pada tahun 2007 sebanyak 43.350 unit. Permatasari 2010 menyatakan terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh secara nyata pada produksi pembesaran ikan mas di Waduk Cirata yaitu jumlah jaring apung, benih, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja pada selang kepercayaan 95. Sedangkan faktor lama produksi berpengaruh tidak nyata pada produksi ikan mas. Hasil review penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian terdahulu belum melakukan: 1 Penelitian tentang pengaruh limbah akibat kegiatan budidaya KJA di Waduk Cirata dengan biaya eksternal. Perhitungan beban pencemaran akibat limbah budidaya KJA dengan biaya yang dikeluarkan. 2 Instrumen ekonomi dalam budidaya KJA.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Untuk mencapai tujuan penelitian sebagaimana diuraikan pada BAB 1, maka secara sistematis pendekatan masalah penelitian mengikuti alur pikir kerangka pendekatan sistem yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada sistem produksi budidaya perikanan KJA, selain dihasilkan barang konsumsi berupa ikan segar, juga menghasilkan limbah baik yang berasal dari sisa metabolisme berupa feses, maupun sisa pakan yang tidak dikonsumsi ikan budidaya atau yang disebut limbah organik. Limbah tersebut ada yang masih dapat dimanfaatkan dan ada pula yang tidak dapat dimanfaatkan. Sebagai contoh yang masih dapat dimanfaatkan seperti pemanfaatan kembali pakan yang terbuang oleh ikan pada layer bawah maupun ikan yang berada di perairan bebas di luar jaring apung yang tidak dibudidayakan. Pada Gambar 3, penelitian ini menggambarkan isu dan permasalahan di waduk. Perkembangan KJA yang pesat berdampak positif terhadap peningkatan produksi dan pendapatan pembudidaya. Peningkatan jumlah KJA yang tidak terkendali telah menimbulkan berbagai masalah yang berdampak negatif, baik secara ekonomi maupun ekologi perairan waduk, yakni meningkatnya limbah organik yang menyebabkan kematian massal ikan dan penurunan kualitas air. Ikan yang dibudidayakan dalam budidaya perikanan KJA di Waduk Cirata adalah ikan mas yang diletakkan di bagian atas KJA dan ikan nila di bagian bawahnya. Berdasarkan pengamatan di lapang dan studi literatur yang dilakukan, proses pembesaran ikan mas dan nila dilakukan dengan memberikan pakan ikan secara intensif. Pakan ikan diberikan sesuai dengan kebutuhan bagi pembesaran