Kelembagaan Pengelolaan Perairan Waduk Cirata

dapat dijadikan acuan bagi BPWC untuk melakukan penertiban KJA, menyebabkan BPWC sebagai lembaga baru tidak mampu berperan optimal untuk mencegah peningkatan jumlah KJA.

7.2. Kelembagaan Pengelolaan Perairan Waduk Cirata

Berdasarkan Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung Barat Bupati Cianjur, Bupati Purwakarta dan PT Pembangkitan Jawa Bali PJB tahun 2003 tentang pengembangan pemanfaatan kawasan Waduk Cirata diatur tentang pelaksanaan, perijinan dan pengawasan Waduk Cirata. Pelaksanaan pengembangan Waduk Cirata dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten dan PT Pembangkitan Jawa Bali PJB yang dalam pelaksanaannya dikuasakan kepada BPWC dengan membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Pemanfaatan Waduk Cirata berdasarkan Keputusan Gubernur. Perijinan KJA dilaksanakan melalui pola pelayanan satu atap yang terdiri dari Provinsi, pemerintah Kabupaten dan PT Pembangkitan Jawa Bali PJB. Setiap unit KJA wajib dilengkapi Ijin Usaha Perikanan IUP dan Surat Ijin Usaha Pembudidayaan Ikan SPbI sesuai dengan Perda Propinsi Jawa Barat No 14 Thn 2002. Untuk memperoleh IUP dan SPbI, petani ikan mengajukan permohonan tertulis kepada Gubernur dengan persyaratan harus dilengkapi dengan Surat Penempatan Lokasi SPL dari Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC sesuai dengan SK Gubernur No 41 Thn 2002. Mekanisme pengurusan ijin usaha perikanan KJA mengikuti bagan alir yang telah ada. Pembudidaya ikan dapat berupa perorangan atau badan hukum menyampaikan surat permohonan ke BPWC untuk mendapatkan Surat Penempatan Lokasi SPL. BPWC meminta rekomendasi IUP ke Dinas perikanan Tingkat II, kemudian dilanjutkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Pengurusan Surat Izin Budidaya Ikan SIBI diteruskan ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BPPT Provinsi Jawa Barat. Setiap pembudidaya ikan membayar SIBI di BPWC. Selanjutnya penempatan diatur sesuai dengan SIBI, seperti tertuang pada Gambar 22. Pengawasan KJA juga dilaksanakan oleh Provinsi, pemerintah Kabupaten dan PT Pembangkitan Jawa Bali PJB. Tim Pengendali ini diperlukan untuk mengontrol dan mengawasi pelaksanaan budidaya ikan sistem KJA di lingkungan perairan waduk agar sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan. Memberikan petunjukpenyuluhan cara-cara bertani ikan yang baik dan mengamankan lingkungan perairan dari kemungkinan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun. Bagan Alir Pengendalian KJA Bagan Alir Pembinaan dan Pemutihan KJA Bagan Alir Mekanisme Ijin Usaha Perikanan KJA Sumber: BPWC, 2011 Gambar 22. Diagram Alir Pengendalian, PembinaanPemutihan dan Mekanisme Perijinan Usaha Perikanan KJA

7.2.1. PT Pembangkitan Jawa Bali PJB

PLTA Cirata, sejak pertama dioperasikan pada tahun 1988 dikelola oleh PT. PLN persero Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat PT. PLN KJB Sektor Cirata. Pada tahun 1995 terjadi restrukturisasi di PT PLN Persero yang mengakibatkan pembentukan 2 anak perusahaan pada tanggal 3 Oktober 1995, yaitu PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali PT. PLN PJB 1 dan PT. PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali PT. PLN PJB 11, sehingga Sektor Cirata masuk wilayah kerja PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Kemudian pada tahun 1997, Sektor Cirata berubah nama menjadi PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa – Bali II Unit Pembangkit CIRATA UP CIRATA. Seiring dengan pengembangan strategi usaha, pada tahun 2000, PLN PJB II melakukan penyempurnaan organisasi dan mengubah nama menjadi PT Pembangkitan Jawa Bali PJB.

7.2.2. Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC

Dalam rangka mengelola waduk Cirata dan asset-assetnya, diperlukan badan tersendiri yang membantu Unit Pembangkitan Cirata dalam mempertahankan kualitas dan kontinuitas air. PT PJB telah membentuk Badan Pengelola Waduk Cirata BPWC berdasarkan SK Direksi no. 026.K 023 DIR 2000 dengan referensi SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 16 Tahun 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di Waduk Cirata yang direvisi oleh SK Gubernur Jawa Barat No 41 tahun 2002 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Pertanian dan Kawasan Waduk Cirata. PT PJB BPWC memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pengelolaan secara profesional mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomi asset berupa waduk dan lahan-lahan disekitarnya yang terletak di waduk Cirata tanpa mengabaikan kepentingan Unit Pembangkitan dan masyarakat yang mempergunakan sungai dan waduk tersebut. Dasar pembentukan BPWC adalah: 1. SK Gubernur Jawa Barat No. 16 Thn. 1998 tentang Pengembangan Pemanfaatan Perairan Umum dan Lahan Surutan di Waduk Cirata 2. SK Direksi PT. PJB No.037.K023DIR1998 tanggal 18 Desember 1998, tentang Pembentukan BPWC pada PT. PJB UP Cirata. 3. SK Direksi PT.PJB No. 026.K023DIR2000 tanggal 07 Nopember 2000, tentang Organisasi dan Tata Kerja BPWC pada PT. PJB BPWC mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan secara profesional mengelola, memelihara dan mengembangkan potensi ekonomi asset berupa waduk dan lahan-lahan disekitarnya yang terletak di Waduk Cirata untuk menghasilkan keuntungan bagi Perusahaan tanpa mengabaikan kepentingan Unit Pembangkitan dan Masyarakat yang mempergunakan Sungai dan Waduk tersebut. Adapun kegiatan pemeliharaan BPWC atara lain pemantauan kualitas air, pembersihan sampah dan gulma air, pemantauan sedimentasi pemeliharaan trash boom, penghijauan, penguatan pinggiran waduk, perapatanpemeliharaan patok batas dan batas perairan, pembuatanpemeliharaan papan peringatan, pembersihan area bendungan sd base camp atas dan sekitarnya. Kegiatan pengembangan potensi ekonomi BPWC meliputi pemanfaatan lahan surutan dan non surutan, penataanbudidaya kolam jaring apung, penambangan batu gunung aseupan, mengembangkan sarana pendidikan dan latihan, mengembangkan kawasan agrowisata, mengembangkan kawasan perhotelan, pembibitan tanaman keras dan buah-buahan Rencana pengembangan Waduk Cirata sebagai kawasan pariwisata, penanganan asset cirata, pusat penelitian, pusat pendidikan dan latihan kawasan perhotelanresor yang bernuansa pendidikan dan penertiban KJA. Corak kegiatan wisata yang dapat dikembangkan 1 Bio-tourism: rekreasi, alam terbuka, peristirahatan, agro-tourism; 2 tekno-tourism: rekreasi alam terbuka; 3 pusat kegiatan olahraga aquatic; 4 demo-tourism Untuk mengatur tata letak dan pembinaan serta pemeliharaan lingkungan perairan, maka diperlukan lokalisasi usaha jaring apung ini agar teratur dan mudah dalam pelaksanaan pengawasan oleh BPWC. Sampai saat ini pembagian wilayah perikanan budidaya ini dibagi berdasarkan lokasi daerah kabupaten yaitu: 1. Lokasi I : Cipicung, Kecamatan Cipendeuy Kabupaten Bandung Barat. 2. Lokasi II : Tegal Datar, Kecamatan Maniis Kabupaten Purwakarta. 3. Lokasi Ill : Ciputri, Nyalempet, Jarigari, Neundeut, Kebon Cokelat, Bongas, dan Calincing Kabupaten Cianjur. Untuk memudahkan dalam pemantauan dan pengontrolan, diterapkan pola pengawasan dengan cara pendataan dengan diberikan tanda atau nama untuk masing-masing lokasi. Selain itu dalam rangka pengendalian jumlah populasi jaring apung ini, sesuai dengan SK Gubernur No. 16 Tahun 1998, maka ditetapkan jumlah jaring apung untuk Waduk Cirata sebanyak 12.000 petak. Konstruksi jaring apung harus mempunyai kriteria seperti: pelampung terbuat dari fiberglass atau sejenisnya, jaring apung terbuat dari nylon ukuran 2,5 m dengan diameter mata jaring apung 1,5 sampai dengan 2 cm terdiri atas 2 lapis, rangka terbuat dari besi siku L 50.50.5, ukuran petak 7 x 7 m, serta landasan dari papan kayu kualitas baiktahan cuaca. Gudang pakan dan ruang jaga harus mempunyai: atap seng dicat sesuai dengan pengaturan blok, dinding triplekbilik, tiang kayubesi dengan sambungan bautbesi, ventilasi, fasilitas yang tersedia harus ada tong sampah, penangkal petir, alat pelampung, penerangan, MCK, alat komunikasi, copy IUP Ijin Usaha Perikanan, SPBI Surat Pembudidayaan Ikan dan plat nomor resmi.

7.2.3. Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Cirata

PT PJB BPWC sesuai SK DIR 019.K010DIR2007 dipimpin dan dikelola oleh Kepala, Kepala bidang teknik dan Kepala bidang administrasi dan keuangan. Berdasarkan SK Direksi PT. PJB No.037.K023DIR1998 tanggal 18 Desember 1998, BPWC merupakan pengelola Waduk Cirata yang berwenang dalam mengelola lingkungan perairan waduk termasuk budidaya ikan sistem KJA di perairan tersebut. Namun demikian untuk bidang perikanan selanjutnya dikelola oleh berbagai pihak yang terkait Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Perikanan Kabupaten Bandung Barat, Cianjur dan Purwakarta yang tertuang dalam Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Bupati Bandung, Bupati Cianjur, Bupati Purwakarta dan PT Pembangkitan Jawa Bali PJB tahun 2003 tentang pengembangan pemanfaatan kawasan Waduk Cirata. Dalam pengelolaan lingkungan perairan waduk yang terkait dengan budidaya ikan, telah dituangkan dalam bentuk aturan tertulis tentang status setiap kelembagaan dalam surat keputusan. Hal ini sejalan dengan pertimbangan bahwa dalam suatu koordinasi kelembagaan perlu suatu aturan permainan. Pembudidaya ikan di lingkungan perairan waduk ini mendapatkan pembinaan yang dominan dari dinas perikanan setempat. Pembinaan tersebut dalam bentuk pemberitahuan teknis budidaya ikan sistem KJA pada setiap pengurusan SIUP. Pembinaan tersebut mencakup aspek legal teknis dan sosial ekonomi termasuk pengaturan pola tanam pada bulan-bulan tertentu yang dianggap rawan tidak melakukan penanaman ikan mas Diskan Jawa Barat 1996. Disamping itu. pembatasan frekuensi penanaman yang dilakukan maksimal 3 periode dalam setahun dan penyuluhan yang dilakukan menggunakan pendekatan kelompok. Kelompok Kerja ini secara khusus menetapkan petunjuk teknis budidaya ikan jaring apung di lingkungan perairan waduk Cirata. Beberapa bahasan penting dalam hubungannya dengan budidaya ikan antara lain zonasi perairan budidaya ikan jaring apung, kriteria jaring apung, tata nama jaring apung perizinan dan pengendalian.

7.2.4. Batas Yurisdiksi

Berdasar hasil penelitian terlihat bahwa, peraturan yang ada pada BPWC dan SK Direksi untuk izin Iokasi budidaya ikan merupakan kewenangan BPWC terkait dengan Surat Penempatan Lokasi SPL. Sedangkan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat mempunyai kewenangan memberikan Izin Usaha IUP. Pengaturan yang dilaksanakan oleh BPWC adalah pemberian izin lokasi budidaya ikan sistem KJA berpedoman kepada luasan maksimum yang diperhitungkan terus menurun sampai tidak lebih dari 2 dari luas perairan Waduk secara keseluruhan. Di lain pihak dinas perikanan juga menyatakan bahwa IUP dibuat atas rekomendasi izin lokasi yang dikeluarkan oleh BPWC. Dalam hal pembinaan terhadap pembudidaya suatu hal yang ditekankan adalah pengelolaan waduk dalam hubungannya dengan budidaya ikan yaitu penggunaan pakan yang efisien, tepat dalam jumlah dan mutu.

7.2.5. Hak dan Kewajiban

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan tugas dan fungsi BPWC secara kelembagaan anggota tim telah bekerja sesuai dengan tugasnya masing- masing. Kewajiban BPWC adalah membina pembudidaya untuk ikut mengelola waduk terutama dalam hal penggunaan pakan dan pembuangan sampah diwajibkan dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan tong sampah. Disamping itu. bersamaan dengan fungsi lainnya adalah pengaturan tinggi muka air waduk yang sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan keringnya air waduk karena keberadaannya sangat dibutuhkan oleh pembudidaya ikan. Pada sisi lain, dinas perikanan berkewajiban membina pembudidaya ikan agar tertib dalam berusaha dan tidak melakukan cara-cara tertentu yang tidak wajar atau mencemarkan perairan waduk termasuk didalamnya adalah pengelolaan pakan ikan. Dari segi pembudidaya ikan mereka telah berusaha menjaga kebersihan perairan waduk dengan cara membuang sampah di tong sampah. Namun demikian pembudidaya menyatakan bahwa seharusnya merekapun menerima informasi tentang keadaan perubahan air di lingkungan perairan waduk yang selama ini belum mereka terima. kecuali penentuan waktu tanam setelah adanya kejadian kematian ikan. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa disamping tanggung jawab kewajiban harus pula diimbangi dengan hak- hak Schmid. 1972. Selain itu semua pembudidaya tidak merasa keberatan dengan aturan alokasi dan penempatan KJA serta pengaturan pembuangan sampah, pembayaran sewa perairan dan SIUP. Hak dan kewajiban pembudidaya ikan diperkirakan akan lebih tertihat partisipasinya misalnya dalam efisiensi penggunaan pakan ikan. Apabila para pembudidaya tersebut dibentuk atas beberapa kelompok. Hal ini akan semakin diperlukan bagi pembudidaya luar lokasi yang secara keseluruhan bukan pemilik penggarap sehingga kurang perhatiannya terhadap pengelolaan pakan yang pada akhimya dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan perairan waduk. Hal yang diperlukan para pembudidaya ikan guna pengembangan usaha mereka adalah pinjaman modal untuk pembuatan KJA baru dan pembelian pakan ikan dalam bentuk kredit bunga rendah atau tanpa bunga sama sekali.

7.2.6. Aturan Representasi

Aturan representasi antar lembaga terkait dalam pengelolaan lingkungan perairan waduk dalam hubungannya dengan budidaya ikan sistem KJA sudah berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini antara lain dapat terlihat dengan adanya Surat Keputusan SK Direksi PJB. Dalam SK tersebut terdapat perwakilan kelembagaan yang diperlukan dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan perairan waduk dalam hubungannya dengan Perikanan termasuk Tim Pengendali yang dibentuk, maka perwakilan pembudidaya tersebut dapat menjadi mitra pembina dan manajer dalam rangka menyadarkan mereka sesama pembudidaya tentang pentingnya pemberian pakan yang tepat baik dalam jumlah maupun mutu untuk tujuan pengendalian baik jumlah KJA maupun penggunaan pakan. Hal ini akan budidaya ikan sistem KJA. Perwakilan pembudidaya ikan di Waduk Cirata dalam bentuk kelompok pembudidaya ikan, Gabungan kelompok pembudidaya ikan GAPOKTAN, Kelompok Masyarakat Pengawas POKMASWAS, dan Asosiasi Pembudidaya Ikan Cirata ASPINDAC. Kelompok ini dipandang perlu sebagai pelaksana budidaya ikan sistem KJA di lingkungan perairan waduk tersebut. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembudidaya ataupun kelompoknya selalu berada di lingkungan perairan tersebut. Secara langsung mereka dapat melihat kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan perairan waduk. Selain itu, pembudidaya sebagai pelaksana budidaya ikan sistem KJA dapat berfungsi sebagai pengawas satu sama lain dalam hubungannya dengan kebersihan lingkungan perairan waduk Fungsi lainnya adalah fungsi komunikasi, yaitu perwakilan pembudidaya dapat menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi baik terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas air di lingkungan perairan waduk maupun permodalan dalam mengembangkan usahanya. Sebaliknya juga pengaturan yang datangnya dari BPWC ataupun Dinas Perikanan akan dengan mudah sampai ke tangan pembudidaya. Bagi Dinas Perikanan dan instansi pembina lainnya, jika ada perwakilan pembudidaya ikan diduga akan lebih efektif hasilnya daripada penyuluhan yang diadakan secara berkelompok maupun surat pemberitahuan dan pengendalian yang dilakukan Tim Pengendali. Dengan demikian kepentingan lembaga pembina agar pembudidaya ikan dapat menjaga lingkungan perairan waduk agar tetap bersih dan tidak tercemar akan dapat dicapai sehingga penggunaan air waduk untuk kepentingan di luar perikanan sistem KJA dapat terjamin. Begitu pula pembudidaya diberi pengertian bahwa hal tersebut juga akan menjaga keberlanjutan budidaya ikan yang mereka laksanakan di lingkungan perairan waduk ini. Ini berarti kedua belah pihak mendapatkan manfaat.

7.3. Persepsi Lembaga Terkait Terhadap Keberadaan Budidaya Ikan