tanpa eksternalitas. Hal ini dapat dilihat pada sisi jumlah pakan yang akan masuk ke perairan menjadi lebih sedikit, ada biaya lingkunganeksternalitas yang harus
ditanggung petani untuk memulihkan lingkungan. Sedangkan untuk fungsi biaya produksi tanpa eksternalitas akan meningkatkan jumlah pakan, jumlah benih,
jumlah tenaga kerja untuk mengejar target produksi.
6.8. Instrumen Ekonomi
Instrumen ekonomi pada dasarnya adalah instrumen yang dirancang untuk mempengaruhi proses produksi dan konsumsi melalui mekanisme harga atau
dengan cara mengubah ketertarikan ekonomi terhadap tindakan-tindakan tertentu. Instrumen
ekonomi berfungsi
untuk mengukuhkan,
memperbaiki dan
memperjelas hak pemilikan, menjamin pengguna sumberdaya membayar sesuai yang dikonsumsi dan dapat menjadi subsidi bagi alternatif teknologi yang ramah
lingkungan serta dapat membangkitkan penerimaan keuangan daerah. Pengelolaan lingkungan di Waduk Cirata sangat diperlukan untuk
keberlanjutan waduk dan usaha perikanan. Pengelola Waduk Cirata dilakukan oleh BPWC. Hal yang menyebabkan jumlah KJA yang ada telah melebihi daya
dukungnya dikarenakan rendahnya pengawasan. Selama ini instrumen pengendalian lingkungan terdiri dari command and
control, moral suasion dan insentif berbasis finansial maupun pasar atau sering disebut sebagai instrumen ekonomi. Pengendalian lingkungan yang dilakukan
melalui command and control CaC dinilai sering kurang efektif manakala enforcement masih kurang. Instrumen berbasis CaC juga cenderung akan terjebak
pada complex legislatif web jaringan perundang-undangan yang kompleks serta mahalnya biaya penegakan hukum. Di sisi lain pendekatan pengendalian melalui
moral suasion seperti pendidikan, tindakan sukarela untuk mengadopsi teknologi yang terbaik yang ramah lingkungan juga sering tidak efektif karena memerlukan
tingkat kepatuhan yang tinggi dari para pengguna. Instrumen ekonomi di sisi lain, bekerja melalui reward and punisment serta
melalui mekanisme pasar sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk menyesuaikan perilaku mereka terhadap dampak lingkungan melalui mekanisme
insentif dan disinsentif. Instrumen ekonomi akan berhasil apabila petani mendatangkan insentif bagi
mereka. CaC kurang berhasil karena luasnya area waduk yang meliputi 3
kabupaten dan terbatasnya aparat dan kewenangan yang ada pada provinsi karena lintas kabupaten.
Berdasar hasil perhitungan minimisasi biaya dengan menginternalisasi biaya lingkungan diperoleh input optimal untuk produksi. Dengan internalisasi ini
diharapkan kualitas lingkungan akan terjaga dan produksi akan lebih optimum. Instrumen ekonomi bagi upaya pemulihan dan pemeliharaan kelestarian
lingkungan perairan Waduk Cirata dapat ditetapkan sebagai berikut: 1. Command and Control CaC. Instrumen yang paling sering dilakukan oleh
para pembuat kebijakan publik. Instrumen akan efektif apabila para pihak, yakni BPWC, PemProv dan Pemkab dari 3 kabupaten di sekitar Waduk Cirata
merancang bentuk CaC,, yang didalamnya memuat berbagai aturan atau tatacara bagi upaya terciptanya:
a. Tertib usaha kegiatan budidaya ikan KJA baik dari sisi administrasi, teknis dan lingkungan.
b. Sosialisasi yang berkelanjutan tentang perlunya menjaga keberlangsungan usaha budidaya ikan KJA, agar muncul kebijakan kontraproduktif yang
menutup peluang budidaya KJA diteruskan. Untuk itu, parsialisasi tugas CaC kepada masing-masing pihak harusnya
bersifat saling melengkapi dalam bentuk penugasan yang bersifat linier dan berkesinambungan, siklik, dalam arti harus mereview hasil tugas pihak lain
atau bentuk lainnya. Insentif dan disinsentif merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam CaC, sehingga terancang secara matang, dan bukan hanya
hak para petugas yang berprestasi, namun juga hak para petani ikan, kelompok petani ikan, kelompok pengawas ikan, pedagang ataupun penduduk sekitar.
2. Kuota Produksi. Carrying capacity perairan Waduk Cirata berdasarkan hasil penelitian ini hanya 43.679 ton per tahun untuk dapat berproduksi secara
optimal dan dibagi atas 22.587 petak. Sementara jumlah petak yang aktif mencapai 43.350 petak. Untuk itu kuota produksi ikan perlu diciptakan dalam
rangka keberlangsungan produksi ikan sampai 20-30 tahun mendatang. Kuota produksi diciptakan sebagai kebijakan Pemprov, Pemkab 3 kabupaten, dan
ditawarkan kepada petani ikan. Jumlah petak KJA dari jumlah akumulasi petani yang mendaftar tidak boleh melebihi 22.587 petak. Kuota yang dimiliki
petani dapat diperjualbelikan dengan mekanisme administrasi yang disepakati bersama.
3. Pajak Lingkungan. Pajak lingkungan, yang dalam hal ini adalah biaya lingkungan dimaksudkan sebagai biaya yang harus dibayar petani sesuai
dengan jumlah dan jenis pakan ikan yang diberikan petani. Petani yang menggunakan pakan ikan yang menurut pihak Dinas Perikanan kurang ramah
terhadap perairan akan dikenakan pajak tinggi, sementara yang ramah pajaknya lebih rendah. Informasi tentang jenis dan jumlah pakan yang dipakai
disinergikan dengan ‘gudang’ danatau ‘bandar’ danatau kelompok pengawas lalu lintas pakan dan benih. Selain itu, pajak lingkungan dikenakan atas
jumlah produksi ikan yang dihasilkan petani, dimana untuk setiap ton ikan akan dihasilkan sedimen sebesar 6,35 kg. Besaran pajak lingkungan bagi
sedimentasi yang tercipta disebabkan budidaya KJA dapat disepakati bersama, dan pajak ini digunakan untuk memperbaiki lingkungan.
VII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KJA WADUK CIRATA