Formulasi Masalah Identifikasi Sistem Kondisi Eksisting Pelaksanaan PLH melalui KBK , Kurikulum 1994 dan KTSP

Suasana belajar yang menyenangkan Lulus Ujian Sekolah, Nasional dan melanjutkan

5.2. Formulasi Masalah

Berdasarkan analisis kebutuhan dari stakeholders maka disusun formulasi permasalahan sebagai berikut: 1. Terbatasnya informasi tentang lingkungan di masyarakat. 2. Terbatasnya wawasan stakeholder pendidikan tentang lingkungan hidup 3. Kesulitan dalam memberikan kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku bagi para stakeholder pendidikan. 4. Terbatasnya dana, sarana, dan prasarana belajar PLH 5. Kurangnya pelatihan implementasi PLH melalui KBK 6. Kurangnya pengembangan Silabus Mata Pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta potensi daerah. 7. Terbatasnya Penghargaan prestasi bagi stakeholder pendidikan di bidang lingkungan.

5.3. Identifikasi Sistem

Dari formulasi masalah dibuat identifikasi sistem pelaksanaan PLH melalui KBK. Hasil identifikasi sistem menggambarkan suatu rantai hubungan antara kebutuhan-kebutuhan yang telah diformulasikan. Hasil identifikasi sistem selengkapnya disajikan pada gambar 5.1 yang jika disederhanakan disajikan pada gambar 5.2 Pembelajaran Stakeholder + Manajemen Berbasis Sekolah Pelatihan Guru + Kompetensi Guru Kompetensi Siswa Penghargaan thd prestasi + + + lingkungan sekolah lingkungan masyarakat Perbaikan lingkungan kualitas lingkungan + + + + + komite sekolah Penerapan KBK + + + Dukungan Masyarakat + + Kesehatan masyarakat Dukungan Masyarakat untuk pendidikan + + + + Informasi + Dana Fasilitas + + + + + + + + Motivasi Siswa + + Penghasilan guru + + + + Motivasi Guru + + Gambar 5.1. Identifikasi Sistem MBS yang mendukung PLH Pelaksanaan PLH melalui KBK Kompetensi LH siswa Penghargaan Prestasi LH Komite Sekolah yang mendukung PLH + + + + + + + Perbaikan kualitas lingkungan sekolah Perbaikan Kualitas lingkungan + Waktu Belajar PLH di SMA + - Gambar 5. 2. Identifikasi Sistem yang Disederhanakan

5.4. Model KBK dalam Pelaksanaan PLH

Model PLH melalui KBK dibuat berdasarkan pendapat Pakar yang terdiri dari 9 orang stakeholder pendidikan. Hasil Survei Pakar memperlihatkan bahwa terdapat 18 delapan belas faktor penyusun model 18 yang diuraikan sebagai berikut:

1. Manajemen Berbasis Sekolah yang memperhatikan aspek lingkungan hidup

Selain melaksanakan MBS seperti yang disajikan pada Evaluasi Sekolah, Kepala Sekolah juga perlu memperhatikan PLH diantaranya dengan mewajibkan guru untuk mengintegrasikan mata pelajaran dengan aspek lingkungan, menyelenggarakan kegiatan intra dan ekstrakurikuler, serta penyampaian muatan lokal yang berkaitan dengan aspek lingkungan hidup.

2. Pelaksanaan KBK

Sekolah perlu melaksanakan KBK secara utuh dengan berbagai kompetensi yang diharapkan yaitu yang dikaitkan dengan PLH dengan standar kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku dan dilengkapi dengan evaluasi ke tiga aspek tersebut.

3. Komite Sekolah yang mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup

Komite Sekolah perlu diikutsertakan untuk memberikan masukan dalam penyusunan materi Muatan Lokal sesuai dengan aspirasi masyarakat terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan demikian maka masyarakat akan memberikan dukungan terhadap kegiatan yang diselenggarakan sekolah. 4. Alokasi Dana yang mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup Dana dengan jumlah yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung PLH karena itu perlu adanya alokasi dana yang bersumber dari RAPBS.

5. Sarana Prasarana

yang mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup Sarana dan Prasarana yang dapat mendukung PLH diantaranya adalah Laboratorium IPA dan Komputer, Jaringan Internet, Kebun Sekolah, Tanaman Obat Keluarga, Rumah Kaca, Tempat sampah Organik dan Anorganik, Tempat Pendaurulangan sampah sekolah menjadi kompos.

6. Rasio guru dan siswa yang ideal

Rasio ideal antara guru dan siswa adalah 1:20. Dengan nilai rasio tersebut guru yang mengajar dapat melakukan pembinaan individual yang optimal terhadap siswa.

7. Standar Kompetensi Lingkungan

Setiap mata pelajaran yang terkait langsung dengan PLH perlu memiliki standar kompetensi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional atau dari sekolah yang telah disepakati bersama oleh seluruh Dewan Guru, misalnya untuk mata pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Sosiologi, Ekonomi Akutansi, Pendidikan Kewarganegaraan , dan Agama.

8. Program Kegiatan Lingkungan Hidup

Sekolah perlu melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang dimasukkan dalam Program Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler.

9. Penambahan waktu belajar untuk Pendidikan Lingkungan Hidup

Penambahan waktu belajar dilakukan dengan mengalokasikan waktu pelajaran secara khusus dari sekolah untuk mendukung PLH.

10. Silabus Mata Pelajaran

Silabus Mata Pelajaran perlu dikembangkan dan diberikan muatan lokal yang mendukung PLH

11. Inovasi dalam Metodologi Pembelajaran

Inovasi dalam metodologi pelajaran perlu dilakukan secara aktif oleh guru sehingga dapat menarik siswa dalam pembelajaran PLH.

12. Peningkatan Kompetensi Guru

Adanya upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam PLH akan memberikan dampak positif sehingga guru dapat mengerti, memahami, dan melaksanakan PLH.

13. Sosialisasi manfaat lingkungan hidup

Pemerintah dituntut untuk berperan aktif dalam sosialisasi tentang pentingnya lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan dan dampak negatif yang akan timbul akibat kurangnya perhatian masyarakat terhadap masalah lingkungan.

14. Kerjasama Lembaga dengan Sekolah

Sekolah perlu berperan secara aktif untuk melakukan kerjasama dengan lembaga – lembaga yang dapat mendukung PLH.

15. Informasi tentang Lingkungan Hidup

Pemerintah secara aktif perlu memberikan informasi yang berhubungan dengan lingkungan hidup kepada sekolah. 16. Evaluasi dan Monitoring Evaluasi dan Monitoring perlu dilakukan secara berkala oleh DinasPendidikan terhadap lingkungan sekolah, kegiatan PLH, dan kompetensi siswa terhadap lingkungan.

17. Lomba yang berkaitan dengan PLH

Sekolah perlu secara aktif mengikuti lomba yang dapat mendukung program PLH.

18. Penghargaan terhadap Prestasi

Penghargaan atau apresiasi perlu diberikan baik dari masyarakat maupun Instansi Pemerintah terhadap prestasi sekolah yang telah melaksanakan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan baik.

5.5. Kondisi Eksisting Pelaksanaan PLH melalui KBK , Kurikulum 1994 dan KTSP

Verifikasi model dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap pelaksanaan KBK khususnya untuk PLH pada tiga sekolah yaitu sekolah yang sudah melaksanakan KBK sejak tahun 2002 secara sukarela. Dengan demikian sampai saat penelitian berlangsung yaitu tahun 2006 sekolah-sekolah tersebut telah melaksanakan KBK selama 4 tahun. Hasil verifikasi disajikan pada tabel 5.2 Disamping itu untuk mengetahui keberhasilan KBK juga dilakukan penelitian yang sama pada sekolah yang masih melaksanakan Kurikulum 1994 yaitu untuk siswa kelas III pada SMA Labschool, SMAN 77, dan SMAN 27 dan sekolah yang sudah melaksanakan KTSP yaitu SMAN 8 Jakarta . Tabel 5.2. Hasil Verifikasi Model dengan Kondisi Eksisting PENCAPAIAN KURIKULUM 1994 KBK KTSP Telah Terlaksana Kegiatan yang berkaitan dengan PLH Kegiatan yang berkaitan dengan PLH Belum dilaksanakan sepenuhnya MBS yang mendukung PLH, Dana, Komite Sekolah, Informasi lingkungan hidup, penghargaan lingkungan hidup, silabus LH, sosialisasi manfaat PLH, Peningkatan kompetensi guru untuk lingkungan hidup MBS yang mendukung PLH, Dana, Komite Sekolah, Informasi lingkungan hidup, penghargaan lingkungan hidup, silabus LH, sosialisasi manfaat PLH, Peningkatan kompetensi guru untuk lingkungan hidup MBS yang mendukung PLH, Dana, Komite Sekolah, Informasi lingkungan hidup, penghargaan lingkungan hidup, silabus LH, sosialisasi manfaat PLH, Peningkatan kompetensi guru untuk lingkungan hidup Belum Dilaksanakan Rasio guru dan siswa, Evaluasi LH, Penambahan waktu belajar LH, Kerjasama kelembagaan, Pengembangan Standar Kompetensi Rasio guru dan siswa, Evaluasi LH, Penambahan waktu belajar LH, Kerjasama kelembagaan, Pengembangan Standar Kompetensi Kegiatan yang berkaitan dengan PLH, Rasio guru dan siswa, Evaluasi LH, Penambahan waktu belajar LH, Kerja sama kelembagaan, Pengembangan Standar Kompetensi

5.5.1 SMA Negeri 81 Jakarta

Hasil penelitian terhadap SMA Negeri 81 menunjukkan bahwa MBS khususnya untuk PLH belum terlaksana sepenuhnya seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran. Perhatian sekolah terhadap lingkungan hidup dinilai telah ada. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Sarana dan Prasarana, Pendanaan, Program Kegiatan Lingkungan, Kerjasama Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah yang dapat mendukung PLH. Sarana dan Prasarana yang mendukung PLH telah dilengkapi sesuai dengan aturan dan dilaksanakan dengan baik . Akan tetapi dari segi Kurikulum terdapat beberapa komponen yang dinilai belum dapat mendukung PLH yaitu Evaluasi Kompetensi sikap dan perilaku yang belum dirumuskan sesuai dengan kompetensi lingkungan hidup Lampiran 3 Hasil evaluasi terhadap kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku guru mata pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Tata Negara, PPKN, dan Agama, SMA Negeri 81 memperlihatkan hasil yang memuaskan karena 100 guru telah memiliki kompetensi lingkungan hidup. Disamping itu semua guru yang dijadikan responden memandang pentingnya PLH untuk pembangunan berkelanjutan. Sejalan dengan itu semua guru juga mengemukakan bahwa mata pelajaran yang diajarkan telah memuat materi yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Namun masih terdapat kelemahan yaitu belum adanya rumusan standar kompetensi sikap dan perilaku siswa yang diharapkan, sedangkan untuk kompetensi pengetahuan telah terlaksana dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya hasil penelitian terhadap kompetensi siswa menunjukkan belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini ditunjukkan dengan persentasi siswa jurusan IPA yang mencapai ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa masing-masing sebesar 95.60 , 94,40 , dan 51.10 , sedangkan untuk siswa jurusan IPS adalah sebesar 90,50 , 96.80 , dan 20.60 tabel 5.3.. Dengan demikian kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan hidup belum mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan analisis statistik dengan derajat kepercayaan 0,05 menunjukkan bahwa untuk kompetensi sikap dan perilaku tidak ada perbedaan yang nyata antara jurusan IPA dan IPS. Dengan demikian jurusan IPA dan IPS tidak mempengaruhi kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku.

5.5.2. SMA Islam Al Azhar 4 Bekasi

Hasil penelitian terhadap SMA Islam Al Azhar 4 menunjukkan bahwa MBS khususnya untuk PLH belum terlaksana sepenuhnya seperti yang ditunjukkan dalam Perhatian sekolah terhadap lingkungan hidup ditunjukkan oleh Sarana dan Prasarana, SDM, Pendanaan, Program Kegiatan Lingkungan, Kerjasama Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah yang dapat mendukung PLH. Beberapa sarana yang belum dimiliki diantaranya rumah kaca, slogan, dan moto tentang lingkungan hidup, serta jaringan internet pada waktu penelitian berlangsung belum dapat dengan mudah diakses oleh siswa. Disamping itu dari aspek kurikulum yang belum tersedia adalah evaluasi kompetensi sikap dan perilaku. keikutsertaan dalam mengikuti lomba tentang lingkungan hidup, pencarian dana untuk kegiatan lingkungan hidup, kerjasama kelembagaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, dan sangsi terhadap pelanggaran kebersihan belum terlaksana dengan baik Lampiran 3. Dari sudut wawasan guru Biologi, Kimia, Fisika, Sosiologi, Ekonomi Akuntansi, PPKN, Tata Negara, dan Agama memperlihatkan kompetensi lingkungan hidup yang baik dan berpendapat akan pentingnya PLH untuk pembangunan berkelanjutan. Disamping itu semua guru mata pelajaran di atas mengemukakan bahwa belum terdapat standar kompetensi dan evaluasi untuk kompetensi sikap dan perilaku terhadap lingkungan. Hasil penelitian terhadap kompetensi siswa menunjukkan kompetensi pengetahuan, sikap dan perilaku siswa jurusan IPA dicapai oleh 74.50 , 80.20 , dan 51 siswa. Sedangkan untuk siswa jurusan IPS sebesar 67.30 , 94, dan 53 Tabel 5.3.. Analisis Statistik menunjukkan pada derajat kepercayaan 0,05 tidak ada perbedaan yang nyata dalam pencapaian ketiga kompetensi untuk jurusan IPA dan IPS.

5.5.3. SMA Islam Al Azhar 1 Jakarta

Secara umum pada SMA Islam Al Azhar 1 MBS khususnya untuk PLH belum terlaksana sepenuhnya seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran. Perhatian terhadap lingkungan hidup ditunjukkan oleh Sarana dan Prasarana, SDM, Pendanaan, Kerjasama Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah yang dapat mendukung PLH . Walaupun demikian terdapat beberapa hal yang belum dilengkapi yaitu rumah kaca, poster dan moto lingkungan yang masih perlu mendapat perhatian, juga taman sekolah yang kurang dirasakan keberadaannya oleh siswa Lampiran 3. Hal ini disebabkan lokasi SMA Islam Al Azhar 1 terletak pada lantai 6 dengan keadaan sekolah yang tertutup. Siswa tidak dapat langsung merasakan manfaat taman sekolah untuk kesegaran dan keindahannya. Komponen Kurikulum yang perlu mendapat perhatian adalah evaluasi sikap dan perilaku untuk aspek lingkungan yang belum dirumuskan dengan baik, demikian pula program kegiatan lingkungan hidup, ektrakurikuler, dan penambahan waktu belajar untuk keterampilan hidup. Untuk aspek ketahanan sekolah yang masih lemah adalah sangsi untuk pelanggaran yang berkaitan dengan PLH seperti sangsi dalam membuang sampah yang tidak pada tempatnya. Dari segi Pendanaan alokasi dana untuk PLH juga masih perlu mendapat perhatian. Hasil analisis terhadap pendapat guru menunjukkan bahwa guru Biologi, Kimia, Fisika, Sosiologi, Ekonomi Akuntansi, PPKN, Tata Negara, dan Agama memberikan pendapat akan pentingnya PLH untuk diajarkan di sekolah. Selain itu kompetensi guru untuk pengetahuan, sikap, dan perilaku menunjukkan pencapaian kompetensi lingkungan. Persentasi siswa yang telah memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk jurusan IPA masing-masing adalah 83.90 , 96.80 , dan 32.30 , sedangkan untuk IPS masing-masing adalah 60.70 , 85.70 , dan 28.60 tabel 5.3. Hasil analisis Statistik pada derajat kepercayaan 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam pencapaian ketiga kompetensi untuk ke dua jurusan. Kompetensi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar baik jurusan IPA dan IPS dapat disebabkan oleh kondisi sekolah yang belum cukup memberikan bekal kompetensi.

5.5.4. SMA Labschool Jakarta

Pada SMA Labshool, MBS khusus untuknya PLH belum terlaksana sepenuhnya seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 3. Perhatian terhadap PLH ditunjukkan oleh Sarana dan prasarana, SDM, Program Kegiatan Lingkungan Hidup, Pendanaan, Kerjasama Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah yang dapat mendukung PLH. Hal yang penting untuk mendapat perhatian adalah belum adanya Silabus Mata Pelajaran yang dikembangkan dan dikaitkan dengan PLH, standar kompetensi tentang lingkungan hidup, alat evaluasi kompetensi sikap dan perilaku yang dikaitkan dengan PLH juga sangsi untuk pelanggaran PLH Lampiran 3 akan tetapi kompetensi lingkungan hidup untuk guru telah tercapai. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk jurusan IPA masing-masing adalah 86.50 , 86.50 , dan 29.70 . Sedangkan IPS masing-masing adalah 84.60 , 82.00 , dan 36.00 Tabel 5.3. Hal ini menunjukkan telum tercapainya ketuntasan belajar. Hasil analisis statistik dengan derajat kepercayaan 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam pencapaian ketiga kompetensi untuk ke dua jurusan IPA dan IPS. Kompetensi perilaku yang rendah dari ke dua jurusan menunjukkan bahwa kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang dilaksanakan belum berpengaruh terhadap kompetensi perilaku siswa. Komponen evaluasi kompetensi perilaku yang belum dirumuskan dapat menjadi penyebab rendahnya kompetensi perilaku. Selain itu kompetensi perilaku yang dijadikan parameter umumnya hanya dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam melaksanakan praktikum sehingga perilaku yang mencerminkan PLH belum dicermati secara seksama oleh guru. Disamping itu standar kenaikan kelas yang lebih cenderung memperhatikan kompetensi pengetahuan ikut mempengaruhi perilaku siswa.

5.5.5. SMA Negeri 27 Jakarta

Pada SMA Negeri 27 MBS khususnya untuk PLH belum terlaksana sepenuhnya seperti yang ditunjukkan dalam lampiran 3. Perhatian sekolah terhadap lingkungan hidup ditunjukkan oleh terdapatnya sarana dan praarana, Program Kegiatan Lingkungan Hidup, kerjasama dengan Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah yang mendukung PLH. Walaupun demikian ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu belum tersedianya sarana audiovisual, poster, slogan tentang lingkungan hidup, dan pendanaan untuk kegiatan PLH. Dalam bidang kurikulum guru belum mengembangkan Silabus Mata Pelajaran dan penetapan standar kompetensi untuk aspek lingkungan. Evaluasi sikap dan perilaku untuk PLH juga belum dirumuskan dengan baik. Program life skill dan ekstra kurikuler untuk PLH juga belum sepenuhnya diselenggarakan. Beberapa jenis ekstra kurikuler yang telah dilaksanakan terbatas pada PMR, Paskibra, Rohani Islam, Rohani Kristen, Kelompok Ilmiah Remaja, Kesenian, dan Olah Raga. Perhatian sekolah terhadap PLH ditunjukkan dengan telah dilaksanakannya program 7 K dan penghijauan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis. Kegiatan lainnya yang secara rutin dilaksanakan adalah Pekan Ilmiah dan Pameran yang merupakan program yang diadakan dalam rangka menambah wawasan dan ilmu pengetahuan siswa. Jenis-jenis kegiatannya adalah kuis, pembuatan alat peraga, ceramah, dan diskusi, serta seminar. Apresiasi terhadap prestasi cukup mendapat perhatian di SMAN 27 yang diwujudkan dalam bentuk pameran dalam rangka aktualisasi kegiatan dan karya siswa. Hubungan dengan masyarakat lingkungan sekolah, instansi pemerintah, perusahaan, dan perguruan tinggi yang berkaitan dengan PLH belum sepenuhnya terlaksana. Selain itu kegiatan seminar untuk guru dan karyawan kerap kali diadakan yang bertujuan untuk meningkatkan profesional dan kompetensi. Kompetensi lingkungan hidup untuk guru Biologi, Kimia, Fisika, Sosiologi, Ekonomi Akuntansi, PPKN, Tata Negara, dan Agama sudah menunjukkan hal yang positif. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk jurusan IPA adalah 92.10 , 92.00 , dan 63.20 , sedangkan untuk IPS masing-masing adalah 88.20 , 97.00 , dan 66.00 Tabel 5.3. Berdasarkan data kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa jurusan IPA dan IPS belum mencapai ketuntasan belajar. Analisis statistik pada derajat kepercayaan 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam pencapaian ketiga kompetensi untuk jurusan IPA dan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sekolah untuk dapat menunjang PLH masih perlu ditingkatkan terutama melalui intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

5.5.6. SMA Negeri 77 Jakarta

Pada SMA Negeri 77 Jakarta, MBS belum terlaksana sepenuhnya seperti yang dalam lampiran . Perhatian terhadap lingkungan hidup ditunjukkan oleh Sarana dan Prasarana, Pendanaan, Program Kegiatan Lingkungan Hidup, Kerjasama dengan Kelembagaan, dan Ketahanan Sekolah telah memiliki sarana dan prasarana yang dapat mendukung PLH seperti yang disajikan pada lampiran 3. Upaya PLH di sekolah ini yang dijadikan ciri sekolah adalah tersedianya tempat sampah organik dan anorganik. Secara alamiah siswa dengan penuh kesadaran telah mampu dan mudah memisahkan sampah organik dan anorganik pada waktu membuang sampah . Disamping itu program 7 K, slogan, dan poster tentang PLH juga diperhatikan di SMAN 77, hal ini merupakan bentuk kepedulian Kepala Sekolah terhadap PLH. Akan tetapi Kerjasama dengan Kelembagaan, Pendidikan Tinggi, dan tokoh masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan hidup belum sepenuhnya terealisir. Belum ada upaya untuk mencari sumber dana dalam kegiatan PLH. Kesulitan dalam memantau siswa yang membuang sampah sembarangan merupakan hal yang masih belum sepenuhnya ditegakkan dalam ketahanan sekolah. Dalam bidang Kurikulum PLH masih mengalami kelemahan yaitu belum adanya upaya untuk mengaitkan materi pelajaran dengan PLH, belum dirumuskannya standar kompetensi PLH, belum dirumuskannya Evaluasi sikap, dan perilaku, juga progran lifeskill dan ekstrakurikuler yang terkait langsung dengan PLH. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya kompetensi guru untuk membuat rencana pengajaran yang dikaitkan dengan PLH. Walaupun demikian kompetensi guru untuk lingkungan hidup telah tercapai. Persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku untuk jurusan IPA masing-masing adalah 73.00 , 91.90 , dan 70.30 . Sedangkan untuk jurusan IPS masing-masing adalah 65.70, 88.60 , dan 57.10 Tabel 5.3. Analisis statistik pada derajat kepercayaan 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam pencapaian ketiga kompetensi untuk jurusan IPA dan IPS. Kompetensi yang belum mencapai ketuntasan dapat disebabkan oleh materi lingkungan hidup yang berkaitan dengan ekologi yang terbatas pada jurusan IPS, sedangkan untuk IPA lebih disebabkan oleh kegiatan PLH dalam intra dan ekstrakurikuler yang masih belum menyentuh PLH.

5.5.7. SMAN 8 Jakarta

MBS yang berkaitan dengan lingkungan diterapkan dalam bentuk perhatian yang besar terhadap kebersihan dan penghijauan sekolah. Kepala Sekolah melakukan pengawasan langsung pada semua sarana yang tersedia di sekolah. Akan tetapi kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan belum dilakukan oleh seluruh siswa. Keterlibatan siswa dalam aspek lingkungan adalah mewajibkan membuang sampah di tempat yang tersedia. Akan tetapi sangsi terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan lingkungan yang sudah dibakukan dalam tata tertib sekolah sulit dijangkau karena tiak terlihat secara langsung. Aktifitas lingkungan lainnya seperti kebersihan lingkungan, penghijauan dan perawatan tanaman diserahkan kepada petugas kebersihan yang setiap waktu membersihkan sarana yang ada Dengan demikian lingkungan sekolah bersih dan sangat kondisif untuk belajar. Adapun sarana pembelajaran lingkungan hidup di sekolah masih terbatas pada laboratorium IPA dan audiovisual. Hal lain yang merupakan ciri sekolah ini adalah mulai 2007 diberlakukannya ISO 9001 2000 plus 5S yang menekankan pada aspek managemen, menerapkan disiplin secara otomatis, organisasi yang baik, lingkungan yang bersih, menciptakan kemudahan dan keamanan serta institusi yang terus berkembang ke arah yang lebih baik. Penciptaan kondisi di atas sangat sulit karena ISO 9001 2000 plus baru dimulai paa tahun 2007. Dalam praktiknya banyak dijumpai siswa yang masih membuang sampah di alam kelas khususnya di tempat tersembunyi. Poster-poster tentang tentang lingkungan hidup tidak dijumpai, demikian pula halnya dengan pengembangan silabus khususnya pada mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan. Guru Kimia dan Fisika mengemukakan bahwa materi lingkungan hidup yang dibahas dari sudut ilmu kimia dan Fisika sebenarnya sangat menarik, akan tetapi untuk KTSP muatan lingkungan hidup tidak ada pada pelajaran kimia dan Fisika. Hal ini disebabkan telah dibahas dalam pelajaran Biologi, sedangkan mata pelajaran Biologi menurut guru Biologi masih kekurangan waktu untuk membahas lingkungan secara mendalam. Untuk mata pelajaran Geografi yang banyak kaitannya dengan lingkungan hanya diberikan dalam 45 menit dalam satu minggu pada kelas X, XI IPS dan XII IPS sedangkan jurusan IPA tidak mendapatkan Geografi. Dengan kondisi sekolah seperti yang telah dijelaskan maka kompetensi lingkungan hidup yang diperoleh untuk aspek pengetahuan mencapai nilai lebih dari 75 telah dicapai oleh seluruh siswa baik IPA maupun IPS. Akan tetapi untuk aspek sikap jurusan IPA kompetensi dicapai oleh 39,59. dan IPS 19 . Sedangkan untuk aspek perilaku jurusan IPA 19,88 dan IPS 18. Kondisi ini dapat disebabkan sekolah lebih mempersiapkan siswa untuk menguasai target kurikulum untuk menghadapi Ujian nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri yang diminati siswa sehingga pembekalan kompetensi tentang lingkungan masih belum dikembangkan. Adapun perguruan tinggi yang diminati adalah UI, ITB dan melanjutkan sekolah di luar negeri dengan beasiswa. Sedangkan jurusan yang diminati adalah Kedokteran, Teknik, Psikologi, Ekonomi dan Bisnis. Data menunjukkan rata-rata 90 siswa mendapatkan jurusan yang diminati. Dengan pengembangan silabus yang merupakan ciri KTSP yang difokuskan pada pengayaan materi pelajaran menyebabkan siswa disibukkan dengan pembahasan soal. Kegiatan kesiswaan yang diikuti siswa adalah Olympiade Sains Nasional, Kelompok Ilmiah Remaja, Bimbingan Belajar yang diberikan oleh alumni, Klinik belajar , Bahasa Asing, Olah Raga, dan Seni. Keikutsertaan sekolah untuk mengikuti lomba yang berkaitan dengan lingkungan juga belum dilakukan hal ini berkaitan dengan tingginya aktifitas guru dengan kegiatan di sekolah. Adapun kesibukan yang membutuhkan perhatian besar dari para guru selain mengajar adalah menyelesaikan administrasi pembelajaran yang telah diprogramkan oleh Dinas Pendidikan dalam bentuk Sistem Administrasi Sekolah SAS. Dengan program SAS yang diakses melalui internet maka sistem pencatatan kompetensi siswa dapat tersimpan dan tersusun dengan baik Tabel 5.3. Hasil Penelitian Ketuntasan Belajar Tentang Lingkungan Hidup Persentase Siswa dengan SKBM 75 KBK Persentase Siswa dengan SKBM 75 Kurikulum 1994 Sekolah IPA IPS Sekolah IPA IPS SMAN 81 95.60 90.50 SMA Lab. 86.50 84.80 SMAIA 1 83.90 60.70 SMAN 27 92.10 88.20 SMAIA 4 74.50 64.60 SMAN 77 73.00 65.70 Pengetahuan Rata2 80.46