Keterangan : Indikator ekonomi
: tersedianya lapangan pekerjaan, penghasilan rumah tangga, tingkat kemiskinan, kemampuan memiliki rumah, biaya kesehatan, jumlah
pengangguran, penyediaan tenaga kerja, penyediaan latihan kerja, pertumbuhan industri, keanekaragaman industri, keanekaragaman tenaga kerja, kewirausahaan,
dan inovasi teknologi.
Indikator Sosial : populasi dan sumberdaya, tingkat kejahatan, pelayanan pada
masyarakat, perpustakaan, keadilan dan hukum, kelahiran bayi normal, keikut sertaan dalam pemilihan, kemampuan menulis pada orang dewasa, kesehatan fisik
inividu, kesehatan mental individu, asuransi kesehatan, partisipasi masyarakat. jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat.
Indikator Ekologi :
tingkat pencemaran, penerapan program perlindungan alam, energi, tingkat pemanasan global, standar industri ramah lingkungan, air, limbah cair
dan padat, area hijau, pengelolaan sumberdaya, teknologi pertanian, keanekaragaman hayati, tanah, tersedianya pedesterian. Haryadi dan Setiawan,
2002.
1.7. Nilai Kebaruan Novelty
Penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan belum tercapainya kompetensi lingkungan hidup yang diharapkan. Hal ini dikemukakan
oleh Sholahuddin 1993 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara materi pelajaran IPA di SMA dengan sikap siswa untuk
melestarikan lingkungan. Mashudi 1999 juga menegaskan pemberian materi pelajaran IPA belum dapat menumbuhkan sikap positif dalam pelestarian lingkungan.
Oleh sebab itu dengan diberlakukannya KBK atau Kurikulum 2004 dan pengembangannya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP agar tujuan
pembelajaran PLH dapat dicapai, maka analisis kebijakan khususnya tentang PLH perlu dilakukan.
Analisis kebijakan terhadap KBK tentang kompetensi lingkungan hidup siswa selama ini belum pernah dilakukan, demikian pula pembuatan desain model
Kurikulum Berwawasan Lingkungan. Penelitian ini dapat mengetahui implementasi PLH dalam KBK dan kompetensi lingkungan hidup siswa SMA. Di samping itu
melalui penelitian ini dapat ditemukan kendala utama, dan langkah strategis dalam pelaksanaan PLH melalui KBK. Untuk mengimplementasikan Kurikulum
Berwawasan Lingkungan dibuat skenario pelaksanaan.
12 lulusan SMA melanjutkan pendidikan 2003
88 lulusan SMA tidak melanjutkan pendidikan 2003
KBK Kurikulum 2004
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Penelitian Kondisi Nyata
Ya
Tidak LULUSAN SMA
KBK K.
1994 KTSP
II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Kondisi Lingkungan Hidup dan Pendidikan
Perhatian masyarakat dunia terhadap lingkungan hidup baru berlangsung pada sekitar tahun 1972, yaitu sejak ditandatanganinya Deklarasi Stockholm.
Sejak saat itu mulai disadari bahwa ternyata keadaan lingkungan hidup sangat memprihatinkan dan banyak mengalami kerusakan yang berarti. Pencemaran
atmosfer yang pada sebelum abad 21 hanya berskala lokal telah berubah menjadi global dan diikuti dengan pemanasan bumi. Air laut juga mengalami
pencemaran yang terus meningkat dari pencemaran yang bersifat sporadis menjadi pencemaran limbah padat, cair, bahan beracun dan berbahaya B3,
kerusakan terumbu karang, dan instrusi garam terhadap air tanah. Permasalahan air bersih yang pada awalnya hanya berupa pencemaran pada skala lokal
menjadi masalah terbatasnya air yang berkualitas dan makin sulitnya air bersih diperoleh. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Yudhoyono 2007
bahwa kondisi sumberdaya air di Indonesia yang sudah mencapai tahap kritis akibat tekanan, pengelolaan, serta kuantitas dan kualitas sumberdaya air. Padahal
Indonesia merupakan negara sebagai penyedia 6 sumber air dunia dan 21 di Asia Pasifik.
Permasalahan lainnya adalah terbentuknya lahan kritis, banjir, penggundulan hutan, kekeringan, penciutan lahan pertanian produktif,
penggurunan, longsor yang semakin luas, terancamnya sumberdaya hayati, kebakaran hutan, dan illegal logging. Di beberapa daerah kawasan hutan yang
seharusnya merupakan kawasan konservasi sekarang ini jumlahnya berkurang karena terdesak oleh kegiatan masyarakat sekitar seperti penebangan liar,
permukiman penduduk, serta perambahan hutan yang tak terkendali Wildensyah, 2007. Sejalan dengan itu menurut Siburian 2006 pengambilan kayu dari hutan
oleh masyarakat disebabkan rendahnya pengetahuan tentang dampak lingkungan yang ditimbulkan. Godwin Limberg peneliti Cifor dalam Kompas
Senin 24 September 2007 halaman 23 mengemukakan bahwa adanya perambahan hutan pada Taman Nasional Kutai.
Menurut Asdak 2002 banjir bandang di wilayah hilir Daerah Aliran Sungai berhubungan dengan penebangan hutan di wilayah hulu DAS. Hal ini