56
melalui metode jarimatika pada anak tunanetra kelas VI Akselerasi di SLB A Yaketunis Yogyakarta.
F. Kerangka Pikir
Bagi anak tunanetra pembelajaran operasi hitung perkalian merupakan salah satu komponen pokok dalam pembelajaran matematika tahap
selanjutnya, namun dalam penyelesaian operasi hitung perkalian untuk dua angka digit, kemampuan anak tunanetra masih rendah, dikarenakan anak
masih kesulitan menyelesaiakan operasi hitung perkalian. Dengan demikian metode yang efektif dan efisien sangat dibutuhkan dalam penyampaian
operasi hitung perkalian pada anak tunanetra. Ketika anak menguasai operasi hitung perkalian dengan dua angka digit ini akan membantu anak
untuk pembelajaran matematika ke tahap selanjutnya, dan memotivasi anak untuk menyelesaikan pembelajaran matematika yang melibatkan operasi
hitung perkalian dengan cara mudah dan cepat. Tekhnik operasi hitung perkalian dalam operasi perkalian 11-30 dengan
metode jarimatika, belum diterapkan pada pembelajaran. Sementara itu, untuk penyelesaiannya menggunakan metode hafalan dalam perkalian dua
angka digit siswa terbebani dan dapat menyebabkan rasa bosan. Jarimatika Menurut Tri Budiyono 2008: 31 metode jarimatika
merupakan cara proses hitung perkalian dengan memasukkan fungsi jari sebagai alat bantu mengoperasikan perkalian angka. Jarimatika
memperkenalkan kepada anak tunanetra bahwa matematika khususnya
57
berhitung itu menyenangkan. Dalam proses yang penuh kegembiraan itu anak dibimbing untuk bisa dan terampil berhitung dengan benar dan mudah
dipahami oleh anak. Penggunaan metode jarimatika dalam penyelesaian operasi hitung
perkalian dua angka digit, terbagi menjadi 4 golongan operasi hitung perkalian yaitu perkalian 11-15, perkalian 16-20, perkalian 21-25 dan
perkalian 26-30.
Adanya golongan-golongan
perkalian tersebut
memberikan kemudahan pada anak tunanetra dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian dua angka digit dengan metode yang efektif dan efisien.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gerakan yang lambat dan tidak terkontrol pada anak tunanetra saat
operasi hitung perkalian menggunakan perkalian bersusun.
Anak tunanetra mudah bosan sehingga sering menebak-nebak
untuk perkalian dua angka digitt. Metode hafalan untuk perkalian
dua angkadigit pada anak tuna netra kurang efektif
Kemampuan operasi hitung perkalian dua angka digit pada anak tunanetra kelas VI
Akselerasi masih rendah.
Penerapan metode jarimatika dalam proses pembelajaran operasi hitung perkalian dua angka
digit pada mata pelajaran Matematika.
Pembelajaran operasi hitung perkalian dua angka digit dengan menggunakan metode jarimatika,
melalui tahapan: perkalian 11-15, perkalian 16- 20, perkalian 21-25, dan perkalian 26-30.
Kemampuan operasi hitung perkalian dua angka digit anak tunanetra meningkat.
Keunggulan metode jarimatika: Jarimatika memperkenalkan
kepada anak bahwa operasi hitung perkalian dua
angkadigit menyenangkan. Medianya tidak perlu dibeli.
Tidak memberatkan memori anak tunanetradalam
mengoperasikan perkalian dua angkadigit.
Anak tunanetra mengalami hambatan dalam menyelesaikan operasi hitung perkalian,
metode hafalan dan perkalian bersusun kurang efektif dalam menyelesaikan operasi
hitung perkalian dua angka digit. Keterbatasan anak tunanetra
58
G. Hipotesis