70
menyusun langkah-langkah perbaikan untuk menyusun siklus kedua.
Dengan diketahui kelemahan maupun kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran operasi hitung perkalian pada siklus I maka pada siklus II
dapat diperbaiki.
D. Setting dan Waktu Penelitian
1. Setting penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB A Yaketunis Yogyakarta, yang berlokasi di Jalan Parangtritis No. 46 55143, Dukuh Danunegaran,
Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan dengan setting di ruang kelas VI Akselerasi
pada pagi hari dan ruang kelas XII G pada sore hari. Peneliti memilih setting ini, dikarenakan lebih efektif dalam menerapkan tindakan di
dalam kelas, baik dari guru maupun siswa dalam menerapkan metode jarimatika.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II selama kurang lebih 5 Bulan. Adapun rincian waktu yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Penelitian
No. Waktu Tahap
Kegiatan
1 Bulan I-III
Persiapan Menyusun proposal dan revisi
proposal 2
Bulan IV Pengumpulan data
Menyusun persiapan mengajar dan pelaksanaannya
3 Bulan IV
Analisis data Klasifikasi, analisis, dan
pembahasan 4
Bulan V Penyelesaian
Penyusunan laporan, artikel jurnal, serta publikasi hasil penelitian.
71
E. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa kelas VI Akselerasi di SLB A YaketunisYogyakarta yang mengalami kesulitan dalam operasi
hitung perkalian dua angka digit. Subyek penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Siswa tunanetra total di SLB A Yaketunis yang mengikuti proses
pembelajaran di kelas Akselerasi. 2.
Kondisi intelegensi anak normal rata-rata. 3.
Siswa sudah menguasai perkalian 1-10. 4.
Siswa tunanetra total. 5.
Siswa tunanetra memiliki kemampuan operasi hitung perkalian dua angka digit masih rendah.
F. Tekhnik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari beberapa sumber yaitu:
1. Tes
Tes Wijaya Kusumah Dedi Dwitagama, 2011: 78 merupakan seperangkat rangsangan stimuli yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes sebagai instrumen yang sangat lazim untuk
mengukur kemampuan operasi hitung perkalian siswa dengan berbagai
72
pertanyaan untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek dalam operasi hitung perkalian.
Tes dalam penelitian ini meliputi pre test dan post test. Pre test diberikan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa
tunanetra. Post test diberikan setelah pemberian tindakan pada siklus I, jika pada siklus I tidak mengalami peningkatan, maka diberikan post test
pada siklus II. Tes yang akan digunakan dalam bentuk tes tulis. Tes tulis Wina
Sanjaya, 2011: 100 adalah tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Tes tertulis yang
digunakan adalah tes dalam bentuk esai, dengan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan secara sistematis. Soal yang diberikan terbagi
menjadi tiga jenis soal yaitu soal perkalian biasa, soal perkalian dalam bentuk soal perkalian yang dikemas dalam soal bangun datar, dan soal
cerita. Jumlah soal esai yaitu 15 soal, dengan penskoran sebagai berikut: a.
Soal perkalian biasa Rubrik penskoran:
1 Skor 2: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri
dan benar tanpa bantuan dari guru. 2
Skor 1,5: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan benar mendapatkan sedikit bantuan dari guru.
3 Skor 1: apabila siswa tidak mampu menyelesaikan dengan
benar.
73
b. Soal perkalian yang dikemas dalam soal bangun datar
Rubrik penskoran: 1
Skor 4: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan benar tanpa bantuan dari guru.
2 Skor 3: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan
benar mendapatkan sedikit bantuan dari guru. 3
Skor 2: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan benar mendapatkan banyak bantuan dari guru.
4 Skor 1: apabila siswa tidak mampu menyelesaikan dengan benar
c. Soal perkalian dalam bentuk soal cerita
Rubrik penskoran: 1
Skor 4: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan benar tanpa bantuan dari guru.
2 Skor 3: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan
benar mendapatkan sedikit bantuan dari guru. 3
Skor 2: apabila siswa mampu menyelesaikan dengan mandiri dan benar mendapatkan banyak bantuan dari guru.
4 Skor 1: apabila siswa tidak mampu menyelesaikan dengan benar.
2. Observasi
Observasi Kunandar, 2012: 143 adalah kegiatan pengamatan pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi non partisipatif.
74
Dalam observasi ini yang terlibat sebagai observer yaitu peneliti dan Am mahasiswa kolabolator secara bergantian. Pengambilan data
dalam tahap observasipengamatan, observer tidak melibatkan diri dalam pemberian tindakan saat pembelajaran. Tujuan dilakukan
observasi yaitu untuk memperoleh kemampuan penerapan metode Jarimatika dalam operasi hitung perkalian, sekaligus mengetahui
penguasaan guru dan siswa terhadap metode tersebut. Observasi dilaksanakan dengan berpedoman pada indikator
keberhasilan yang telah ditentukan dengan mengacu pada panduan observasi partisipasi siswa dan panduan observasi kinerja guru.
Pengamatan dengan metode ini untuk mengungkap peran atau aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kriteria-kriteria yang
dipakai dalam observasi disusun oleh peneliti guna mengumpulkan data apakah mengikuti standar atau tidak.
G. Instrumen Penelitian