Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
bermacam cara belajar. Pendidik yang profesional tidak hanya memiliki dan menguasai pengetahuan dalam bidang yang diampunya, tetapi juga harus
memiliki keterampilan dalam menerapkan suatu metode pembelajaran yang sesuai. Rendahnya penguasaan konsep-konsep IPA seperti konsep biologi
tidak terlepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam dunia pendidikan, menurut Benyamin S. Bloom dan Krathwohl,
ada tiga aspekranah kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan atau prestasi belajar seseorang yaitu ranah
kognitif intelektualpemahaman, ranah afektif sikap dan perilaku dan ranah psikomotor keterampilan.
5
Sejalan dengan hal tersebut, dewasa ini penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menuntut
perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal sekolah. Salah satu perubahan
paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru teacher centered beralih berpusat pada murid student
centered.
6
Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah di dalam kelas ataupun
di luar kelas. KTSP yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya sudah cukup kondusif bagi pengembangan pengajaran yang mensyaratkan
siswa sebagai pusat belajar. Oleh karena itu, suasana belajar tidaklah monoton hanya pada seorang pendidik yang menyampaikan materi, namun harus ada
juga peran aktif oleh peserta didik. Metode pembelajaran sebagai suatu cara untuk melakukan
pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran sangat berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Jika pemilihan metode
pembelajaran tidak tepat, maka tidak sedikit peserta didik yang mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran yang berakibat tidak tercapainya tujuan
5
Martinis Yamin, Strategi pembelajaran berbasis kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2005, h. 27
6
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007, h. 2
pembelajaran.
7
Pada kenyataannya, dalam pembelajaran banyak guru yang menggunakan metode konvensional saja, sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajaran dan prestasi belajar kurang memuaskan. Memilih metode pembelajaran yang tepat merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki
oleh oleh guru agar didapatkan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tepat.
Untuk memilih model pembelajaran yang tepat, tidak hanya memperhatikan keterlibatan secara aktif saja, tetapi juga memperhatikan
karakteristik, potensi dan tingkat perkembangan siswa. Salah satu model yang diharapkan sesuai sebagai variasi dan alternatif dalam mengajar adalah model
pembelajaran kooperatif. Menurut I Nyoman Selamat, dalam pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk dalam suatu
kelompok kecil dimana siswa bekerjasama dalam mengoptimalkan keterlibatannya
dan anggota
kelompoknya dalam
belajar.
8
Dalam pembelajaran kooperatif keterlibatan siswa lebih dominan dan saling bekerja
sama, saling membantu dalam memahami pelajaran dan mengerjakan tugas kelompok.
Pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Share yang dikembangkan oleh Frang Lyman dan teknik Think-Pair-Square oleh Spencer Kagan ini
mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, di mana
siswa juga dapat bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen.
Pelaksanaan kedua teknik tersebut diawali dengan pemberian tugas oleh guru kemudian siswa diberi waktu secukupnya untuk berpikir sejenak
terhadap topik yang ada di depan mereka think, kemudian meminta mereka mendiskusikan dengan teman sebelahnya pair, setelah itu mereka
7
Moch. Agus Krisno Budianto, Sekilas Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi, Jurnal Pemikiran Pendidikan, Th. X No. 1, Juni, 2002, h. 9
8
I Nyoman Selamat, Pengembangan pembelajaran kooperatif melalui metode bermain untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada konsep-konsep kimia SMU, Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, no. 2 TH. XXXVI, April, 2003, h. 36
mengungkapkan hasil diskusi kepada seluruh kelas share. Perbedaan dari kedua teknik tersebut hanya pada tahap diskusinya saja. Pada teknik Think-
Pair-Square, dimana setelah tahap think berpikir dan Pair berpasangan siswa melakukan tahapan Square berempat.
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri
mereka sendiri.
9
Kedua teknik pembelajaran kooperatif ini menghendaki optimalisasi partisipasi siswa, selain itu menghendaki siswa untuk lebih
banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu dalam kelompok kecil yang heterogen. Dengan kelompok kecil ini diharapkan siswa lebih aktif belajar
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan semua anggota kelompok merasa terlibat di dalamnya. Keadaan siswa yang demikian dengan
menggunakan metode ini diharapkan akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi baik. Hal inilah yang mendasari penulis mengambil judul
“Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik think pair share dan teknik think pair square ”.