Gambar 2.9 Hubungan GWP untuk Capability Level ISACA, 2012
Perincian dari dokumen yang dibutuhkan untuk penilaian masing-masing level adalah sebagai berikut:
1. Level 2: 1, 2, 3, dan 4.
2. Level 3: 1, 2, 4, 5, dan 9.
3. Level 4: 1, 6, 7, 8, dan 9.
4. Level 5: 6 dan 9.
1. Dokumentasi proses: Nama proses, pemilik proses, ruang lingkup proses,
peranan proses, peta proses, diagram RACI, matriks kontrol internal, dan prosedur proses.
2. Rencana proses: Tujuan performa proses, pengurusan sumber daya proses,
komunikasi proses, infrastruktur proses, lingkungan kerja, kebutuhan kemampuan dan pengalaman, dan kebutuhan pelatihan.
3. Rencana kualitas: Pernyataan kebijakan kualitas dan tujuan, isi hasil kerja,
kriteria kualitas hasil kerja sebagai dasar review dan persetujuan, dokumentasi hasil kerja, dan pengendalian perubahan hasil kerja.
4. Catatan kualitas: Catatan review hasil kerja terhadap ketentuan dan tindakan
yang diambil. 5.
Kebijakan dan standar: Tujuan dan tanggung jawab proses, batas performa minimum proses, pemetaan proses standar, termasuk urutan yang
diharapkan dan interaksi antar proses, prosedur yang standarisasi, peran dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan proses, infrastuktur dan
lingkungan kerja untuk melakukan proses, ketentuan pelaporan dan pemantauan termasuk audit.
6. Rencana peningkatan proses: Tujuan peningkatan proses, analisis terhadap
best practice, kesempatan pengembangan teknologi, tindakan peningkatan, rencana implementasi peningkatan, dan pendekatan kualitas proyek.
7. Rencana pengukuran proses: Tujuan pengukuran, indikator pengukuran
yang disarankan, prosedur pengumpulan data, dan prosedur analisis. 8.
Rencana pengendalian proses: Teknik pengendalian, pendekatan pengukuran, dan batasan performa normal.
9. Catatan performa proses: Catatan review terhadap ketentuan dan tindakan
yang diambil.
2.6. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.6.1. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi. Sedangkan “check list” atau daftar cek yang merupakan
pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang diamati, sebagai instrument yang digunakan pada kuesioner Sanjaya, 2013.
2. Wawancara Wawancara interview, adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan
cara dialog baik secara langsung tatap muka maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai
sumber data Sanjaya, 2013. 3. Studi Literatur
Proses kegiatan menelaah dan membaca bahan-bahan pustaka seperti buku- buku atau dokumen-dokumen, mempelajari dan menilai prosedur dan hasil
penelitian sejenis yang pernah dilakukan orang lain, serta mempelajari laporan-laporan hasil observasi dan hasil survei tentang masalah terkait
dengan topik yang akan diteliti Sanjaya, 2013.
Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya:
1. “Penilaian Tingkat Kematangan Tata Kelola TI Pada Sistem Informasi
Manajemen Akademik pada Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Tesis ini ditulis oleh Fitroh dengan COBIT 4.0.
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran jelas dan rekomendasi, yang diharapkan ada tindak lanjut berupa pembenahan
secara step by step maupun keseluruhan pada universitas. Hasil penelitian ini domain PO berada pada level 2 dan untuk domain AI
berada pada level 1. 2.
“Analisis Management Awareness dan Maturity Level pada DRC Disaster Recovery Center
Bank Sumsel Babel dengan Cobit 4.1”. Skripsi ini ditulis oleh Yusron Pratyangga Program Studi Sistem
Informasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah membuat rekomendasi hasil analisis
Management Awareness dan Maturity Level pada DRC Bank Sumsel Babel berdasarkan Cobit 4.1 yaitu pada DS9 mengelola konfigurasi,
DS11 mengelola data, dan DS12 mengelola lingkungan fisik. Hasil penelitian ini adalah Management Awareness berada pada level 3
menjadi level 4 dan Maturity Level berada pada level 2 menjadi level 3 yakni tahap yang diinginkan.
3. “Usulan Model Tata Kelola Teknologi Informasi pada Domain Monitor,
Evaluate and Assess dengan Metode Framework COBIT 5 pada PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk”. Skripsi ini ditulis oleh Siti Ida Farida Program Studi Sistem Informasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah memberikan usulan model tata kelola TI pada divisi TI yang berada pada PT Bank Muamalat
Indonesia. Hasil penelitian ini adalah capability level untuk MEA01 sampai saat ini yaitu 2,76 sedangkan harapan di masa yang akan datang
yaitu 3,00. Gap yang ditemukan sebesar 0,24. Untuk mengatasi gap tersebut maka perusahaan diharapkan untuk mendokumentasikan
kegiatan yang sesuai disarankan oleh standar COBIT 5. 4.
“Evaluasi Capability Level pada Dukungan Layanan Manajemen Data dengan Framework
COBIT 5 Studi Kasus DRC Asuransi Jasindo”. Skripsi ini ditulis oleh Farah Nuri Eka Putri Program Studi Sistem
Informasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan mutu tata kelola
TI khususnya pada bidang DRC di Asuransi Jasindo. Hasil penelitian ini adalah nilai untuk DSS01 mencapai 2,87 dan DSS03 mencapai 2,86
sedangkan ekspektasi yang diharapkan berada di posisi 4. Gap yang ditemukan mencapai 1,23 untuk DSS01 dan 1,24 untuk DSS03.
Perusahaan diharapkan untuk melengkapi standar klasifikasi DRC yang tepat sesuai prosedur yang ada di COBIT 5.
4. Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau
pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya Sanjaya, 2013.
2.6.2. Metode Analisis Data
Dengan menggunakan framework COBIT 5 khususnya pada proses BAI07 Manajemen Penerimaan Perubahan dan Transisi ISACA, 2012.
1. COBIT 5 Assessment Process Activities
Assessment Process Activities adalah manajemen proyek dasar dari praktik yang baik dan memberikan penilaian pada enam tahap untuk
menjamin hasil evaluasi sesuai pada tujuan orgnisasi. Berikut process capability dalam melakukan evaluasi enam tahap yang berkelanjutan
ISACA, 2012: Initiation, Planning the Assessment, Data Collection, Data Validation, Process Attribute Level and Reporting the Result.
2. Penentuan Capability Level
Tingkat kemampuan pada suatu organisasi yang dinilai, apakah sudah mencapai tujuan, kesesuaian visi dan misi pada organisasi.
3. Gap
Menurut Wakhinudin S 2009 analisa gap adalah suatu metode alat membantu suatu lembaga membandingkan performansi actual dengan
performansi potensi. Operasionalnya dapat diuangkapkan dengan dua
pertanyaan berikut: “Dimana kita sekarang?” dan “Dimana kita inginkan?”
4. Rekomendasi Perbaikan
Menurut Sarno
2009 rekomendasi
perbaikan harus
bisa menggambarkan area perbaikan yang perlu dilakukan perusahaan
berdasarkan tingkat kapabilitas saat pelaksanaan evaluasi.
2.7. Metode Perhitungan Guttman
Dalam Penghitungan COBIT terdapat beberapa metode, antara lain: Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena pendidikan. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan
yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif, dan pernyataan negative yang berfungsi untuk mengukur sikap negative objek sikap.
Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk sangat tidak setuju STS, 2 untuk tidak setuju TS, 3 untuk ragu-ragu R, 4 untuk setuju S, dan 5 untuk sangat setuju
SS. Skor pernyataan negative dimulai dari 1 untuk sangat setuju SS, 2 untuk setuju S, 3 untuk ragu-ragu R, 4 untuk tidak setuju TS, dan 5 untuk sangat
tidak setuju STS. Beberapa p eneliti menghilangkan option “Ragu-ragu” dalam
instrument penelitian untuk memudahkan penulis melihat sikap siswa sesungguhnya sesuai angket yang responden isikan.
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Louis Guttman 1916-1987 merupakan orang pertama yang memperkenalkan metode skala guttman. Dalam
penggunaannya, skala guttman menghasilkan binary skor 0-1, dan digunakan
untuk memperoleh jawaban dengan tegas dan konsisten seperti ‘ya’ dan ‘tidak’ atau ‘benar’ dan ‘salah’. Hasil jawaban kuisioner kemudian akan dilakukan konversi
nilai terhadap setiap jawaban dari responden. Konversi nilai dilakukan dengan menggunakan nilai 0 untuk jawaban Tidak T dan nilai 1 untuk jawaban Ya Y.
Hasil konversi kemudian akan dilakukan normalisasi dengan membagi nilai total dengan jumlah pertanyaan yang ada pada setiap level, kemudian setelah dilakukan
normalisasi dilakukan perhitungan rata-rata dengan membagi total nilai jawaban dengan jumlah responden.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Skala Guttman dengan alasan:
1. Pada Skala Guttman, to be ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak terkait dengan menyimpulkan dari visi, misi, dan kondisi. Sedangkan Skala Likert ditentukan pada setiap pertanyaan pada kuesioner.
2. Pada peneliti sebelumnya: Sri Utami Israyanti 2014 menggunakan Skala
Likert pada COBIT 4.1. memiliki GAP sebesar 3 antara as is dan to be. Yusron Pratyangga 2012 menggunakan Skala Likert COBIT 4.1. dan
memiliki GAP sebesar 2 antara as is dan to be. Siti Ida Farida 2014 menggunakan Skala Likert pada COBIT 5, memiliki GAP sebesar kurang
dari 1 anatara as is dan to be. 3.
Pada COBIT 5 untuk naik level berikutnya semua proses pada level sebelumnya harus terpenuhi, sehingga lebih cocok menggunakan Skala
Guttman karena as is ditentukan berdasarkan hasil wawancara, visi, misi dan kondisi STIK-PTIK.