Tersedia dan dilaksanakannya komponen-komponen ligkungan kerja yang telah dikemukakan diatas secara baik tentunya akan memudahkan bagi perawat untuk
melaksanakan praktik keperawatan secara profesional di tempatnya bekerja.
2.2. Konsep Perilaku
2.2.1. Perilaku Manusia
Menurut Notoadmodjo 2003, perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan jadi perilaku manusia
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri perilaku dipengaruhi oleh faktor pemudah umur, tingkat pendidikan, masa kerja, pengetahuan
dan sikap, faktor pendukung pendidikan dan pelatihan K3, komitmen manajemen dan ketersediaan sarana dan prasana dan faktor pengungat supervisi dan rekan
kerja, dimana ketiga faktor berperan dalam tindakan seseorang. Perilaku adalah respon individu atau kelompok terhadap lingkungan dalam
fisiologi, perilaku manusia merupakan bagian penting dari perubahan fisik yang menitikberatkan pada sifat dan karakteristik yang khas dari organ-organ atau sel-sel
yang ada dalam tubuh, dalam kacamata ilmu sosial, perilaku atau perbuatan manusia merupakan manifestasi terhadap pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan
interaksi yang menitikberatkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, serta melihat individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat keluarga,
kelompok sosial, kerabat, klien, suku, ras, bangsa. Di antara dua kelompok ilmu pengetahuan ini berdiri psikologi, yang membidangi individu dengan segala bentuk
Universitas Sumatera Utara
aktivitasnya, perbuatan, perilaku dan kerja selama hidupnya. Kerangka analisis fisiologi memberikan penjelasan mengenai macam-macam tingkah laku lahiriah,
yang sifatnya jasmani sedangkan manusia merupakan satu totalitas jasmani-rohani. Psikologi mempelajari bentuk tingkah laku perbuatan, aktivitas individu dalam
relasinya dengan lingkungannya. Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan stimulus dari luar subjek respon ini dibedakan menjadi 2 dua :
1 Perilaku tertutup covert behavior Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
covert respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas. 2 Perilaku terbuka overt behavior
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik practice, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain Oleh sebab itu disebut over behavior, tindakan nyata atau praktik practice misal, seorang
ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi dan sebagainya.
Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah faktor situasional. Menurut pendekatan ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
lingkungansituasional. Faktor situasional ini berupa faktor ekologi, faktor rancangan dan arsitektur, faktor temporal, suasana perilaku misalnya cara berpakaian dan cara
berbicara, faktor sosial. Hal inilah menjadikan prediksi perilaku menjadi lebih komplek Azwar, 2000.
Lewin 1951 dalam Azwar 2000, merumuskan suatu model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
lingkungan karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti : motivasi, nilai- nilai, kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu dengan yang lain,
kemudian berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Agar dapat memprediksi perilaku, Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam
Brehm dan Kassin 1990, mengemukakan Theory of reasoned action Teori tindakan beralasan dengan mencoba melihat antesenden mendahului penyebab perilaku
volisional perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri. Teori didasarkan pada asumsi-asumsi : a bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara
yang masuk akal, b bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada, c secara eksplisit maupun implisit manusia memperhitungkan implikasi tindakan
mereka. Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap memengaruhi perilaku
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap
umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subyektif yaitu keyakinan
Universitas Sumatera Utara
mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat
untuk berperilaku tertentu Azwar, 2000. Asumsi diatas juga berlaku dalam penelitian-penelitian perilaku organisasi,
dimana perilaku manusia tidaklah acak. Perilaku berasal dan diarahkan menuju suatu akhir yang diyakini, benar atau salah, demi kepentingannya yang terbaik, sehingga
pada umumnya perilaku dapat diramalkan jika kita tahu bagaimana orang menangkap mempersepsikan situasi dan apa yang penting baginya Robbins, 2003.
2.2.2. Standar Perilaku