Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera

Pengeluaran bu dewi selama satu bulan pun terbilang cukup rendah sama halnya dengan pengeluaran harian, seperti kebutuhan uang jajan anak sebesar Rp. 10.000hari x 30 menjadi Rp. 300.000, belanja kebutuhan dapur Bu Dewi mematok harga sampai Rp. 30.000hari x 30 menjadi Rp.900.000 itu juga keseringan makan tempe tahu ama sayur asem kata beliau, untuk pengeluaran mingguan seperti membeli Galon Rp. 15.000 x 4 sebulan bisa mengeluarkan Rp.60.000, Gas elpiji yang ukuran kecil sebesar Rp. 19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, alat cuci pakaian dan mandi Rp. 55.000 x 4 menjadi Rp. 220.000, adapun pengeluaran bulanan yaitu membayar listrikairtelpon Rp. 600.000, iuran sekolah anak sebesar Rp.200.000, iuran keamanan siskamling Rp.10.000, jika di total secara keseluruhan pengeluaran bu Dewi sebesar Rp.2.366.000 selama satu bulan. Tak jarang juga bu Dewi meminjam uang kepada tetangga untuk kebutuhan sehari-hari bersama keluarga. Menurut hasil penelitian saya Bu Dewi adalah salah satu anggota kelompok tani lidah buaya yang gagal, karena tidak sungguh-sungguh dalam menggeluti usaha tani lidah buaya dan faktor kemiskinan yang menyebabkan Bu dewi tidak mengalami perubahan. Seharusnya sosok Bu Tantri dijadikan panutan bagi para anggotanya supaya termotivasi agar bisa mengikuti jejak Bu Tantri menjadi Pengusaha petani Lidah Buaya yang sukses. Bu Wiyah adalah salah satu anggota Kelompok Tani Bina Avera yang sudah tidak menggeluti pertanian lidah buaya. Karena hasil yang ia dapat selama menjadi petani lidah buaya tidak seberapa. Dia mengandalkan usahanya dan nafkah dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan biasa. Seperti yang dikatakan Bu Wiyah. “Saya mah de cape doang klo ngurusin lidah buaya, soalnya hasilnya gak nentu kadang cuma dapet dua ratus ribu sampe tiga ratus ribu dalam sebulanan. Mendingan saya ngurusin dagangan saya buka warung kecil- kecilan, minimal kebutuhan anak bisa terpenuhi”. 118 Pendapatan bu wiyah selama sebulan yaitu Rp.2.200.000 dari usaha nya membuka warung. Pengeluaran bu Wiyah selama sebulan pun sangat minim sekali, seperti uang jajan anaknya sebesar Rp.4.000 x 30 hari menjadi Rp.120.000 sebulan, kebutuhan dapur biasanya bu Wiyah membeli seperti sayur asem, tempe, tahu dan lain-lain di tukang sayur seharga Rp. 35.000hari x 30 hari menjadi Rp.1.050.000, kalau pun untuk kebutuhan cuci, mandi, gas dan lain-lain biasanya bu Wiyah bisa mengambil dari warungnya sendiri, untuk biaya bulanan bayar listrik dan air seharga Rp. 500.000, SPP anak sekolah Rp. 300.000, iuran lingkungan Rp.10.000, kredit motor seharga Rp.769.000. Total pengeluaran selama satu bulan sebesar Rp.2.749.000, pengeluaran lebih besar dari apa yang didapat oleh bu Wiyah selama satu bulan dan bu Wiyah pun di kategorikan sebagai petani lidah buaya yang gagal. Sama halnya dengan bu Tantri anggota lain Pak Muhayar, pendapatannya sebelum bergabung dengan kelompok tani hanya sebesar Rp.3.500.000 selama sebulan. Setelah bergabung pendapatan Pak Muhayar selalu meningkat dan dari hasil pertanian ini pun cukup fantastis bagi seorang petani yaitu Rp.7.000.000 selama sebulan, tetapi kehidupan beliau pun terbilang sederhana berbeda dengan bu Tantri yang menikmati uangnya dengan penuh kemewahan. Seperti yang di katakan Pak Muhayar. 118 Wawancara pribadi dengan Wiyah, Depok, 17 April 2016. “Pengeluaran harian yang saya keluarkan seperti membeli rokok, memberikan uang jajan anak, bensin motor dan buat belanja dapur yang saya berikan kepada istri saya. Adapun juga keperluan mingguan seperti beli galon, gas, peralatan mandi dan nyuci sepenuhnya saya kasih oleh istri. Begitu pun juga bulanan bayar lsitrikairtelpon, kredit motor, bayar tukang kebun satu orang. 119 Jika di rinciin pengeluaran harian pak Muhayar seperti rokok seharga Rp.18.000 x 30 hari menjadi Rp.540.000 karena rokoknya pak Muhayar Sampoerna Mild. Uang jajan anak Rp.15.000 x 30 hari menjadi Rp.450.000 untuk ketiga anaknya. Motor sehari bisa menghabiskan 2 liter bensin premium Rp.14.800 x 30 hari menjadi Rp.444.000 tergantung pemakaian sehari-hari nya pak Muhayar. Adapun keperluan mingguan seperti gas Rp.19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, galon isi ulang Rp.4.500 x 4 menjadi Rp.18.000. begitu pun juga bulanan listrik dan air sebesar Rp.400.000, kredit motor Rp.600.000, gaji tukang kebun sebesar Rp.1.200.000, untuk keperluan dapur, alat cuci dan mandi sepenuhnya pak Muhayar memberikan kepada istrinya sebesar Rp.1.500.000 selama satu bulan. Asset perkebunan lidah buaya pak muhayar seluas 4.000 meter persegi di wilayah Cilodong. Jika di total pengeluaran pak Muhayar selama sebulan adalah Rp.5.228.000 untuk kebutuhan pribadinya dan keluarganya. Dengan pengeluaran yang lebih rendah dari pendapatannya ini membuat pak Muhayar menjadi petani yang sejahtera di banding dengan para anggota kelompok lainnya. Seperti yang di Ungkapkan oleh Pak Muhayar. “Dari hasil panen lidah buaya lumayan saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga, saya juga udeh bisa kredit motor, makan juga udeh enak, dulu mah setiap hari ada kali makan make nasi ama tempe doangan, sekarang udeh 119 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. bisa makan make ayam. Untung aja SPP anak gratis karena program dari dinas pendidikan jad i bisa nabung buat masa depan keluarga” 120 Berbeda dengan anggota kelompok lainnya yang bernama Bapak Asmawi Buchori, beliau masih aktif dalam pertanian Lidah Buaya dari awal terbentuknya kelompok sampai sekarang. Karena dari hasil lidah buaya Pak Asmawi bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya. Sebulan saja Pak Asmawi bisa mendapatkan Rp.2.800.000 semenjak masuk anggota pendapatannya meningkat Rp.4.500.000 dari hasil panen lidah buaya. Pengeluaran yang pak Asmawi seperti uang jajan anak sekolah Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja dapur yang diberikan istri sebanyak Rp.20.000 x 30 hari Rp.600.000, adapun uang bulanan yang diberikan kepada istri sebesar Rp.2.000.000 untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Jika di Total pengeluaran pak Asmawi selama sebulan sebesar Rp.2.900.000, dan ini membuktikan keuangan pak Asmawi tetap stabil dengan pengeluaran lebih rendah dari pendapatan. 121 Begitu pun sama halnya dengan Pak Asmawi, anggota lainnya yang bernama Bu Manih Ferdiana juga masih aktif dalam budidaya lidah buaya. Seperti yang di ungkapkan oleh Bu Manih. “...sebelumnya pendapatan saya hanya sebesar Rp.1.200.000, setelah bergabung dengan kelompok tani bina averanya bu Tantri pendapatan saya selalu meningkat, dari hasil panen lidah buaya saya mendapatkan kurang lebih Rp.2.600 .000 selama sebulan...”. 122 120 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. 121 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 122 Wawancara pribadi dengan Manih ferdiana, Depok, 18 April 2016. Pendapatan bu Manih dari lidah buaya memang tidak terlalu besar akan tetapi dari sini lah dia merasa akan kehidupan yang lebih layak dari sebelumnya. Pendapatan bu Manih hanya sebesar Rp.2.600.000 dari penjualan bibit dan pelepah lidah buaya. Hasil yang cukup mengesankan di banding bu dewi dan bu wiyah yang di anggap gagal dalam menekuni pertanian lidah buaya ini. Adapun pengeluaran harian bu Manih seperti uang jajan anak sebesar Rp.10.000 x 30 hari menjadi Rp.300.000, uang belanja masak Rp. 15.000 x 30 hari menjadi Rp.450.000, uang mingguan seperti beli gas, galon, alat cuci dan mandi sebesar bisa mencapai Rp.60.000 x 4 menjadi Rp.240.000, kalaupun untuk bulanannya seperti bayar listrikairtelepon mencapai Rp.400.000, Arisan keluarga sebesar Rp.300.000. jika di total pengeluaran Bu Manih selama sebulan yaitu sebesar Rp.1.750.000, pengeluaran yang cukup stabil dengan pendapatan yang masih tinggi dari pengeluaran. Di samping itu adanya Kelompok Tani Bina Avera ini cukup memberikan dampak positif bagi para anggota nya. Dengan pendapatan rata- rata diatas sebesar Rp.6.450.000 serta rata-rata pengeluaran yang di keluarkan oleh kelompok sebesar Rp.6.282.000bulan. Dengan demikian kesejahteraan ekonomi yang dialami Kelompok Tani Bina Avera meningkat, sesuai dengan pendapatan para petani yang lebih besar daripada pengeluaran mereka. Tabel 7 Pendapatan Ekonomi Petani Sukses Tani Bina Avera No. Nama Kelompok Tani Bina Avera Kegiatan Produksi Jumlah Pengeluaran Jumlah Pendapatan Keuntungan 1. Tantri Guntari Modal Awal 1000 bibit x Rp.1500,- Rp. 1.500.000 Biaya Perawatan: 10 Pupuk Kambing Rp 100.000,- 2 liter bensin selama 4 kali penyiiraman Rp.60.000,- 4 pegawai Rp. 4.800.000 Rp. 4.960.000 Hasil Penjualan Produksi Olahan Lidah Buaya Rp.22.700.000 Rp. 16. 240.000 2. Pak Muhayar Modal Awal 500 bibit x Rp.1500,- Rp. 750.000 Biaya Perawatan: 5 Pupuk Kambing Rp 50.000,- 1 liter bensin selama 4 kali penyiiraman Rp.30.000,- 1 pegawai Rp. 1.200.000 Rp. 1.280.000,- Hasil Penjualan Tanaman Lidah Buaya Rp. 7.000.000 Rp. 5.720.000 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan mengenai Perubahan Keberdayaan Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok. Maka selanjutnya peneliti akan mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses Pemberdayaan Kelompok Tani Bina Avera Proses pemberdayaan kelompok tani Bina Avera dibagi ke dalam dua hal yaitu strategi dan tahap-tahap. Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok tani Bina Avera Cilodong, Depok ialah menggunakan strategi pemberdayaan aras mezzo karena pemberdayaan yang dilakukan menggunakan kelompok sebagai alat perubahan bagi masyarakat petani Lidah Buaya di Cilodong, Depok. Adapun perubahan-perubahan yang dialami para anggota kelompok tani yaitu peningkatan pengetahuan tentang informasi seputar pertanian melalui pertemuan rutin bulanan. Selanjutnya para petani langsung terjun untuk praktik di lapangan setelah mendapatkan informasi yang cukup. Sedangkan tahap-tahap pemberdayaan yang dilakukan kelompok tani Bina Avera yaitu berawal dari tahapan persiapan, dimana Bu Tantri telah mengikuti Pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kota Depok dan menuangkannya sehingga terbentuk lah kelompok tani ini dengan baik. Tahapan assessment dimana para anggota kelompok tani mulai mengidentifikasi permasalahan yang mereka hadapi, seperti belum mengetahui cara menanam Lidah Buaya yang baik dan benar sehingga masih banyak 103 tanaman yang pada mati. Lalu, tahap perencanaan kegiatan para kelompok tani merumuskan kegiatan-kegiatan yang akan mereka jalankan selama proses pemberdayaan berlangsung. Selanjutnya, tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani bina avera salah satunya yaitu berkoordinasi dengan kelompok lain seperti KTNA Kelompok Tani Nelayan Andalan, Depok dalam meningkatan kerjasama antara kelompok tani. Setelah itu, tahapan evaluasi dimana para anggota dan pengurus Kelompok Tani Bina Avera melakukan evaluasi setiap kali pertemuan diadakan. Tujuan dari evaluasi ini untuk meningkatkan kualitas usaha tani dari para anggota supaya kedepannya menjadi petani yang lebih baik. Terakhir, tahapan terminasi pada tahapan ini para anggota sudah memutuskan untuk bergerak sendiri dan saling membangun usaha nya masing-masing. 2. Perubahan Sosial dan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera Setelah para petani Lidah Buaya bergabung bersama kelompok tani Bina Avera di Cilodong, Depok, peningkatan kesejahteraan sosial, budaya maupun ekonomi setiap para anggota petani selalu meningkat. Seperti halnya dengan dengan perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang dialami oleh para anggota Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong Depok menjadi lebih baik. Dengan bergabungnya bersama Kelompok Tani Bina Avera pendapatan para anggota kelompok tani telah meningkat, bisa membiayai pendidikan anak sekolah, serta kebutuhan rumah tangga yang selalu terpenuhi. Hal ini menjadi salah satu dampak positif yang dialami oleh setiap para anggota Kelompok Tani Bina Avera 104 di Cilodong ini agar selalu bersyukur dengan apa yang sudah didapat oleh mereka. Kesejahteraan sosial para anggota juga sudah meningkat hal ini berdasarkan para anggota kelompok yang sudah dihargai dan dihormati oleh para warga desa lainnya padahal sebelum bergabung mereka hanya dipandang sebelah mata oleh warga, para anggota kelompok mempunyai keinginan untuk maju seperti salah satu anggota ada yang menjadi ketua Ibu-Ibu PKK di wilayah Cilodong, mempunyai visi dan misi serta rencana ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang, serta menjalin hubungan atau jaringan terhadap sesama para petani Lidah Buaya agar kehidupan Sosialnya terus berkembang dan menjadi lebih luas. Perubahan Budaya yang terjadi dalam Kelompok Tani Bina Avera Cilodong, Depok meliputi gaya hidup yang meningkat, nilai-nilai keagamaan yang tinggi, dan menjunjung tinggi emansipasi wanita didalam Kelompok Tani Bina Avera di Cilodong, Depok.

B. Saran

1. Pengurus Kelompok Tani Bina Avera harus menyiapkan suatu wadah seperti tempat pemasaran hasil panen para anggota kelompok tani ke media-media online, seperti OLX, Kaskus, dan situs penjualan lainnya. Agar konsumen para anggota kelompok tani tidak hanya di sekitar Wilayah Cilodong Depok dan sekitarnya saja tetapi bisa mencakup penjualan sampai ke seluruh Wilayah di Indonesia. 2. Bagi kelompok tani yang sudah sukses harus senantiasa meningkatkan sinergi dan kerjasama terhadap kelompok tani yang lain, ketua kelompok tani mempunyai fungsi sebagai pemimpin yang punya wewenang dalam 105 menentukan struktur dan pencapaian tujuan kelompok agar kelompok bisa tetap eksis dan terus berkembang sebagai suatu perkumpulan yang bisa membanggakan di Wilayah Cilodong Depok. Bagi kelompok tani biasa, mereka harus lebih berinovasi dan mengembangkan ide-ide baru dalam membudidayakan dan mengolah lidah buaya tersebut. Bagi kelompok tani yang tidak berhasil, akan lebih baik jika mereka tidak berputus asa dan terus melanjutkan usaha lidah buaya dengan cara yang lebih baik lagi agar tidak gagal dikemudian hari. 3. Lidah Buaya adalah tanaman yang unik dan langka serta mempunyai manfaat bagi kesehatan dan kehidupan manusia. Kelompok Tani Bina Avera diharapkan mampu mengeksplorasi tanaman ini menjadi suatu terobosan atau produk-produk yang lebih menjanjikan agar bisa diterima oleh konsumen dalam negeri maupun luar negeri. 4. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar dibuat perbandingan yang signifikan antara Kelompok Tani Bina Avera di Kota Depok dengan kelompok tani lainnya yang menggeluti bidang yang sama sehingga dapat terlihat kekurangan serta kelebihan dari kelompok tani tersebut dan nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi masing-masing kelompok demi peningkatan dan keberhasilan usahanya. 106 DAFTAR PUSTAKA Buku-buku Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002. Arifin, Bustanul. Pertanian Era Transisi. Lampung: Universitas Lampung Press, 2001. Arikunto, Suhartini. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1996 Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Dillon. HS., Pertanian Membangun Bangsa. Jakarta: Sinar Harapan, 1999. Firdaus, Ismet. dkk. Pengamalan Al- Qur’an tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Gunawan, Imam. Metodologi Penelitian Kualitatif :Teori dan praktik. Jakarta: PT Bumi Ksara, 2013. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Lauer, Robert H. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003. Machendrawaty, Nanih dan Safei, Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remeja Rosda Karya, 2007. Nasdian, Fredian Tonny. Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikroekonomi dan Makro Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Rostita. Sehat, Cantik, dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.