Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera

penting dan pantas untuk di pertahankan agar kita tetap di berikan keberkahan oleh Allah SWT. Seperti yang dikatakan Bu Manih. “Kegiatan keagamaan masyarakat tani Cilodong masih terus berjalan, kegiatan ya seperti pengajian-pengajian yang di adakan oleh warga sini”.... 111 Sama dengan yang di ucapkan oleh Pak Muhayar. “Kalau disini rata-rata warga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan kerohanian. saya kan pengelola pengajian yang biasanya mengisi di pengajian ibu-ibu dan menjelang malam pengajian bapak-bapak. Selain di daerah sendiri saya juga mengisi pengajian di luar Cilodong ”. 112 Nilai-nilai keagamaan masyarakat Tani Cilodong tergolong bagus, Seperti halnya dengan perubahan nilai-nilai keagamaan masyarakat tani Cilodong yang masih kental dengan keislamannya. karena didikan masyarakat Tani yang lebih mengutamakan agama daripada kehidupan duniawi. Seperti solat yang tidak pernah ditinggalkan, pengajian yang selalu diikuti serta sosok Ustadz yang masih banyak di Cilodong. Dan ini menjadikan masyarakat Cilodong selalu meningkat nilai-nilai keagamaannya dalam kelompok Tani Bina Avera. c. Emansipasi Wanita Salah satu bentuk perubahan budaya yang terjadi dimasyarakat Indonesia adalah emansipasi wanita, artinya wanita memiliki derajat yang sama dengan pria. Dahulu jarang sekali melihat wanita yang 111 Wawancara pribadi dengan Manih Ferdiana, Depok, 18 April 2016. 112 Wawancara pribadi dengan Muhayar, Depok, 17 April 2016. menjadi pimpinan, bahkan ada kalimat orang tua yang menyatakan bahwa kehidupan wanita adalah disekitar dapur, sumur, dan kasur. Saat ini tentu berbeda, banyak wanita yang menjabat peran penting dinegeri ini seperti anggota parlemen, pimpinan perusahaan, dan lain-lain. Begitu pula yang di rasakan masyarakat Cilodong, banyak yang meremehkan tentang posisi perempuan di masyarakat. Sama seperti yang di Ucapkan Pak Asmawi: “Para warga disini dulunya itu banyak yang memandang sebelah mata bu Tantri. soalnya dahulu bu Tantri hanya seorang pendatang di daerah Cilodong. Karena bu Tantri gigih dan tekun dalam usaha lidah buayanya akhirnya dia jadi salah satu petani berhasil di daerah Cilodong. para warga disini pun memberikan apresiasi yang lebih terhadap beliau karena sudah mengharumkan nama Cilodong ”. 113 Senada dengan yang di ucapkan oleh Bu Tantri: “Para warga sebelumnya tidak senang dengan kehadiran saya disini karena saya itu pendatang dulunya saya asli Bogor. Tetapi karena hasil kerja keras saya selama ini dan dukungan dari para petani, saya bisa menjadi Pemimpin KTNA Kelompok Tani Nelayan Andalan dan juga membina kelompok tani bina avera di Kecamatan Cilodong ”. 114 Di era digital seperti sekarang ini sosok wanita di kalangan masyarakat tidak bisa di pandang sebelah mata lagi. Karena sudah banyak wanita yang berperan penting dalam kemajuan Desa seperti bu Tantri. Bu Tantri yang sebelumnya di ragukan kapasitasnya dalam pertanian sekarang sudah banyak warga yang menimba ilmu dengan beliau. Hal ini menjadikan perubahan budaya gender telah terbentuk ke arah yang positif, sudah seharusnya sosok wanita harus di sejajarkan dengan para laki-laki. Bukan tidak mungkin peran wanita akan 113 Wawancara pribadi dengan Asmawi Buckhori, Depok, 18 April 2016. 114 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 menggeser para kaum laki-laki jika bermunculan sosok wanita seperti bu Tantri di generasi yang akan datang. Tabel 6 Perubahan Budaya Kelompok Tani Bina Avera No. Aspek Perubahan Sebelum terbentuk Kelompok Tani Bina Avera Setelah terbentuk Kelompok Tani Bina Avera 1. Gaya Hidup Masyarakat Cilodong, Depok memiliki gaya hidup yang sederhana bahkan cenderung biasa saja. Karena penghasilan yang pas- pasan, mereka tidak bisa menerapkan gaya hidup mewah, karena mereka lebih mendahulukan kebutuhan sehari-hari. Masyarakat tani yang tergabung dalam Kelompok tani Bina Avera, memiliki gaya hidup yang kecukupan. Mereka juga bisa memenuhi kebutuhan tersier seperti handphone, motor, mobil dan sebagainya. 2. Nilai-nilai Keagamaan Pada aspek keagamaan, masyarakat Cilodong memang terlihat masih menjunjung tinggi nilai- nilai keislaman. Mereka sering mengadakan pengajian-pengajian yang diikuti oleh masyarakat sekitar. Setelah terbentuk komunitas lain seperti kelompok Tani Bina Avera ini, masyarakat Cilodong lebih aktif dalam menghadiri kegiatan-kegiatan yang diadakan. Apalagi partisipasi dalam bidang keagamaan yang semakin meningkat. 3. Emansipasi Wanita Pemikiran yang menganggap remeh atau memandang sebelah mata kaum wanita masih terlihat pada masyarakat Cilodong. Mereka Dengan adanya sosok inspiratif dari ketua kelompok tani Bina Avera dimana beliau adalah seorang wanita, masyarakat Cilodong jadi lebih menghargai berpikir bahwa wanita tidak terlalu berperan penting dibandingkan dengan laki-laki. dan menghormati perbedaan gender. Mereka menyadari bahwa sosok wanita kini telah sejajar dengan laki-laki.

3. Perubahan Ekonomi Kelompok Tani Bina Avera

Sebagimana yang dijelaskan oleh Nasution 2011 bahwa Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu serta menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang selama jangka waktu tertentu. Kondisi ekonomi para anggota kelompok petani lidah buaya cilodong ada yang mengandalkan pendapatan di luar usaha pertanian lidah buaya. pendapatan dari suami menjadi hal yang wajib bagi mereka karena mayoritas ibu-ibu, atau pun profesi lainnya seperti menjadi petani padi bahkan ada yang menjadi Broker perantara tanahrumah dan lain-lain. Tetapi ada juga yang masih aktif dalam usaha pertanian lidah buaya seperti halnya dengan Bu Tantri selaku pendiri kelompok tersebut. Perubahan ekonomi yang di alami oleh bu Tantri cukup mengalami kenaikan yang signifikan, karena dia yang mengelola tanaman lidah buaya menjadi barang yang bernilai tinggi. Seperti yang dikatakan Bu Tantri: “Saya ada usaha sampingan seperti menjual Tanaman hias seperti pohon kaktus, pohon kamboja jepang, anggrek, dan lain-lain. Pendapatan yang bisa saya terima itu bisa mencapai dua puluh juta lebih, tergantung orderan penjualan dari hasil olahan lidah buaya dan tanaman hias selama sebulan.” 115 Pengeluaran Bu Tantri selama sebulan penuh cukup terbilang banyak seperti pengeluaran harian, untuk uang jajan anak saja Bu Tantri Rp.50.000hari x 30 hari menjadi Rp.1.500.000 selama sebulan untuk kedua anaknya. Adapun untuk kebutuhan pangan Bu Tantri mengeluarkan Rp.100.000hari x 30 hari menjadi Rp.3.000.000 kepada pembantunya. Untuk pengeluaran mingguan seperti gas, galon, dan alat cuci pakaian bu Tantri memberikan Rp.200.000minggu x 4 menjadi Rp. Rp.800.000 untuk penggunaan selama satu bulan. Belum lagi perawatan mingguan seperti tempat kecantikan untuk konsul dan beli obatnya bisa mencapai Rp.500.000pertemuan x 4 menjadi Rp.2.000.000. Untuk pengeluaran bulanan seperti membeli kebutuhan anak pakaian dan makanan ringan dan peralatan mandi biasanya pergi ke Mall itu bisa menghabiskan Rp.1.000.000. Bayar SPP sekolah anak itu Rp.2.000.000bulan untuk berdua, karena anaknya bu Tantri sekolah pada institusi pendidikan yang bertaraf Internasional, serta biaya les musik anaknya itu Rp.750.000bulan. untuk bayar listriktelponairAC Rp.800.000bulan, iuran lingkungan Rp.50.000bulan, arisan keluarga Rp.200.000bulan, Cicilan mobil sebesar Rp.4.400.000. Gaji pembantu dan empat karyawannya itu Rp.1.200.000 untuk pembantunya dan Rp.6.000.000 untuk ke empat karyawannya. Bu Tantri juga memiki asset tanah perkebunan lidah buaya seluas 2.000 meter persegi tepat di depan kantor Cilodong Depok. Seperti yang di ungkapkan oleh Bu Tantri. 115 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 “sewaktu saya menjadi karyawan di perusahan asing saya hanya mendapatkan gaji selama sebulan enam juta dua ratus ribu di tahun 2000, saya berpikir waktu itu tidak ingin terus-terusan menerima gaji, maka akhirnya saya keluar dan terjun di usaha lidah buaya ini, dan membuahkan hasil. Ya lumayan saya bisa memperkerjakan orang lain juga bisa memenuhi kebutuhan pribadi”. 116 Jika di total pengeluaran bu Tantri selama sebulan yaitu sebesar Rp.22.700.000 selama sebulan. Angka yang cukup besar bagi masyarakat biasa, tetapi wajar untuk seorang wirausaha seperti bu Tantri. Perubahan ekonomi yang di alami oleh bu Tantri naik secara drastis dari seorang karyawan menjadi pengusaha sukses. Berbeda dengan perubahan kondisi ekonomi yang di alami oleh bu Dewi selaku anggota kelompok tani bina avera yang telah fokus terhadap urusan rumah tangganya. Bu Dewi sudah tidak mendapatkan pemasukan Selama tidak berjalannya lagi kegiatan kelompok Bina avera dan juga tidak menekuni usaha lidah buayanya. Kalo pun dahulu bu Dewi bisa mendapatkan Rp.300.000 – Rp.600.000 selama sebulan dari hasil penjualan bibit dan pohon lidah buaya, sekarang bu Dewi hanya mengandalkan pendapatan dari suaminya yang hanya seorang sopir angkutan umum yang pendapatannya tidak menentu. Seperti halnya dikatakan oleh Bu Dewi. “Saya mah de sebenarnya hanya untuk mengisi waktu luang dengan ikut bersama kelompoknya bu Tantri, soalnya gak ada kerjaan juga kalo dirumah, anak pada sekolah, suami kerja, dari pada gak ngapa-ngapain mendingan ikutan jadi anggota kelompok, bisa ngisi waktu luang bareng ama ibu- ibu disini de”. 117 Rata-rata pendapatan harian suami dari Bu Dewi mencapai Rp.80.000 jika di total perbulan pendapatan sang suami mencapai angka Rp. 2.400.000. 116 Wawancara pribadi dengan Tantri Guntari, Depok, 17 April 2016 117 Wawancara pribadi dengan Dewi Utari, Depok, 12 April 2016. Pengeluaran bu dewi selama satu bulan pun terbilang cukup rendah sama halnya dengan pengeluaran harian, seperti kebutuhan uang jajan anak sebesar Rp. 10.000hari x 30 menjadi Rp. 300.000, belanja kebutuhan dapur Bu Dewi mematok harga sampai Rp. 30.000hari x 30 menjadi Rp.900.000 itu juga keseringan makan tempe tahu ama sayur asem kata beliau, untuk pengeluaran mingguan seperti membeli Galon Rp. 15.000 x 4 sebulan bisa mengeluarkan Rp.60.000, Gas elpiji yang ukuran kecil sebesar Rp. 19.000 x 4 menjadi Rp.76.000, alat cuci pakaian dan mandi Rp. 55.000 x 4 menjadi Rp. 220.000, adapun pengeluaran bulanan yaitu membayar listrikairtelpon Rp. 600.000, iuran sekolah anak sebesar Rp.200.000, iuran keamanan siskamling Rp.10.000, jika di total secara keseluruhan pengeluaran bu Dewi sebesar Rp.2.366.000 selama satu bulan. Tak jarang juga bu Dewi meminjam uang kepada tetangga untuk kebutuhan sehari-hari bersama keluarga. Menurut hasil penelitian saya Bu Dewi adalah salah satu anggota kelompok tani lidah buaya yang gagal, karena tidak sungguh-sungguh dalam menggeluti usaha tani lidah buaya dan faktor kemiskinan yang menyebabkan Bu dewi tidak mengalami perubahan. Seharusnya sosok Bu Tantri dijadikan panutan bagi para anggotanya supaya termotivasi agar bisa mengikuti jejak Bu Tantri menjadi Pengusaha petani Lidah Buaya yang sukses. Bu Wiyah adalah salah satu anggota Kelompok Tani Bina Avera yang sudah tidak menggeluti pertanian lidah buaya. Karena hasil yang ia dapat selama menjadi petani lidah buaya tidak seberapa. Dia mengandalkan usahanya dan nafkah dari suaminya yang bekerja sebagai karyawan biasa. Seperti yang dikatakan Bu Wiyah.