Perubahan Sosial PERUBAHAN MASYARAKAT
akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya mampu
memenuhi tuntutan
perkembangan zaman, dan memerlukan suatu perubahan atau tidak.
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju. Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk
mengikuti jejak karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeingin maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan
diri.
30
Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar
hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi
dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif. Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka. Sistem stratifikasi
yang terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal dan horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempersalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka
kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan
30
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012, h. 18-21.
peningkatan kemampuan para anggotanya untuk membangun dan mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial
disekitarnya. Penduduk yang Heterogen. Masyarakat yang heterogen dengan
latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah
terjadi pertentangan
yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong
terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.
Ketidakpuasan masyarakat pada bidang-bidang tertentu. Rasa tidak puas dapat menjadi sebab terjadinya perubahan.
Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan
dan berbagai
gerakan revolusi
untuk mengubahnya.
Adanya orientasi masa depan. Kondisi yang senantiasa merangsangorang untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan
perubahan. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk
memperbaiki kehidupannya.
31
2 Faktor yang menghambat proses perubahan sosial
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain. Apabila sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial dengan masyarakat
31
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial , Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012, h. 18-21.
lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu mengubah
kondisi masyarakat tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu
pengetahuan adalah kunci perubahan yang akan membawa masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik.
Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang telah di ajarkan nenek
moyangnya yang dianggap sebagai sebuah kebenaran mutlak yang tidak dapat di ubah. Pandangan ini lah yang dapat
menghambat, karena apabila mereka mencoba untuk mengubah nilai-nilai yang sudah diajarkan secara turun temurun tersebut,
dapat di percaya akan menimbulkan malapetaka. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan
kuat atau
versted interest.
Dalam setiap
kehidupan bermasyarakat, akan ada sekelompok individu yang ingin
mempertahankan atau hanya sekedar mewujudkan ambisinya dalam meraih tujuan pribadi atau golongannya.
Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Untuk itu, suatu kelompok masyarakat seringkali membatasi diri
untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar. Prasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup. Sikap
demikian akan dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah masyarakat lain. Hal ini kemudian memunculkan prasangka
ketika masyarakat tersebut berinteraksi dengan masyarakat yang dudlu pernah menjajah mereka, karena dikhawatirkan
masyarakat tersebut memiliki rencana kembali untuk menjajah mereka.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap upaya untuk mengubah masyarakat , adakalanya harus bertentangan dengan
ideologi yang telah di anut oleh kelompok masyarakat selama ini. Apabila nilai-nilai yang akan di ubah tersebut bertentangan
dengan ideologi yang dianut selama ini maka dipastikan perubahan tersebut tidak akan berjalan.
Adat atau kebiasaan. Faktor ini merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat didalam memenuhi segala kebutuhan
pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola tersebut tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan, maka akan terjadi
krisis. Misalnya dalam proses adopsi inovasi ini mampu meningkatkan efisiensi produksi, namun disisi lain, adopsi ini
justru dapat memunculkan masalah baru, yaitu bertambahnya pengangguran.
Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki. Sikap pasrah ini menyebabkan masyarakat
enggan untuk melakukan perubahan.
32
32
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2012, h. 18-21.