29
III. METODE PENELITIAN
3.1. Batasan Analisis
Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk
tembakau terhadap cuaca, musim, dan fluktuasi harga keterkaitan dengan pasar dan strategi nafkah yang dipergunakan. Kedua, masalah dan fokus penelitian ini
adalah: 1 etika moral ekonomi apa yang melandasi petani dalam membangun sistem nafkahnya?; 2 bagaimana bentuk strategi nafkah rumahtangga petani?;
3 kelembagaan apa saja yang dibangun sebagai implementasi dari sistem nafkah rumahtangga petani?; dan 4 sejauh mana strategi nafkah yang diterapkan dapat
membangun sistem nafkah yang berkelanjutan sustainable livelihood?. Ketiga, dalam penelitian ini mencoba melihat strategi nafkah pada rumahtangga petani
tembakau yang bermukim pada lereng gunung yang berbasis pada lahan tegal pegunungan dan pada kaki gunung yang berbasis pada sawah.
Sustainable livelihood yang dimaksud merujuk pada pengertian Chambers
dan Conway 1992, sistem nafkah yang berlajut harus mampu: 1 beradaptasi dengan shock dan tekanan; 2 memelihara kapabilitas dan asset-aset yang
dimiliki; dan 3 menjamin penghidupan untuk generasi berikutnya. Hal ini dapat dilihat seberapa besar peran aset-aset yang dimiliki dalam upaya mendukung
penghidupan rumahtangga petani. Sedangkan asumsi dasar yang dibangun dalam penelitian ini adalah adanya penetrasi kapitalisme yang berlanjut pada komunitas
petani tembakau sehingga melemahkan nilai-nilai etikamoral ekonomi lokal.
3.2. Pilihan Paradigma Penelitian
Guba dan Lincoln dalam Salim 2006, mengemukakan empat paradigma utama yang bersaing dalam ilmu pengetahuan dengan berbagai asumsi-asumsi
yang mendasarinya, yaitu positivisme, post-positivisme, teori kritis critical theory
, dan paradigma konstruktivisme constructivism. Dalam penelitian ini,
30
peneliti menggunakan paradigm konstruktivisme. Hal ini dikaitkan dengan
pertimbangan: secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada
dalam bentuk bermacam-macam konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya.
Karena itu, suatu realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang biasa dilakukan di kalangan positivis atau
postpositivis. Karena dasar filosofi ini, maka hubungan epistemologi antara pengamatan dan objek, menurut aliran ini bersifat satu kesatuan, subjektif dan
merupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya Salim, 2006.
3.3. Pendekatan dan tahap-tahap Penelitian