Tanaman Sela dan pemanfaatan limbah tanaman Tanaman sela

62 tempat penjemuran selain di jalan adalah ikut pekarangan tetangga. Hal ini menjadi kebiasaan petani sebagai bagian dari kehidupan social masyarakat.

5.3. Tanaman Sela dan pemanfaatan limbah tanaman Tanaman sela

Kebiasaan petani menanam tanaman lain di sela-sela tanaman pokok telah dilakukan semenjak dahulu. Secara kuantitas, seringkali tidak diperhitungkan sebagai pendapatan karena secara nyata tidak selalu diuangkan dijual. Kontribusi terbesar adalah untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari dan terkadang sebagai sarana membangun modal social dengan tetangga sekitar dengan cara saling bertukar hasil panen. Namun demikian, apabila diperhitungkan sebagai bentuk pengeluaran untuk konsumsi maka akan memberikan sumbangan yang besar dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Twyman dan Slater 2005 menyebutnya sebagai hidden livelihood. Banyak cara yang diterapkan oleh rumahtangga petani, tetapi tidak dianggap penting bagi sumber nafkah. Tanaman sela adalah salah satu contoh penting, yang kelihatannya perannya tidak penting namun kalau ditelisik lebih mendalam mampu menopang kebutuhan komsumsi rumahtangga petani. Kebiasaan menanam tanaman sela pada komoditas tembakau, oleh perusahaan rokok dianggap tidak baik bagi perkembangan dan kualitas tembakau. Untuk mencapai tembakau yang baik, tembakau harus ditanam secara monokultur. Bagi sebagian petani dengan lahan luas, berbagai anjuran ini mungkin bisa dilakukan. Sedangkan bagi rumahtangga petani gurem, kebiasaan menanam tanaman sela masih dilakukan. Hal ini disebabkan karena gagal panen pada tembakau akan berdampak terancamnya kelangsungan hidup, apalagi tidak ada tanaman sela yang menunjang konsumsi mereka. 63 Batang tembakau dan jagung sebagai bahan bakar Salah satu hidden livelihood lainnya yang dimanfaatkan oleh rumahtangga petani adalah batang tembakau dan jagung. Batang tembakau atau jagung yang sudah dipetik hasilnya akan menjadi sampah yang harus dibuang dari lahan. Rumahtangga petani biasanya membawa batang-batang tersebut untuk dikeringkan dan disimpan disamping rumah atau di dalam dapur. Batang tembakau dan jagung tersebut dimanfaatkan oleh petani yang sebagian besar menggunakan tungku untuk memasak. Sehingga petani tidak mengeluarkan ongkos untuk bahan bakar. Penggunaan tanaman sela untuk konsumsi dan batang tembakau-jagung untuk memasak merupan salah satu bukti kemandirian petani. Mereka mampu menghasilkan sendiri kebutuhan pangan tanpa tergantung pada pihak lain. Berbagai sumberdaya yang tidak penting ternyata mampu dimanfaatkan oleh rumahtangga petani tembakau untuk menopang kebutuhan konsumsinya. 5.4.Kendaraan bermotor: sarana transportasi penting Kendaraan bermotor adalah salah satu prioritas dalam menyusun alokasi pendapatan dari tembakau terutama pada masyarakat pegunungan. Ketika pada masa sukses panen tembakau, hamper semua rumahtangga petani membeli kendaraan bermotor. Kendaraan ini digunakan sebagai cara adaptasi masyarakat dalam menyikapi persoalan kondisi jalan relative agak susah dan sarana transportasi umum yang terbatas. Namun demikian, menurut sebagian petani merupakan symbol kejayaan bagi petani tembakau. Pada saat masa tanam, terutama apabila musim tanam sebelumnya mengalami gagal panen, kendaraan bermotor tersebut dijual untuk menutup hutang atau sebagai tambahan modal menanam. Siklus tersebut berjalan tiada henti, dimana ketika sukses hasil panennya dibelikan sepeda motor. Pada kelompok petani yang lebih beruntung berlahan luas, selain kendaraan bermotor, mereka juga membeli mobil baik untuk kepentingan perdagangan ataupun sebagai sarana transportasi keluarga. 64 Kendaraan bermotor menjadi penting bagi petani, karena sebagai sarana transportasi ketika pergi ke lahan pertaniannya. Jarak yang relative agak jauh antara tempat tinggal dengan lahan membuat mereka harus menggunakan sepeda motor. Sepeda motor terkadang juga sebagai sarana pengangkutan baik input pertanian misalnya: pupuk maupun hasil pertanian. Hal ini sangat membantu petani, karena tanpa sarana ini mereka akan memerlukan waktu berjam-jam untuk mencapai lahan pertaniannya. 5.5.Bangunan rumah, peninggalan masa lalu Bangunan rumah di komunitas padi sawah biasanya berbentuk khas Jawa limasan dan sebagian lagi bercorak modern. Pada kelompok petani yang berlahan luas biasanya berdidinding tembok dan berlantai keramik. Sedangkan kelompok petani yang miskin, bercirikan dinding kayu atau anyaman bamboo jawa: gedhek dan berlantai tanah atau sudah dikeraskan jawa: peluran atau plasteran . Sebagian petani, rumah yang dimilikinya adalah warisan orang tuanya. Sedangkan jika menengok pada masyarakat pegunungan, akan terlihat bangunan-bangunan yang kokoh tetapi kelihatan telah dibangun 10 atau 15 tahun yang lalu. Hal ini adalah salah satu symbol kejayaan masa lalu-sekitar tahun 1970-an-. Sebagai ilustrasi yang menggambarkan bagaimana masa lalu masih menjadi momentum yang sangat penting bagi petani tembakau adalah sebagai berikut: Pada tahun 1982, harga tembakau untuk totol D sekitar Rp. 10.000,- dan totol EF Rp. 35.000,-; sementara harga emas adalah Rp. 15.000gram. Apabila satu keranjang memuat 30 kg tembakau kering dengan harga per kg sekitar Rp. 20.000,- ; maka petani akan mendapatkan Rp. 600.000, per keranjang. Apabila hasil tersebut dibelikan emas, maka petani akan mendapatkan 40 gram atau 4 ons. Tembakau dengan harga Rp. 35.000,- per; petani mampu membeli pupuk kandang dua rit. Pada saat ini, harga pupuk kandang ± 1 juta per rit, sedangkan harga tembakau hanya sekitar Rp. 50.000,- s.d. Rp. 70.000,-.per kg. Pada saat ini, harga tembakau per kg naik hampir 4 kali lipat tetapi harga- harga kebutuhan yang lain meningkat jauh lebih tinggi. Belum lagi kalau dibandingkan dengan meningkatnya harga input produksi seperti: pupuk kandang 65 yang mutlak diperlukan dalam membudidayakan tembakau, sehingga petani merasa merugi, apalagi kalau musim tidak mendukung. Sedangkan sebagian petani dengan lahan yang tidak terlalu luas, akan merasakan masa kejayaan tersebut tetapi tidak seperti petani dengan lahan luas. Mereka tetap menempati bangunan rumah seadanya, bahkan tidak berubah dari tahun ke tahun secara total. Hasil panen yang berlebih hanya dapat dipergunakan untuk melakukan renovasi saja tanpa bisa mengganti dengan yang baru. Rumah tidak hanya sebagai tempat tinggal bagi petani, tetapi disinilah berbagai aktifitas nafkah dilakukan. Rumah sebagai tempat menyimpan berbagai hasil panen. Pada saat musim tembakau, disinilah petani melakukan kegiatan merajang tembakau. 5.6.Teknologi :dari cacak dan gobang ke mesin Beberapa teknologi yang dipakai petani tembakau dalam kegiatan usaha taninya antara lain: cangkul, ponjo, cacak dan gobang, rigen, dan keranjang. Untuk mengetahui secara detail masing-masing alat tersebut akan uraikan sebagai berikut:

a. Cangkul, adalah alat yang dipergunakan untuk membalik tanah sehingga

Dokumen yang terkait

Perubahan Desa Menjadi Kota (Studi Deskriptif di Desa Tembung, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

22 218 93

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI MISKIN DI DESA SUKORAHAYU KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 16 9

Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur)

0 6 208

Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Lahan Kering (Kasus Komunitas Petani Lahan Kering Di Desa Lolisang, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan)

0 10 188

Dampak Krisis Ekologi terhadap Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran

1 18 99

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89

Strategi Dan Kelentingan Nafkah Rumahtangga Petani Di Daerah Rawan Bencana (Kasus Rumahtangga Petani Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat)

4 10 138

Kelentingan Nafkah Rumahtangga Petani Di Wilayah Rentan Banjir: Studi Kasus Dua Desa Di Kabupaten Kudus

0 7 133

DINAMIKA NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI PEDESAAN DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE LIVELIHOD APPROACH (SLA) (Kasus Petani Tembakau di Lereng Gunung Merapi-Merbabu, Propinsi Jawa Tengah).

0 0 9

POLA HUBUNGAN ANTARA TENGKULAK DAN PETANI TEMBAKAU DI LERENG GUNUNG SINDORO SUMBING (Studi Kasus Desa Pagergunung Kecamatan Bulu dan Desa Gentingsari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung) - UNS Institutional Repository

1 1 14