73
dengan meningkatknya mutu bahan pangan, seperti: penggunaan telor, daging ayam, tongkol untuk lauk-pauk dan terkadang ada pertukaran bahan makanan
pokok dari jagung ke beras. Perubahan tersebut tidak hanya dinikmati oleh rumahtangga petani tembakau saja, tetapi juga pada buruh tani, dimana mereka
akan menikmati telor dadar, ayam goreng, atau ikan tongkol goreng. Ketika musim tembakau tidak memberikan keuntungan lebih karena harga tembakau
rendah, maka petani mengkonsumsi makanan seperti layaknya musim tanam cabe dan jagung, atau bahkan menurun.
5.11. Ikhtisar
5.11.1. Pertanian sebagai basis penghidupan utama petani tembakau
Menurut data sensus pertanian 2003, sekitar 95 rumahtangga di desa Wonotirto sangat tergantung kepada lahan pertanian. Mayoritas rumahtangga
tersebut adalah petani tembakau
19
. Hal ini memberikan pemahaman bahwa ketergantungan petani terhadap lahan sebagai basis sumber nafkah menjadi sangat
penting. Fakta menunjukkan, pada petani lahan sawah sebanyak 90 rumahtangga petani hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar. Sedangkan pada
lahan pegunungan, Sebanyak 31,23 rumahtangga petani memiliki lahan lebih dari 1 hektar. Sedangkan rumahtangga petani dengan luas kepemilikan lahan
kurang dari 0,5 hektar sekitar 28 . Sedangkan 40 lainnya memiliki lahan antara 0,5 ha s.d. 1 ha Sensus pertanian, 2003.
Fakta diatas memberikan informasi bahwa pada petani lahan sawah banyak petani gurem yang menggantungkan diri pada lahan pertanian melalui
hubungan patronase dengan pemilik lahan luas. Sementara pada petani pegunungan, kepemilikan lahan pertanian masih relative luas walaupun ada
kecenderungan menurun karena faktor fragmentasi akibat diwariskan dan migrasi yang rendah sehingga banyak petani yang bertumpu pada lahan pertanian sebagai
19
Menurut BPS 2005, rumahtangga petani usaha tanaman perkebunan adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman perkebunan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijualditukar atau memperoleh
pendapatankeuntungan atas resiko usaha. Suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga pertanian perkebunan apabila banyak pohonrumpunluas yang diusahakan rumah tangga tersebut lebih
besar atau sama dengan batas minimal usaha BMU masing-masing jenis tanaman tersebut. BMU untuk tanaman tembakau adalah 1600 m
2
.
74
basis nafkah. Kasus keluarga Tk 58 tahun memberikan fakta bagaimana fragmentasi lahan akibat pola pewarisan merupakan kondisi serius bagi
keberlangsungan petani yang mengandalkan lahan pertanian sebagai basis kehidupannya.
Tk 58 tahun Mulai bertanam tembakau pada tahun 1970’an dan mulai bertani sendiri tahun 1980’an. Luas lahan yang dimiliki pada waktu itu
seluas 2 Ha, merupakan warisan orang tua. Sekarang sudah dibagi kepada 4 orang anaknya masing-masing 0,5 ha. Untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari, dia menyewa lahan seluas 1 ha.
Pada petani lahan sawah, selain memanfaatkan hubungan patronase dengan petani berlahan luas, mereka mulai terdorong bekerja pada sektor non
pertanian sistem nafkah ganda karena lahan pertanian tidak lagi mampu menyangga seluruh kebutuhan hidupnya. Sedangkan pada lahan pegunungan,
mereka mengalami stagnasi dengan berpijak sepenuhnya kepada lahan pertanian. Hal ini disebabkan karena lahan pertanian yang tersedia masih memberikan ruang
bagi petani untuk mengeksplosari sumberdaya lahannya. Selain itu, proses produksi tembakau juga masih mampu menyerap tenaga kerja pedesaan, bahkan
sebagian besar buruh tani pada saat musim tembakau diambil dari daerah lain. Kemampuan lahan pertanian terhadap serapan tenaga kerja pedesaan
merupakan hal yang positif. Namun demikian, pertanyaan berikutnya adalah seberapa lama daya serap tersebut mampu memberikan peluang bagi tenaga kerja
pedesaan dan sejauh mana memberikan kemampuan capability kepada petani tembakau untuk bertahan atau memperbaiki standar hidupnya.
5.11.2. Tembakau sebagai produk budaya