Basis Strategi Nafkah Rumahtangga Petani

18 analisis adalah bahwa rumahtangga adalah dasar unit produksi, reproduksi, konsumsi, seremonial, dan interaksi politik. Hal ini senada dengan pernyataan Chayanov 1966 bahwa pangkal tolak untuk memahami perilaku ekonomi petani adalah melihat rumahtangga petani sebagai unit produksi sekaligus sebagai unit konsumsi.

2.1.4. Basis Strategi Nafkah Rumahtangga Petani

Dalam upaya memperjuangkan kehidupan ekonominya rumahtangga petani di pedesaan biasanya akan melakukan diversifikasi sumber nafkah yaitu proses yang dilakukan oleh keluarga pedesaan untuk melakukan berbagai aktivitas dan kemampuan dorongan social mereka dalam upaya berjuang untuk bertahan hidup dan untuk meningkatkan standar hidup. Secara luas bahwa adanya diversifikasi nafkah tidak sekedar untuk bertahan hidup, yang dikonotasikan sebagai resistensi, artinya seolah-olah tidak berkembang. Oleh karena itu, bahwa strategi nafkah selain bertahan hidup tetapi juga berusaha memperbaiki standar hidup Ellis, 1998; Redclift, 1986. Menurut Ellis 1998 pembentuk strategi nafkah dibedakan menjadi 3 tiga yaitu pertama: berasal dari on-farm; merupakan strategi nafkah yang didasarkan dari sumber hasil pertanian dalam arti luas pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dll. Kedua: berasal dari off-farm, yaitu dapat berupa upah tenaga kerja pertanian, sistem bagi hasil harvest share system, kontrak upah tenaga kerja non upah dan lain-lain. Ketiga: berasal dari non farm, yaitu sumber pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi menjadi 5 yaitu: 1 upah tenaga kerja pedesaan bukan dari pertanian; 2 usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, 3 pendapatan dari hak milik misalnya: sewa, 4 kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota; dan 5 kiriman dari buruh migran yang pergi ke luar negeri. Namun, pada kenyataanya klasifikasi tersebut hanya dibagi menjadi dua yaitu dari sector pertanian on farm dan off farm dan sector non pertanian non farm. Beberapa hal penting yang mendorong terjadinya diversifikasi sumber nafkah pada masyarakat pedesaan adalah: pertama, karena sistem produksi 19 bersifat musiman maka untuk mengisi waktu tunggu panen atau musim panen berikutnya, maka hal ini mendorong petani untuk mencari pekerjaan di luar sektor petanian. Kedua; perbedaan pasar tenaga kerja, hal ini mendorong pemanfaatan berbagai peluang kerja tersebut untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya atau memperbaiki standar hidupnya. Ketiga; strategi mengurangi risiko, melalui berbagi upaya yang dilakukan diharapkan petani mampu menghindari risiko kelaparan, kebutuhan subsistensiya tidak terpenuhi, dan risiko lainnya. Keempat; sebagai perilaku penyesesuain, maksud penyesesuain disini adalah untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan upaya yang dilakukan sehingga tidak akan terjadi kekurangan. Kelima; strategi menabung dan investasi sementara, berbagai strategi nafkah yang dilakukan dalam upaya memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bentuk tabungan atau investasi walaupun bersifat sementara, misalnya: beternak sapi, dianggap sebagai tabungan yang apabila sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dijual Ellis, 1998. Dalam kerangka untuk bertahan hidup dan meningkatkan standar hidup tersebut, masyarakat melakukan berbagai strategi diantaranya adalah: 1 meningkatkan produktivitas lahan seperti intensifikasi dan ekstensifikasi pada lahan pertanian, sementara pada masyarakat nelayan berusaha meningkatkan teknologi sehingga lebih mudah menangkap ikan; 2 adanya pembagian tugas untuk mencari nafkah antara suami, istri, dan anak; 3 menjalin kerjasama dengan anggota komunitas dalam upaya mempertahankan jaminan sosial masyarakat; 4 untuk tetap survive juga menjalin hubungan patron-klien; 5 melakukan migrasi untuk bekerja baik ke kota maupun menjadi TKI ke luar negeri Ellis, 1998. Menurut Chambers 1995, beberapa cara yang dipergunakan oleh rumahtangga dalam kerangka bertahan hidup antara lain: 1 mutual help dengan tetangga atau saudara, 2 kontrak lepas, 3 pekerjaan sambilan, 4 pekerjaan khusus tukang cukur, tukang kayu, penjahit, 5 memanfaatkan tenaga kerja anak, 6 pekerjaan kerajinan, 7 menggadaikan dan menjual asset, 8 pemisahan anggota keluarga menitipkan anak pada kerabat, 9 migrasi musiman, 10 remitten, 11 penghematan makanan dan konsumsi, dan lainnya. 20 Sementara menurut pemikiran Barat, strategi nafkah meliputi asset modal alam, modal fisik, modal SDM, modal financial, dan modal social, aktifitas, dan akses terhadap asset-aset tersebut yang dikombinasikan untuk menentukan kehidupan bagi individu maupun rumah tangga Conway dan Chambers, 1992. Modal alam natural capital terdiri dari tanah, air, dan sumberdaya biologi yang di gunakan oleh manusia sebagai sarana bertahan hidup. Modal alam lebih banyak mengacu pada sumber daya lingkungan environtmental resources baik yang dapat diperbaharui atau tidak. Modal Fisik Physical Capital menyangkut modal yang diciptakan oleh proses ekonomi produksi seperti: bangunan, irigasi, jalan, mesin, dan lainnya. Modal sumber daya manusia Human Capital mengacu kepada sumber daya tenaga kerja yang ada pada rumah tangga seperti: pendidikan, keterampilan, dan kesehatan. Modal financial Financial Capital and substitutes mengacu kepada persediaan uang yang telah diakses oleh rumah tangga misalnya: tabungan, akses untuk mendapatkan kredit dalam bentuk bantuan. Modal Sosial Social Capital mencakup adanya kepercayaan trust, clientization , hubungan kekerabatan, suku, daerah asal, almamater, dan lain sebagainya Ellis, 2000. Selain lima asset yang disebut sebagai pentagon asset, Odero 2007 menambahkan satu asset penting lainnya yaitu asset informasi information capital. Menurut Chambers 1995, bahwa strategi nafkah rumahtangga lebih mengacu kepada sarana untuk memperoleh kehidupan, termasuk kemampuan berupa tangible assets dan intangible assets. Inti dari livelihood dapat dinyatakan sebagai kehidupan a living. Melalui campur tangan manusia, asset-asset nyata tangible assets dan asset tidak nyata intangible assets berkontribusi terhadap kehidupan a living lihat gambar 2.1. 21 Gambar 2.1. Komponen dan bagan alir nafkah rumah tangga Tangible assets di kendalikan oleh rumah tangga dalam dua bentuk, yaitu: 1 simpanan store, contoh: stok makanan, simpanan berharga seperti emas dan perhiasan, tabungan dan 2 dalam bentuk sumber daya resources seperti: lahan, air, pohon, ternak, peralatan pertanian, alat dan perkakas domestic. Intangible assets terdiri dari claims yang dapat dibuat untuk material, moral atau pendukung lainnya dan access adalah kesempatan untuk menggunakan sumberdaya, simpanan atau jasa, atau untuk memperoleh informasi, material, teknologi, kesempatan kerja, makanan atau pendapatan Untuk mempermudah pemahaman mengenai livelihood, scoone 1998 membuat sebuah kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran tersebut mencoba mengkaitkan antara kondisi, konteks, dan berbagai kecenderungan trends mempengaruhi sumber nafkah natural capital, financial capital, human capital, social capital, dan lainnya. Perubahan pada sumber nafkah juga mempengaruhi struktur organisasi dan proses institusional untuk kemudian berkorelasi dengan strategi nafkah dan muaranya berpengaruh terhadap keberlanjutan sumber nafkah lihat gambar 2.2. Livelihood capabilities Stores and Resources Claims and access People Tangible Assets Intangible Assets A Living 22 Policy Contexts, conditions and trends Livelihood resources Institutional processes organisational structure Livelihood strategies Sustainable livelihood outcome Livelihood History Politics Macro- economic condition Term of Trade Climate Agro-ecology Demography Social differentiation Natural capital Economic Financial capital Human capital Social capital And others… Agricultural intensification- Exstensification Livelihood diversification Migration 1. Increased number of working days created 2. Poverty reduced 3. Well-being and capabilities improved Institutions and Organizations Sustainability 4. Livelihood adaptation, vulnerability and resilience enhanced 5. Natural resource base sustainability ensured Contextual analysis of conditions and trends and assessment of policy setting Analysis of livelihood resources; trade off, combinations, sequences, trends Analysis of institutionalorganizati onal influences on access to livelihood resources and composition of livelihood strategy portfolio Analysis of livelihood strategy portfolios and pathways Analysis of out comes and trade- offs Sumber : Scoones, 1998 Gambar 2.2. Framework Strategi Nafkah Dalam kaitan dengan asset-atau yang sering disebut sebagai capital-tidak secara sederhana sumber daya resources yang ada langsung digunakan di dalam membangun nafkah livelihood. Berbagai asset yang ada akan menentukan bagaimana strategi nafkah dibentuk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karena asset capital tersebut memberikan orang kemampuan capability. Melalui berbagai kemampuan tersebut akan membuat kehidupan menjadi lebih berarti dan berkelanjutan Bebbington, 1999 lihat gambar 2.3. 23 Gambar 2.3. Asset, livelihood, dan kemiskinan

2.1.5. Beberapa studi tentang strategi nafkah dan posisi penelitian dalam

Dokumen yang terkait

Perubahan Desa Menjadi Kota (Studi Deskriptif di Desa Tembung, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

22 218 93

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI MISKIN DI DESA SUKORAHAYU KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 16 9

Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan (Studi Kasus di Dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur)

0 6 208

Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Lahan Kering (Kasus Komunitas Petani Lahan Kering Di Desa Lolisang, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan)

0 10 188

Dampak Krisis Ekologi terhadap Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Ciganjeng, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran

1 18 99

Strategi Dan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sekitar Hutan Desa Seputih Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

2 21 89

Strategi Dan Kelentingan Nafkah Rumahtangga Petani Di Daerah Rawan Bencana (Kasus Rumahtangga Petani Desa Tunggilis, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat)

4 10 138

Kelentingan Nafkah Rumahtangga Petani Di Wilayah Rentan Banjir: Studi Kasus Dua Desa Di Kabupaten Kudus

0 7 133

DINAMIKA NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI PEDESAAN DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE LIVELIHOD APPROACH (SLA) (Kasus Petani Tembakau di Lereng Gunung Merapi-Merbabu, Propinsi Jawa Tengah).

0 0 9

POLA HUBUNGAN ANTARA TENGKULAK DAN PETANI TEMBAKAU DI LERENG GUNUNG SINDORO SUMBING (Studi Kasus Desa Pagergunung Kecamatan Bulu dan Desa Gentingsari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung) - UNS Institutional Repository

1 1 14