Ekonomi Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

52 positif tidak mengendung residu kimia. Hal ini hanya disampaikan secara lisan oleh para supplier kepada kelompok tani. Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan pada kelompok tani ini. Penelitian tersebut semua terkait dengan kerjasama yang dilakukan kelompok tani dengan Tim Academic Frontier Research Project Institut Pertanian Bogor, contohnya penelitian yang dilakukan beberapa mahasiswa dari jurusan teknologi benih, jurusan hama dan penyakit tanaman, jurusan tanah dan terakhir adalah penelitian mahasiswa dari jepang tentang pengembangan budidaya sayuran jepang seperti bayam dan timun jepang.

6.1.12. Sistem Informasi Manajemen

Kegunaan sistem informasi manajemen SIM untuk memperbaiki kinerja suatu kelompok tani dengan memperbaki kualitas keputusan manajerial. Dengan adanya SIM diharapkan kelompok tani dapat mengikuti perubahan yang terjadi untuk dapat bertahan dan bersaing di pasar. SIM belum dapat dilaksanakan oleh kelompok tani Putera Alam karena bentuk usaha masih berskala kecil sehingga struktur organisasi masih sederhana dan tingkat pendidikan sumber daya manusia yang masih terbatas.

6.2. Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal usaha bertujuan untuk mengembangkan daftar peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari usaha tersebut. Untuk menganalisis faktor eksternal, harus diketahui terlebih dahulu informasi tentang tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, dan teknologi.

6.2.1. Ekonomi

Aspek ekonomi merupakan aspek terpenting dalam mempengaruhi pemasaran produk organik. Dengan melihat indikator-indikator ekonomi, kelompok tani dapat memperkirakan pengaruh yang terjadi terhadap kelompok tani dan dapat menentukan kebijakan yang tepat bagi perkembangan kelompok tani. 53 Keadaan perekonomian dapat di lihat dari perubahan Produk Domestik Regional Bruto PDRB, PDRB kabupaten Bogor sejak tahun 2002 terus meningkat diikuti dengan meningkatnya laju pertumbuhan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Meningkatnya PDRB akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Berdasarkan pengeluaran per bulan rata-rata perkapita kabupaten Bogor tahun 2007 untuk pengeluaran makanan sebesar Rp. 180.283,- dengan persentase 50,80 persen dan untuk pengeluaran bukan makanan sebesar Rp. 174.611,- dengan persentase 49,20 persen. Tabel 10. Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Bogor, Tahun 2002-2005. Tahun PDRB atas Dasar Harga Juta Rp. Laju Pertumbuhan Berlaku Konstan ’2000 Berlaku Konstan ’2000 2002 22.566.874,32 20.115.276,41 11,48 4,48 2003 25.369.472,89 21.083.381,75 12,42 4,81 2004 28.832.435,46 22.256.364,04 13,65 5,56 2005 35.893.216,72 23.558.830,59 24,49 5,85 Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2006. Selain perubahan PDRB dan laju pertumbuhan, naiknya harga BBM Bahan Bakar Minyak juga berpengaruh besar terhadap biaya operasional kelompok tani Putera Alam. Keputusan kelompok tani agar para supplier mengambil produk sayuran di tempat pasca panen kelompok tani salah satunya karena kenaikan harga BBM, sehingga untuk mengirimkan produk sayuran memerlukan biaya yang tinggi.

6.2.2. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

Kepedulian masyarakat yang besar terhadap kesehatan dan semakin tingginya pengetahuan agan gizi merupakan pangsa pasar potensial bagi industri sayuran organik. Menu sehari-hari dari sebagian masyarakat Indonesia berubah dari bahan makanan anorganik yang banyak mengandung pestisida kimia ke mennu makanan organik yang bebas dari pestisida kimia. Masyarakat sekitar kelompok tani Putera Alam cukup mendukung kegiatan budidaya organik yang dilakukan kelompok tani, terlihat dari antusias masyarakat dalam mengkonsumsi sayuran organik. Gaya hidup masyarakat yang 54 cenderung back to nature juga memberikan dampak positif bagi keberlangsungan usaha sayuran organik, hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan maka semakin tinggi pula loyalitas masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran organik. Namun di sisi lain, kelompok tani mengalami beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah status kepemilikan lahan yang digarap oleh anggota kelompok tani, yang merupakan lahan sewaan. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan usaha kelompok tani, karena lahan tersebut dapat diambil oleh pemiliknya.

6.2.3. Politik, Pemerintah, dan Hukum