Hasil Uji Sangkaan HASIL DAN PEMBAHASAN
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan menggunakan tabel Hopkins yang tercantum dalam SNI 01-2897-1992 Tabel 4.4.
Gambar 4.2 Hasil uji penegasan pada masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas 10
A dan pada masa inkubasi 48 jam gelembung yang terbentuk gelembung gas semakin besar yaitu 10 B
Tabel 4.4 Nilai APMmL setiap sampel air minum isi ulang
Sampel Kombinasi tabung yang positif
Nilai APMmL
D1 0-0-0
3 D2
1-0-0 4
D3 0-0-0
3 D4
0-0-0 3
D5 0-0-0
3
Berdasarkan tabel 4.4, nilai APMmL pada sampel D1, D3, D4, dan D5 yaitu 3mL yang berarti bahwa jumlah bakteri Coliform pada sampel tidak
terdeteksi dan dianggap negatif El-Hadedy dan El-Nour, 2012 sedangkan sampel D2 bernilai 4mL. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin
tinggi risiko adanya bakteri patogen lain Suprihatin, 2003 serta semakin sedikit kandungan bakteri Coliform pada air minum, maka semakin baik kualitas air
minum tersebut, dan sebaliknya semakin banyak jumlah bakteri Coliform dalam air minum, maka semakin buruk kualitas air minum tersebut Pracoyo, 2006. Air
minum akan menyebabkan penyakit gastroenteritis jika pada 100 mL air minum terdapat 500 bakteri Coliform sedangkan jumlah bakteri Coliform pada sampel D2
A B
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tidak mencapai 500100 mL jadi kemungkinan jika masyarakat mengonsumsi air minum tersebut tidak menyebabkan penyakit gastroenteritis meskipun air minum
sampel D2 tidak layak konsumsi Suriawiria, 2003. Pada penelitian terdahulu mengenai analisis cemaran bakteri Coliform dan
Escherichia coli pada air minum isi ulang yang dilakukan di Sisingaraja, Bali seluruh sampel yaitu sebanyak 3 air minum isi ulang memenuhi syarat kualitas
mikrobiologi Widiyanti dan Ristanti, 2004. Penelitian lain, 7 dari 32 sampel tercemar Coliform di kota Surabaya Keman, 2005. Pemeriksaan air minum isi
ulang di Bogor dari 2 sampel yang tidak memenuhi syarat yaitu mengandung bakteri Coliform sebanyak 7100 mL Pratiwi, 2007. Penelitian di daerah Lenteng
Agung dan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan terdapat 13 dari 13 sampel mengandung bakteri Coliform Radji, 2008. Penelitian yang dilakukan di wilayah
Kabupaten Bogor, 3 dari 88 sampel air minum isi ulang tidak memenuhi syarat mikrobiologi Kepmenkes RI No.492MenkesPerIV2010 Prihatini, 2012.
Kajian kualitas bakteriologis air minum isi ulang di kabupaten Blora menunjukkan 1 sampel terkontaminasi bakteri Coliform dari total sampel 24
Natalia et al., 2014. Penelitian lain yang dilakukan oleh Natalia et al 2014 di Blora, Jawa Tengah, sebanyak 24 dari 25 air minum isi ulang depot tidak
terkontaminasi bakteri Coliform. Penelitian yang dilakukan di Kota Manado, ditemukan 9 sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform
Bambang et al., 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Raharja 2015 di Kelurahan Pisangan dan Cirendeu Kota Tangerang Selatan diperoleh hasil bahwa
8 dari 9 sampel tercemar bakteri Coliform. Pemeriksaan air minum di Kabupaten Bandung Barat, terdapat 6 air minum isi ulang yang mengandung Coliform dari 8
sampel dengan nilai 3100 mL untuk 5 sampel dan 4100 mL untuk 1 sampel Anies, 2015. Penelitian yang dilakukan Walangitan et al 2016 3 dari 8 sampel
air minum isi ulang mengandung bakteri Coliform dengan nilai 2 depot mengandung 13100 mL dan 1 depot 240100 mL. Adanya perbedaan hasil ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kontaminasi air minum isi ulang saat proses pengolahan, sanitasi, dan higien Eulis et al., 2008; Raharja, 2015.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian menunjukkan 1 dari 5 sampel air minum isi ulang di Kelurahan Pondok Cabe Ilir tercemar bakteri Coliform. Hasil tersebut hampir
sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu ada beberapa sampel air minum isi ulang yang tercemar bakteri Coliform.
Bakteri Coliform tidak menyebabkan penyakit akan tetapi dapat digunakan sebagai salah satu indikator hadirnya bakteri patogen yang dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit Khoeriyah dan Anies, 2015. Hadirnya bakteri
Coliform yang terdapat pada sampel D2 menunjukan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan seperti Salmonella, Shigella dan Staphylococcus Bambang et al., 2014, seperti yang terjadi di Charsadda, Pakistan penduduk menderita penyakit
gastoentritis, kolera, disentri, diare, dan hepatitis karena mengonsumsi air yang tercemar bakteri Coliform Shahnaz et al., 2012 dalam Khoeriyah dan Anies,
2015. Higienitas dan sanitasi berpengaruh terhadap ada tidaknya cemaran bakteri Coliform dalam air minum isi ulang Natalia, et al., 2014. Tercemarnya sampel
D2 oleh bakteri Coliform dapat disebabkan karena air baku tercemar, sistem transportasi pengangkutan air baku ke depot, penanganan wadah air, pemeliharaan
bangunan dan peralatan, kondisi depot yang tidak memenuhi syarat Walingitan et al., 2016. Jumlah bakteri Coliform akan meningkat dengan meningkatnya waktu
penyimpanan, pada depot D2 air baku tersimpan cukup lama dalam bak penampung karena air baku hanya datang setiap 2-3 minggu sekali sehingga
meningkatkan risiko tercemarnya mikroba Rahayu et al., 2013; Violita et al., 2010.
Media Brilliant Green Lactose Bile broth 2 BGLB 2 digunakan untuk uji penegasan karena adanya brilliant green mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif selain Coliform dan adanya garam empedu mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak
hidup dalam gastrointestinal manusia. Kandungan ini yang menjadi pembeda dengan media Lactose Broth LB. Media ini juga mengandung laktosa sehingga
indikatornya sama seperti uji sangkaan dimana jika positif Coliform maka akan terbentuk gas Bambang et al., 2014; Oxoid, 2015; Radji, 2008.