Pengumpulan Sampel dan Pengamatan Depot Air Minum Isi Ulang

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui, pencucian bak penampung air baku dilakukan 1 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar bangunan depot. Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D3 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan frekuensi kedatangan 2 hingga 3 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk dan bengkel, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku dilakukan 1 minggu sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar bangunan depot. Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D4 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan frekuensi kedatangan 1 kali dalam seminggu, di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku dilakukan 3 bulan sekali, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di dalam bangunan depot. Berdasarkan tabel 4.1, kondisi bangunan depot D5 yaitu lantai terbuat dari keramik berwarna putih dan bersih, dinding terbuat dari tembok dengan cat berwarna putih, kondisi plafon atau langit-langit baik, penyimpanan penutup galon di ruang pengisian air yang ber-UV, asal air baku yaitu dari Bogor dengan frekuensi kedatangan belum ditentukan karena depot D5 merupakan depot baru, di sekitar depot terdapat pemukiman penduduk, alat sterilisasinya yaitu UV, pencucian bak penampung air baku belum pernah dilakukan, pencucian galon menggunakan air tanpa deterjen, dan alat pencucian galon berada di luar bangunan depot. Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu bersih, begitupula dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Untuk syarat 28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kondisi lantai, semua depot memenuhi persyaratan sedangkan syarat dinding tidak demikian. Dinding semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir tidak terbuat dari bahan yang licin akan tetapi dinding berwarna terang dan bersih. Syarat kondisi atap dan langit-langit bangunan depot yaitu harus sempurna tertutup, tidak ada yang bocor, permukaan rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan Suprihatin dan Adriyani, 2008. Sebagian besar kondisi langit-langit depot sudah memenuhi syarat kecuali pada depot D1 yang berlubang dan depot D2 yang tidak berplafon sehingga sangat rawan binatang masuk ke area depot. Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan air baku atau produk akhir harus dibersihkan dan dilakukan sanitasi secara teratur. Pada depot D2 pencucian bak penampung air baku dilakukan sebulan sekali, kegiatan ini sudah baik karena seharusnya 6 bulan sekali akan tetapi air baku tersimpan cukup lama dalam bak penampung karena air baku datang setiap 2-3 minggu sekali sehingga meningkatkan risiko tercemarnya mikroba Rahayu et al., 2013. Sedangkan untuk depot D1, D3, D4, dan D5 perputaran air baku pada bak penampung lebih cepat dibandingkan dengan depot D2 dan frekuensi pembersihan bak penampung air juga memenuhi syarat. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap adanya cemaran bakteri Coliform pada air minum isi ulang terlihat pada kondisi depot yang tidak berplafon dan kotor, alat sterilisasi yang tidak diketahui oleh petugas dan hal ini menunjukkan bahwa alat sterilisasi tidak pernah dirawat sehingga petugas tidak tahu jenisnya, dan juga lamanya air baku tersimpan dalam bak penampung air Suprihatin et al., 2008. Pada depot air minum isi ulang biasanya terdapat lampu indikator bahwa UV masih bekerja dengan baik sedangkan pada depot D2 tidak adanya indikator tersebut sehingga kemungkinan lampu UV perlu diganti Rahayu et al., 2013. Pencucian galon harus dilakukan dengan menggunakan deterjen tara pangan dan air bersih dengan suhu 60-85°C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk Deperindag, 2004. Semua depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir tidak menerapkan aturan tersebut, semua depot hanya mencuci wadah galon konsumen dengan hanya menggunakan air kemudian disikat dan dibilas ditambah 29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lagi pada depot D1, D2, D3, dan D5 alat pembersih galon yang letaknya di luar bangunan depot sehingga semakin tinggi risiko tercemar mikroba. Empat dari 5 kondisi lokasi semua depot sudah memenuhi syarat yaitu bangunan depot berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, seperti tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukan barang bekas atau bahan berbahaya yang beracun, bengkel, perusahaan cat, las, kapur Deperindag, 2004. Hanya depot D3 berada di lokasi yang berdekatan dengan bengkel. Berdasarkan pengamatan pada kondisi depot air minum isi ulang yang telah disajikan dalam tabel 4.1 terlihat bahwa depot D2 yang kurang menjaga kondisi depotnya yang seharusnya bangunan dan bagian-bagiannya harus dipelihara dan dilakukan sanitasi secara teratur dan berkala, hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya tikus, serangga, dan binatang kecil lainnya ke dalam bangunan bangunan proses produksi atau pun tempat pengisian Indirawati, 2009. Kontaminasi pada air minum isi ulang dapat disebabkan karena tingginya kandungan cemaran mikroba pada air baku, adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan, bak penampungan kurang bersih, lamanya waktu penyimpanan air dalam bak penampungan, pengusaha depot belum mengetahui peralatan depot yang baik dan cara memeliharanya sehingga kurang memperhatikan dan tidak rutin membersihkan peralatan depot, proses filtrasi kurang memadai, peralatan depot air minum yang tidak dilengkapi alat sterilisasi atau daya bunuhnya rendah terhadap bakteri, kurang memperhatikan pentingnya sanitasi lingkungan, adanya kontaminasi dari galon yang tidak disterilisasi, tidak dilakukannya uji rutin untuk memeriksakan kelayakan produksi air minum isi ulang Natalia et al, 2004; Radji, 2008; Walangitan et al, 2016. Untuk menghindari kontaminasi produk air minum isi ulang, pemilik DAMIU harus secara rutin dan berkala melakukan pemeliharaan sarana produksi dan program sanitasi, mencegah masuknya tikus, serangga, binatang kecil lainnya ke dalam bangunan dan tempat pengisian, hati-hati dalam menggunakan desinfektan dan insektisida untuk membasmi mikroorganisme, serangga, dan tikus. Selain itu, wadah yang dibawa konsumen harus disanitasi dan diperiksa 30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum diisi dan proses pengisian air hingga penutupan wadah dilakukan di ruang yang higienis Purnawijayanti 2001; Purwaningsih, 2009.

4.2. Hasil Uji Sangkaan

Hasil uji sangkaan dari 5 sampel air minum isi ulang dari depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir dibandingkan dengan kontrol negatif dapat dilihat pada tabel 4.2. dan 4.3. Hanya sampel D2 pengenceran 10 -1 replikasi tabung ke-2 yang menunjukkan hasil positif dimana terbentuk gelembung dan terjadi kekeruhan media Lactose broth, sedangkan sampel D1, D3, D4, dan D5 hanya menunjukkan produksi asam yang ditandai dengan kekeruhan pada media Lactose broth dan pada blangko akuades steril pengenceran 10 -1 , 10 -2 , 10 -3 , dan media tidak menujukkan kekeruhan media atau pun gelembung pada tabung durham. Tabel 4.2 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang AMIU depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir pada masa inkubasi 24 jam dengan metode Angka Paling Mungkin APM seri 3 tabung Sampel Tabung positif pada masa inkubasi 24 jam Replikasi Pengenceran 10 -1 Replikasi Pengenceran 10 -2 Replikasi Pengenceran 10 -3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 D1 - - - - - - - - - D2 - + - - - - - - - D3 - - - - - - - - - D4 - - - - - - - - - D5 - - - - - - - - - BM - - - - - - - - - B10 -1 - - - - - - - - - B10 -2 - - - - - - - - - B10 -3 - - - - - - - - - Keterangan: 1= Replikasi tabung 1; 2= Replikasi tabung 2; 3= Replikasi tabung 3; BM = Blangko media; B10 -1 = Blangko pengenceran 10 -1 ; B10 -2 = Blangko pengenceran 10 -2 ; B10 -3 = Blangko pengenceran 10 -3 ; - Tidak terbentuk gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung pada tabung durham. 31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.3 Hasil uji sangkaan air minum isi ulang AMIU depot di Kelurahan Pondok Cabe Ilir pada masa inkubasi 48 jam dengan metode Angka Paling Mungkin APM seri 3 tabung Sampel Tabung positif pada masa inkubasi 48 jam Replikasi Pengenceran 10 -1 Replikasi Pengenceran 10 -2 Replikasi Pengenceran 10 -3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 D1 - - - - - - - - - D2 - + - - - - - - - D3 - - - - - - - - - D4 - - - - - - - - - D5 - - - - - - - - - BM - - - - - - - - - B10 -1 - - - - - - - - - B10 -2 - - - - - - - - - B10 -3 - - - - - - - - - Keterangan: 1=Tabung 1; 2= Tabung 2; 3= Tabung 3; BM = Blangko media; B10 -1 = Blangko pengenceran 10 -1 ; B10 -2 = Blangko pengenceran 10 -2 ; B10 -3 = Blangko pengenceran 10 -3 ; - Tidak terbentuk gelembung pada tabung durham; + Terbentuk gelembung pada tabung durham. Kelompok Coliform terdiri dari beberapa genus dari famili Enterobacteriaceae, diantaranya Escherichia, Citrobacter, Enterobacter, Klabsiella, Salmonella, Shigella APHA, 1992; Baylis et al., 2011. Enterobacteriaceae merupakan organisme indikator yang digunakan untuk melihat apakah suatu makanan atau minuman memiliki higienitas yang buruk, proses pengolahan yang kurang baik, atau pun kontaminasi setelah suatu makanan diproses. Untuk mendeteksi Enterobacteriaceae, ada beberapa prinsip yang perlu dilakukan yaitu membedakan suatu bakteri berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasikan laktosa, yaitu bakteri memfermentasi laktosa secara anaerob dalam 48 jam dan bakteri jarang memfermentasi laktosa secara anaerob. Pengelompokan bakteri Coliform didasarkan pada kemampuan fermentasinya. 32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ketika tabung menunjukkan terbentuknya gelembung gas pada tabung durham dan asam yang ditandai dengan kekeruhan media Lactose broth, kemungkinan besar bahwa bakteri yang terkandung di dalamnya merupakan bakteri Enterobacteriaceae karena dapat memfermentasi gula melalui fermentasi campuran asam dan butandiol Müller, 2001. Perubahan gula menjadi piruvat melalui proses glikolisis dan oleh beberapa bakteri akan diubah menjadi asam, CO 2 , dan H 2 . Media yang digunakan pada uji sangkaan mengandung gula yaitu laktosa dan akan menjadi sumber energi bagi bakteri. Secara sederhana, reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

4.3. Hasil Uji Penegasan

Tahap selanjutnya yaitu uji penegasan yang dilakukan untuk menghitung jumlah total Coliform serta untuk meyakinkan bakteri yang terkandung dalam sampel merupakan bakteri kelompok Coliform karena pada uji sangkaan hasil positif tidak selalu disebabkan oleh bakteri Coliform, seperti bakteri lain yang mampu memfermentasi laktosa yang kemudian memproduksi gas dan asam seperti bakteri asam laktat atau oleh bakteri yang bersifat sinergis sehingga dapat menguraikan karbohidrat dan membentuk gas APHA, 1992; Radji, 2008. Hanya sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10 -1 yang dilanjutkan ke uji penegasan karena pada sampel D1, D3, D4, D5 menunjukkan hasil negatif pada uji sangkaan. Sampel D2 yang menunjukkan hasil positif pada uji sangkaan diinokulasi dalam media Brilliant Green Lactose Bile broth 2 BGLB 2 kemudian diinkubasi pada suhu 36±1ºC selama 24-48 jam. Pada uji penegasan sampel D2 replikasi tabung ke-2 pengenceran 10 -1 masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas pada tabung durham namun sangat kecil yaitu 10 sehingga diputuskan untuk dilanjutkan inkubasinya hingga 48 jam Gambar 4.2. Pada masa inkubasi 48 jam terlihat terbentuk gelembung yang semakin besar dan 10. Hasil yang diperoleh dari uji penegasan ini kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai APMmL Gula → Piruvat → Asam + CO 2 + H 2 33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan tabel Hopkins yang tercantum dalam SNI 01-2897-1992 Tabel 4.4. Gambar 4.2 Hasil uji penegasan pada masa inkubasi 24 jam terbentuk gelembung gas 10 A dan pada masa inkubasi 48 jam gelembung yang terbentuk gelembung gas semakin besar yaitu 10 B Tabel 4.4 Nilai APMmL setiap sampel air minum isi ulang Sampel Kombinasi tabung yang positif Nilai APMmL D1 0-0-0 3 D2 1-0-0 4 D3 0-0-0 3 D4 0-0-0 3 D5 0-0-0 3 Berdasarkan tabel 4.4, nilai APMmL pada sampel D1, D3, D4, dan D5 yaitu 3mL yang berarti bahwa jumlah bakteri Coliform pada sampel tidak terdeteksi dan dianggap negatif El-Hadedy dan El-Nour, 2012 sedangkan sampel D2 bernilai 4mL. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin tinggi risiko adanya bakteri patogen lain Suprihatin, 2003 serta semakin sedikit kandungan bakteri Coliform pada air minum, maka semakin baik kualitas air minum tersebut, dan sebaliknya semakin banyak jumlah bakteri Coliform dalam air minum, maka semakin buruk kualitas air minum tersebut Pracoyo, 2006. Air minum akan menyebabkan penyakit gastroenteritis jika pada 100 mL air minum terdapat 500 bakteri Coliform sedangkan jumlah bakteri Coliform pada sampel D2 A B