Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Teknik pengamatan objek langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri Wangon Kabupaten Banyumas

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF

TIPE CONCEPT SENTENCE

DENGAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK LANGSUNG PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI WANGON

KABUPATEN BAN YUMAS

SKRIPSI

disus un untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Tika Septiani

2101407135

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

JURUSAN BAHASA D AN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011


(2)

ii

Teknik pengamatan objek langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri Wangon Kabupaten Banyumas. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.Wagiran, M.Hum dan Pembimbing II: Drs. Suparyanto.

Kata kunci : keterampilan menulis, karangan deskripsi, model pe mbelajaran kooperatif tipe concept sentence, teknik pengamatan objek langsung.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu diajarkan pada siswa secara terpadu dengan keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara alamiah melainkan harus dipelajari dan dilatih terus menerus. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon Kabupaten Banyumas masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah model dan teknik yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang menarik dan kurang bervariasi. Pemilihan model, media, ataupun teknik belajar yang tepat diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap siklus I dan tahap siklus II. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri Wangon. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel keterampilan menulis karangan deskripsi dan variabel penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik tes berupa hasil keterampilan menulis karangan deskripsi dan teknik nontes berupa observasi, catatan harian siswa, catatan harian guru, wawancara, dan dokumentasi foto. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II.


(3)

iii

meningkat sebesar 12,24 menjadi 78,41. Setelah dilakukan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung, terjadi perubahan perilaku ke arah positif. Perubahan perilaku yang terjadi adalah siswa terlihat lebih antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran, siswa lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran, siswa lebih berani bertanya, merespon pertanyaan guru, serta menyampaikan pendapat di depan kelas.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada guru khususnya guru kelas XA SMA Negeri Wangon untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung pada pembelajaran menulis karangan deskripsi.


(4)

iv

Panitia Ujian Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Semarang, April 2011

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M.Hum. Drs. Suparyanto


(5)

v

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada

hari : Kamis

tanggal : 5 Mei 2011

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono, M.Hum Sumartini, S.S., M.A.

NIP 195801271983031003 NIP 197307111998022001

Penguji I

Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. NIP 197001091994032001

Penguji II Penguji III

Drs. Suparyanto Drs. Wagiran, M.Hum


(6)

vi

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2011

Tika Septiani NIM 2101407135


(7)

vii

1. Ujian bagi orang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah itu terjadi (David J. Schwartz).

2. Masa depan yang paling tidak jelas adalah masa depan orang yang menunggu semuanya menjadi lengkap, sempurna, dan terjamin tidak akan gagal; sebelum dia bertindak.

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas perjuangan dan doanya,

2. Dosen-dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,


(8)

viii

yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Media Objek Langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri Wangon Kabupaten Banyumas. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari pihak lain. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Wagiran, M.Hum., sebagai pembimbing I dan Drs Suparyanto sebagai pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis dan memberi arahan dalam menyusun skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen-dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis sampai lulus.

4. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kebijakan kepada penulis selama kuliah.

5. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.


(9)

ix menyusun skripsi ini.

7. Bapak Drs. Ananto Nur Semedi, kepala SMA Negeri Wangon, Ibu Dra. Parmunah, selaku guru pamong saat peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri Wangon beserta seluruh guru dan staf karyawan SMA Negeri Wangon yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Ayah, Ibu, dan adikku tercinta, terima kasih atas perjuangan dan doanya. 9. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan memberi pahala yang sesuai. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian Bahasa Indonesia.

Semarang, April 2011


(10)

x

SARI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERN YATAAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 13

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian... 14

1.6 Manfaat Penelitian... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.2 Landasan Teoretis ... 24

2.2.1 Hakikat Menulis ... 25

2.2.1.1 Tujuan Menulis ... 26


(11)

xi

2.2.2.1 Ciri-ciri Karangan Deskripsi... 37

2.2.2.2 Langkah- langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 39

2.2.2.3 Aspek-aspek yang Dinilai dalam Karangan Deskripsi ... 41

2.2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 43

2.2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence ... 49

2.2.4 Teknik Pengamatan Objek Langsung ... 51

2.2.5 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dan Teknik pengamatan objek langsung dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 54

2.3 Kerangka Berpikir ... 60

2.4 Hipotesis Tindakan... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 64

3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I ... 65

3.1.1.1 Perencanaan ... 65

3.1.1.2 Tindakan ... 66

3.1.1.3 Observasi ... 68

3.1.1.4 Refleksi ... 69

3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II ... 69

3.1.2.1 Perencanaan ... 69

3.1.2.2 Tindakan ... 70

3.1.2.3 Observasi ... 71

3.1.2.4 Refleksi ... 72

3.2 Subjek Penelitian ... 72

3.3 Variabel Penelitian ... 73

3.3.1 Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi... 73


(12)

xii

3.4 Instrumen Penelitian... 76

3.4.1 Instrumen Tes ... 76

3.4.2 Instrumen Nontes ... 86

3.4.2.1 Pedoman Observasi ... 86

3.4.2.2 Pedoman Catatan Harian ... 87

3.4.2.3 Pedoman Wawancara... 89

3.4.2.4 Dokumentasi foto... 89

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 90

3.5.1 Teknik Tes ... 90

3.5.2 Teknik Nontes ... 91

3.5.2.1 Observasi ... 91

3.5.2.2 Catatan Harian ... 91

3.5.2.3 Wawancara ... 92

3.5.2.4 Dokumentasi foto... 90

3.6 Teknik Analisis Data ... 94

3.6.1 Teknik Kuantitatif ... 94

3.6.2 Teknik Kualitatif ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 96

4.1.1 Hasil Prasiklus... 96

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 113

4.1.2.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus I ... 113

4.1.2.2 Perilaku Siswa pada Siklus I... 131

4.1.2.3 Refleksi Siklus I... 150

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II... 152 4.1.3.1 Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada


(13)

xiii

4.2 Pembahasan ... 196

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 201

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa ... 207

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 228

5.2 Saran ... 229

DAFTAR PUSTAKA ... 231


(14)

xiv

Bagan 1 Kerangka Berpikir ... 63 Bagan 2 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 64


(15)

xv

Tabel 2 Pedoman Penskoran Menulis Karangan Deskripsi ... 77

Tabel 3 Aspek Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 78

Tabel 4 Kategori Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 85

Tabel 5 Rincian Perolehan Nilai Tiap Siswa... 85

Tabel 6 Hasil Tes Prasiklus Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus ... 97

Tabel 7 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Tiap Aspek ... 98

Tabel 8 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Imajinasi... 99

Tabel 9 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Keterlibatan Aspek Pancaindera ... 101

Tabel 10Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Kesan Hidup ... 102

Tabel 11 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis... 103

Tabel 12 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ... 105

Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Kohesi dan Koherensi ... 106

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ... 108

Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Pilihan Kata/Diksi... 109

Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Ejaan dan Tanda Baca... 111

Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Aspek Kerapian Tulisan... 112


(16)

xvi

Tabel 20 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Imajinasi... 117 Tabel 21 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Keterlibatan Aspek Pancaindera ... 119 Tabel 22 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Kesan Hidup ... 120 Tabel 23 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis... 121 Tabel 24 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ... 123 Tabel 25 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Kohesi dan Koherensi ... 124 Tabel 26 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ... 126 Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Pilihan Kata/Diksi... 127 Tabel 28 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Ejaan dan Tanda Baca... 129 Tabel 29 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus I

Aspek Kerapian Tulisan... 130 Tabel 30 Hasil Observasi Siklus I ... 132 Tabel 31 Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi Siklus II ... 153 Tabel 32 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Tiap Aspek ... 155 Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Imajinasi... 158 Tabel 34 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II


(17)

xvii

Aspek Menunjukkan Objek yang Ditulis... 162 Tabel 37 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Kesesuaian Judul dengan Isi ... 164 Tabel 38 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Kohesi dan Koherensi ... 165 Tabel 39 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Memusatkan Uraian pada Objek yang Ditulis ... 166 Tabel 40 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Pilihan Kata/Diksi... 168 Tabel 41 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Ejaan dan Tanda Baca... 151 Tabel 42 Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siklus II

Aspek Kerapian Tulisan... 152 Tabel 43 Hasil Observasi Siklus II... 172 Tabel 44 Perbandingan Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan

Deskripsi Siklus I dan Siklus II ... 202 Tabel 45 Perbandingan Nilai Tiap Aspek Penilaian Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ... 203 Tabel 46 Peningkatan Hasil Observasi dari Siklus I ke Siklus II... 209


(18)

xviii

Gambar 2 Aktivitas Siswa Mengamati Contoh Karangan Deskrispi... 145

Gambar 3 Aktivitas Siswa Siswa Mengamati Objek Langsung dan Berdiskusi Menentukan Kata Kunci ... 146

Gambar 4 Aktivitas Siswa Menulis Karangan Deskripsi ... 147

Gambar 5 Siswa Membacakan Hasil Karangan Deskripsi di Depan Kelas.. ... 148

Gambar 6 Aktivitas Siswa Memberikan Tanggapan ... 149

Gambar 7 Aktivitas Siswa yang Mendapat Nilai Terbaik Membacakan Hasil Karangan Deskrispi... 186

Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Guru Menjelaskan Matei Pembelajaran... 187

Gambar 9 Aktivitas Siswa saat Bertanya Jawab dengan Guru ... 188

Gambar 10 Guru dan Siswa Mencari Konsep Materi Menyunting Karangan Deskripsi ... 189

Gambar 11 Aktivitas Siswa Siswa Mengamati Objek Langsung dan Berdiskusi Menentukan Kata kunci ... 190

Gambar 12 Aktivitas Siswa Menulis Karangan Deskripsi... 191

Gambar 13 Aktivitas Siswa saat Mempresentasikan Karangan... 192

Gambar 14 Aktivitas Siswa Menanggapi Presentasi... 193

Gambar 15 Perbandingan Aktivitas Siswa ketika Guru Melakukan Apersepsi ... 221

Gambar 16 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru... 222

Gambar 17 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Bertanya Jawab dengan Guru ... 223

Gambar 18 Perbandingan Aktivitas Siswa Mengamati Media Objek Langsung dan Berdiskusi Menentuka Kata Kunci ... 224

Gambar 19 Perbandingan Aktivitas Siswa saat Menulis Karangan Deskripsi... 225


(19)

(20)

xx

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 249

Lampiran 3 Pedoman Observasi Siklus I dan Siklus II... 262

Lampiran 4 Pedoman Catatan Harian Siswa Siklus I dan II ... 264

Lampiran 5 Pedoman Catatan Harian Guru Siklus I dan II ... 265

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siklus I dan II ... 266

Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Foto Siklus I dan II ... 267

Lampiran 8 Kriteria Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 268

Lampiran 9 Daftar Nama Siswa SMA Negeri Wangon Kelas XA ... 272

Lampiran 10 Rekap Nilai Prasiklus ... 274

Lampiran 11 Rekap Nilai Siklus I... 276

Lampiran 12 Rekap Nilai Siklus II ... 278

Lampiran 13 Tabel Peningkatan Menulis Karangan Deskripsi Prasiklus Siklus I dan Siklus II ... 280

Lampiran 14 Tabel Perbandingan Nilai Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II ... 281

Lampiran 15 Instrumen Tes Siklus I ... 282

Lampiran 16 Instrumen Tes Siklus II... 283

Lampiran 17 Hasil Observasi Siklus I ... 284

Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus II ... 286

Lampiran 19 Catatan Harian Siswa Siklus I ... 288

Lampiran 20 Catatan Harian Siswa Siklus II ... 290

Lampiran 21 Deskripsi Hasil Catatan Harian Guru Siklus I ... 292

Lampiran 22 Deskripsi Hasil Catatan Harian Guru Siklus II... 295

Lampiran 23 Hasil Wawancara Siklus I... 298

Lampiran 24 Hasil Wawancara Siklus II ... 301

Lampiran 25 Contoh Karangan Deskripsi Siklus I dan Siklus II ... 304


(21)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa sangatlah penting untuk dikuasai, terutama di era teknologi canggih seperti sekarang ini, karena melalui tulisan, orang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan orang lain atau pembaca. Menurut Wiyanto (2004:4), tulisan dapat menembus ruang dan waktu. Artinya, tulisan dapat dibaca oleh orang yang berada di berbagai tempat pada waktu sekarang dan yang akan datang sehingga ilmu pengetahuan dapat terus berkembang. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya keterampilan menulis. Bahkan sebagian besar mereka merasa malas dan enggan menulis, karena dalam proses menulis dibutuhkan pemikiran yang mendalam dan waktu yang luang. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan menulis sangat perlu diupayakan.

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang harus dihadapi siswa dalam proses pembelajaran, terutama untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Keterampilan menulis membutuhkan keahlian seseorang untuk mampu menggunakan bahasa secara tertulis dengan baik dan benar. Pengembangan keterampilan menulis tidak terbentuk secara otomatis, tetapi memerlukan latihan yang teratur. Siswa tidak memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan keterangan guru, dan mencatat apa yang didengar. Keterampilan menulis dapat berhasil dengan melakukan kegiatan berbahasa (menulis) secara


(22)

terus- menerus. Latihan yang dilakukan secara terus-menerus akan memengaruhi hasil dan prestasi siswa. Hasil dan prestasi dapat meningkat, apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan psikomotor. Namun, pada kenyataannya siswa masih mengalami hambatan dalam penguasaan ke mampuan menulis. Kenyataan ini ditunjang dalam proses belajar mengajar bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah, umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata- mata, sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang mendapat perhatian.

Mengingat pentingnya keterampilan menulis dalam kegiatan pembelajaran, siswa perlu dibina untuk mengembangkan keterampilan menulisnya melalui pembelajaran menulis. Salah satu jenis keterampilan menulis tersebut adalah keterampilan menulis k arangan deskripsi. Dalam Kurikulum Tingkat Sastuan Pendidikan (KTSP), salah satu tujuan standar kompetensi kelas X SMA tertulis tentang mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk karangan yang salah satunya adalah karangan deskripsi.

Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang menggambarkan atau melukiskan objek tertentu dengan detail, jelas dan sesuai keadaan yang sebenar-benarnya tentang objek yang dilukiskan. Semua hal yang ada di dalam objek tersebut digambarkan melalui pengamatan pancaindera, dari segala sesuatu yang bisa didengar, dilihat, dicium, dan dirasa. Semua gambaran itu dirangkai dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf hingga membentuk suatu karangan yang utuh. Tujuan menulis karangan deskripsi, yaitu pembaca seolah


(23)

dapat merasakan dan melihat secara langsung objek yang digambarkan oleh sang penulis melalui karangannya.

Penguasaan keterampilan menulis deskripsi dapat membantu siswa dalam melatih kepekaan karena dengan keterampilan menulis deskripsi, siswa dapat menjelaskan secara nyata suatu objek ataupun suasana tertentu. Selain itu, siswa dapat menulis secara rinci unsur-unsur, ciri-ciri, dan struktur bentuk suatu benda secara konkret dalam bentuk karangan yang dapat diinformasikan kepada pembaca.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan dan pelatihan keterampilan menulis karangan deskripsi. Pembinaan dan pelatihan keterampilan menulis karangan deskripsi ini, bertujuan agar siswa mampu menulis karangan deskripsi dengan baik sehingga karangan deskripsi yang dihasilkan siswa sesuai dengan karakteristik atau pola pengembangan karangan deskripsi. Dengan begitu, pesan atau informasi yang ingin disampaikan siswa melalui karangan tersebut dapat diterima dengan baik oleh pembaca.

Mengingat pentingnya kompetensi keterampilan menulis karangan deskripsi dalam pembelajaran, siswa perlu diberikan pelatihan menulis karangan deskripsi. Siswa diharapkan mampu menguasai kompetensi dasar yang ingin dicapai. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidak semua kompetensi dapat tercapai dengan baik. Kompetensi ini akan tercapai apabila siswa telah memenuhi indikator yang meliputi: (1) mampu menjelaskan pengertian dan karakteristik karangan deskripsi, (2) mampu menentukan tema dan mengidentifikasi topik yang akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi, (3) mampu mengembangkan


(24)

tema dan topik serta menulis karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan dengan memperhatikan aturan tata tulis kebahasaan, dan (4) mampu menyunting karangan deskripsi yang telah ditulis.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa kelas XA dalam menulis karangan deskripsi masih rendah. Nilai yang diperoleh siswa dalam kompetensi dasar ini belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu 70. Nilai rata-rata yang dicapai siswa kelas XA adalah 60,58 dengan nilai tertinggi 77 dan nilai terendah 52. Lemahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tersebut karena lemahnya penguasaan siswa terhadap indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran yang telah dirumuskan oleh guru sebelumnya ternyata belum semuanya dapat tercapai dengan masksimal dan baik.

Kelemahan yang didapati dalam indikator mampu menjelaskan pengertian dan karakteristik karangan deskripsi yaitu siswa masih sulit membedakan jenis karangan deskripsi dengan jenis karangan lainnya. Hal ini disebabkan guru dalam memberikan materi masih secara konvensional. Guru hanya memberikan materi, siswa mencatatat dan latihan.

Dalam indikator siswa mampu menentukan tema dan mengidentifikasi topik yang akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi, kelemahan terjadi karena topik yang diidentifikasi siswa belum sesuai dengan objek yang dipilih atau diamati sebelum dikembangkan menjadi kara ngan deskripsi. topik yang diidentifikasi siswa tersebut justru tidak melukiskan objek yang ditulisnya


(25)

sehingga karangan deskripsi yang dihasilkan siswa terkesan biasa saja, sulit dibedakan dengan jenis karangan yang lain dan kurang menunjukkan detail dari objek atau tema yang ditulis.

Kelemahan yang didapati dalam indikator mampu mengembangkan tema dan topik serta menulis karangan deskripsi dengan memperhatikan faktor kebahasaan, yaitu siswa masih kesulitan dalam mengembangkan gagasannya. Selain itu, karangan deskripsi yang dihasilkan menunjukkan belum adanya penguasaan kosakata, masih menggunakan ejaan yang tidak baku, kalimat yang tidak runtut, dan penyusunan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang tidak nyambung.

Kelemahan lain terdapat dalam indikator mampu menyunting karangan deskripsi yang telah ditulis, yaitu siswa belum paham bagaimana cara menyunting tulisan dengan benar. Kelemahan tersebut disebabkan pengetahuan siswa tentang pengembangan karangan deskripsi dan ejaan yang masih terbata s sehingga mereka masih kesulitan dalam menyunting hasil karangannya.

Selain lemahnya penguasaan siswa terhadap tiap-tiap indikator pembelajaran, ketidaktercapaian tujuan pembelajaran menulis karangan deskripsi disebabkan oleh (1) siswa merasa jenuh dan bosan belajar di dalam kelas, (2) siswa tidak senang dengan materi menulis karangan deskripsi yang monoton, (3) terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan memberikan kesan hidup pada objek karangan, dan (4) siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan deskripsi.


(26)

Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi juga disebabkan model mengajar guru yang monoton. Guru pada umumnya mengajar keterampilan menulis dengan tahapan-tahapan: (1) guru mengajar selalu dengan ceramah; (2) guru memberikan contoh dan langsung menyuruh siswa mengarang dengan topik tertentu; (3) siswa mengarang dengan topik yang telah ditentukan oleh guru; dan (4) guru mengoreksi hasil karangan siswa dan memberi nilai pada siswa. Dengan demikian, siswa tidak mengetahui kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya. Untuk itu, hasil latihan siswa harus dibicarakan dan didiskusikan sehingga siswa mengetahui kesalahannya. Dengan mengetahui kesalahannya itu siswa akan berusaha untuk memperbaikinya sehingga pada lain waktu apabila mendapat tugas menulis karangan deskripsi hasilnya akan lebih baik. Model pembelajaran seperti ini membuat siswa bosan dan tidak menguasai cara menulis karangan deskripsi yang benar.

Masalah- masalah yang memengaruhi keterampilan menulis karangan deskripsi dalam pembelajaran perlu dicarikan jalan keluar. Untuk itu, perlu adanya pendekatan, model, metode, teknik, strategi, dan media pembelajaran yang baru, untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi. Melalui model dan teknik pembelajaran yang dipadukan dengan baik, dapat memudahkan siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam tulisan dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan pengamatan objek langsung sebagai teknik pembelajaran dalam menulis karangan deskripsi.


(27)

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah- masalah yang kompleks. Dalam pembelajaran kooperatif, peran guru menjadi lebih sederhana. Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari- hari, untuk mengaktualisasikan konsep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan pembelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peranan guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama atau gotong royong.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi adalah pembelajaran kooperatif tipe concept sentence. Alasan pemilihan tipe ini karena dalam pembelajaran kooperatif tipe concept sentence siswa akan menentukan kata kunci terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam merumuskan ide berdasarkan objek yang akan dideskripsikan. Selain itu, siswa akan lebih mudah dalam mengidentifikasi objek langsung yang diamati sehingga mempermudah siswa dalam berimajinasi ataupun menimbulkan kesan hidup dalam karangannya. Kata kunci yang didapatkan dari objek langsung tersebut dikembangkan menjadi sebuah karangan deskripsi.

Teknik pengamatan objek langsung merupakan teknik pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk langsung melihat atau mengamati objek atau sesuatu yang ingin diketahui secara langsung. Mengalami langsung apa


(28)

yang sedang dipelajari akan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang lain. Membangun pemahaman dari pengamatan dan pengalaman langsung akan lebih mudah daripada membangun pemahaman dari uraian lisan guru Belajar dengan cara pengamatan objek langsung akan meningkatkan daya ingatan siswa karena siswa mengalami kegiatan secara langsung. Pembelajaran menulis dengan menggunakan teknik pengamatan objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Pada saat pembelajaran menulis karangan deskripsi, teknik pengamatan objek langsung diterapkan dengan cara guru mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati objek yang akan dideskripsikan secara langsung. Dengan melihat langsung objek yang diamati, siswa akan lebih mudah dalam mendeskripsikan objek dan menuangkan ide, perasaan, atau gagasan ke dalam sebuah bentuk ekspresi (karangan) sehingga siswa dapat membuat tulisan yang runtut dan logis berdasarkan objek yang diamatinya .

Berdasarkan uraian masalah serta pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept Sentence dengan Teknik Pengamatan Objek Langsung pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Kabupaten Banyumas.


(29)

1.2Identifikasi Masalah

Pembelajaran menulis karangan deskripsi merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu, beberapa faktor yang memengaruhi pembelajaran harus diperhatikan dengan baik. Hal tersebut dilakukan untuk menjadikan siswa terampil menulis karangan deskripsi dengan baik.

Ada dua faktor yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan deskripsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor inernal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor internal yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan deskripsi ada lima hal. Pertama, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kedua, pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi masih kurang. Ketiga, terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi, memberikan kesan hidup pada objek karangan, dan siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan deskripsi. Keempat, kurangnya pembendaharaan kata (kosakata) pada siswa. Kelima, siswa kurang berlatih dalam menulis karangan deskripsi.

Faktor pertama, siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk mengubah anggapan ini, maka seorang guru harus memberikan pengertian kepada


(30)

siswa tentang pentingnya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam kehidupan mereka sehari- hari.

Faktor kedua, pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi masih kurang. Kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis karangan deskripsi ini disebabkan guru jarang mengadakan latihan-latihan menulis khususnya menulis karangan deskripsi pada siswa. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang karangan deskripsi, guru harus lebih sering memberikan pelatihan menulis khususnya menulis karangan deskripsi.

Faktor ketiga, terbatasanya kemampuan siswa dalam berimajinasi, memberikan kesan hidup pada objek karangan, dan siswa juga belum bisa memaksimalkan penginderaan dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini menyebabkan karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa terkesan biasa saja dan hampir sama dengan jenis karangan yang lainnya. Penggunaan model dan teknik yang tepat akan memberikan inspirasi bagi siswa dalam berimajinasi ataupun memberikan kesan hidup dalam karangan deskripsi yang ditulisnya.

Faktor keempat, kurangnya pembendaharaan kata (kosakata) pada siswa. Terbatasnya pembendaharaan kosakata sangat berpengaruh pada penggunaan diksi (pilihan kata) yang kurang bervariasi dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini dapat diatasi dengan cara setiap pembelajaran, baik menulis, menyimak, berbicara, dan membaca, guru harus mengenalkan kata-kata baru pada siswa. Dari setiap kata-kata tersebut, guru memberikan penjelasan kepada siswa agar mudah dipahami.


(31)

Faktor kelima, siswa kurang berlatih dalam menulis karangan deskripsi. Mereka menganggap pembelajaran menulis adalah pembelajaran yang membosankan. Untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi, siswa harus lebih banyak diberi latihan. Latihan ini diberikan secara bertahap dengan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan cara ini siswa diharapkan akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran menulis.

Faktor eksternal yang memengaruhi pembelajaran menulis karangan deskripsi yaitu faktor dari guru atau pengajar.

Pengelolaan kelas yang kondusif untuk belajar merupakan tugas seorang guru. Seorang guru harus mampu mengendalikan kelas dengan baik. Membantu siswa memahami materi pembelajaran dan membantu siswa dalam pencapaian indikator pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, guru belum menggunakan teknik pembelajaran yang tepat. Hal itu terbukti dengan siswa belum mampu memahami materi karangan deskripsi dengan baik serta siswa belum mampu menulis karangan deskripsi dengan benar.

Guru dalam mengajar juga belum menggunakan sebuah model yang membuat siswa aktif di kelas, pembelajaran terkesan hanya satu arah dan membosankan. Hal ini terlihat dari respon siswa terhadap kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru. Siswa kurang merespon hal- hal yang diperintahkan guru saat pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung.

Sebelum memulai pembelajaran, guru hendaknya mempersiapkan materi, teknik, dan model pembelajaran yang tepat. Guru tidak hanya memberikan model cermah dan tanpa adanya teknik dalam pembelajaran karena dapat menyebabkan


(32)

siswa menjadi bosan dan enggan memperhatikan materi yang sedang dibelajarkan. Jika pengetahuan guru tentang teknik dan model pembelajaran masih kurang, guru dapat memelajarinya dari buku, internet, mengikuti seminar, atau pelatihan mengajar yang ada. Dengan bertambahnya pengetahuan guru tentang teknik dan model pembelajaran akan memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa akan merasa senang dan tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.

Selain itu, guru kurang memperhatikan dan enggan mengoreksi kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa satu demi satu. Kurang cermatnya seorang guru dalam mengoreksi sangat berpengaruh terhadap keterampilan menulis siswa. Jika seorang guru enggan mengoreksi kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa satu per satu, guru tersebut tidak dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh siswa. Jika hal tersebut berlanjut, siswa akan terus mengulangi kesalahan tersebut. Setiap pembelajaran menulis, guru hendaknya mengo reksi setiap kata yang ditulis siswa. Setiap kesalahan yang ada guru menjelaskan kepada siswa tentang tulisan tersebut dan bagaimana tulisan yang benar.

Merujuk pada pembahasan di atas, dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi diperlukan sebuah model dan teknik pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dilakukan agar siswa menunjukkan hasil yang memuaskan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Dari faktor- faktor di atas, peneliti memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan teknik pengamatan objek langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi.


(33)

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan faktor- faktor yang memengaruhi kurangnya kemampuan siswa kelas XA SMA Negeri Wangon dalam menulis karangan deskripsi, peneliti membatasi pokok bahasan pada model dan media pembelajaran. Peneliti memberikan alternatif, yakni penerapan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dan penggunaan teknik pengamatan objek langsung dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Penulis berharap melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung ini, siswa akan lebih mudah dalam menulis karangan deskripsi dan pembelajaran yang berlangsung akan lebih menarik. Dengan demikian, tujuan pembelajaran yang diinginkan akan tercapai.

1.4Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas tahun ajaran 2010/2011 setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung?

2) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas tahun ajaran 2010/2011 setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung?


(34)

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi pada

siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. 2) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas XA SMA Negeri 1

Wangon, Banyumas setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1) Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan tersendiri bagi teori pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya keterampilan menulis karangan deskripsi. Selain itu, hasil penelitian akan memberi masukan bagi perkembangan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas XA SMA Negeri 1 Wangon, Banyumas. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung akan memudahkan siswa menuangkan ide atau gagasan secara tertulis.


(35)

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti itu sendiri. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu pencapaian indikator kompetensi dasar menulis karangan deskripsi, serta meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya keterampilan menulis. Manfaat bagi guru, yaitu memberikan alernatif dalam penggunaan model dan media pembelajaran menulis karangan deskripsi yang sesuai. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan dorongan kepada pihak sekolah untuk memotivasi semangat kerja guru untuk meningkatkan kinerjanya serta untuk meningkatkan mutu sekolah. Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti karena dapat dijadikan pengalaman dan menjadi sumber inspirasi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.


(36)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BER PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis pada siswa sudah banyak dilakukan. Namun, pada kenyataannya keterampilan menulis siswa masih rendah, terutama menulis karangan deskripsi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang mengkaji kompetensi dasar tersebut. Tetapi, berbagai bentuk penelitian yang ada belum cukup sebagai bahan acuan bagi peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, yaitu Cecilia dan Ikeguchi (1997), Diliberto (2004), Holliway (2004), Anwar, dkk. (2006) Puspita (2007), Arisa (2008), Yuniasih (2008), Dhewi (2009), dan Karuni (2010).

Cecilia dan Ikeguchi (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Teaching Integrated Writing Skill mengkaji tentang pembelajaran keterampilan menulis di sebuah SMP di Jepang yang mengalami kendala berupa kesulitan siswa memperoleh ide sebagai bahan tulisan. Pada pembelajaran menulis tersebut digunakan media tulisan dari media massa sebagai sarana penunjang keberhasilan siswa. Keterampilan menulis ini diintegrasikan dengan keterampilan lainnya, yakni membaca, berbicara, dan mendengarkan. Siswa diberi tugas untuk membaca sebuah artikel dari media massa, kemudian siswa membuat ringkasan artikel yang


(37)

dibaca. Sebelumnya, guru menentukan tema artikelnya. Setelah itu, siswa berkelompok menurut tema artikel yang dibaca. Tiap-tiap kelompok memilih seorang anggotanya untuk mempresentasikan hasil ringkasannya di depan kelas, kelompok yang lain menanggapi. Pada kegiatan ini, guru memberikan waktu sebanyak siswa ingin berbicara, atau setengah dari seluruh waktu kelas. Dengan demikian, siswa di dalam kelompok yang sama mengenali beragam aspek yang berkaitan dengan tema. Selanjutnya, siswa menulis artikel dengan tema yang sama dari berbagai referensi kelompoknya. Hal ini membuat siswa berpikir kreatif dan mengembangkan pengetahuannya.

Adapun relevansi penelitian Cecilia dan Ikeguchi (1997) dengan penelitian ini terletak pada aspek yang dikaji, yaitu keterampilan menulis. Perbedaannya, Cecilia dan Ikeguchi mengkaji keterampilan menulis artikel dengan media tulisan dari media massa, sedangkan penelitian ini mengkaji menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Adapun subjek penelitian Cecilia dan Ikeguchi adalah keterampilan menulis terpadu siswa SMP, sedangkan subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMA.

Diliberto (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Improving Descriptive Sentence Writing In Elementary Student bertujuan untuk memberikan sasaran bagaimana mengajar dan meningkatkan kemampuan menulis kalimat deskripsi pada siswa sekolah dasar. Persamaan penelitian Diliberto dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Perbedaannya yaitu peneliti Diliberto digunakan pada siswa


(38)

sekolah dasar dan difokuskan pada menulis kalimat deskripsi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti digunakan pada siswa SMA dan difokuskan pada menulis karangan deskripsi.

Holliway (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Through the Eyes of My Reader : A Strategy for Improving Audience Perspective in Children’s Descriptive Writing mengemukakan bahwa pembaca sangat memengaruhi kualitas tulisan deskripsi yang dibuat penulis. Penulis akan membuat tulisan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan pembacanya. Untuk membuat tulisan yang berkualitas, Holliway menerapkan strategi atau langkah- langkah dalam menulis, yaitu menyusun tulisan, merevisi, dan yang terakhir menyalin tulisan yang telah direvisi.

Relevansi penelitian Holliway (2004) dengan penelitian ini terletak pada aspek yang dikaji, yaitu menulis deskripsi. Perbedaannya terletak pada objek penelitian. Pada penelitian Holliway yang menjadi objek penelitian yaitu anak kelas V dan IX, sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu kelas X. Selain pada objek penelitian, perbedaan juga terlet ak pada cara penangananya. Holliway menggunakan strategi menyusun, merevisi, dan menyalin dengan melibatkan pandangan pembaca terhadap isi tulisan, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

Anwar, dkk. (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kemahiran Berproses Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA melalui Model Pembelajaran Kooperatif, menemukan bahwa pembelajaran yang menggunakan


(39)

model pembelajaran kooperatif tipe turnamen belajar mampu meningkatkan kemahiran berproses siswa. Kemahiran berproses ini memberi kontribusi 64,8% terhadap hasil belajar. Selain itu, kemahiran berproses akan meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa dalam kelompok. Kemahiran dala m berinteraksi sosial ini merupakan bagian dari soft skill yang penting sekali bagi siswa sebelum mereka terjun dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Relevansi penelitian yang telah dilakukan oleh Anwar, dkk (2006) dengan penelitian ini yaitu terletak pada salah satu variabel penelitiannya yang sama yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan bedanya yaitu terletak pada aspek yang dikaji. Dalam penelitian Anwar, dkk, lebih difokuskan pada penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pengaruh kemahiran berproses terhadap hasil belajar siswa, sedangkan dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi. Selain itu, perbedaan antara keduanya terletak pada tipe model pembelajaran kooperatif yang digunakan. Peneliti Anwar, dkk. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Concept Sentence.

Puspita (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Pembelajaran Menulis Deskripsi melalui Strategi Directed Writing Activity Bagi Siswa SDN 51 Palembang, menemukan bahwa keterampilan menulis khusus nya keterampilan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan menggunakan strategi directed writing acitivy (DWA). Strategi directed writing acitivy (DWA) dapat


(40)

meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada tahap pramenulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan. Pembelajaran menulis deskripsi dengan strategi directed writing acitivy (DWA) pada tahap pramenulis menunjukkan keutuhan yang baik. Siswa telah dapat menampakkan unsur-unsur pradraf: tema, topik, judul, dan kerangka karangan. Pada tahap pengedrafan menunjukkan kualifikasi kedeskripsian cukup baik, pada tahap perbaikan menunjukkan tingkat kedeskripsian cukup baik, dan pada tahap penyuntingan menunjukkan ketepatan yang baik.

Adapun relevansi penelitian Puspita (2007) dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji tentang menulis deskripsi. Bedanya, dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis deskripsi, Puspita menggunakan strategi directed writing acitivy (Dwa), sedangkan penelitian ini tidak menggunakan strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi melainkan menggunakan model dan teknik, yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

Arisa (2008) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi dengan Teknik Cloze Procedure melalui Media Read Box pada Siswa Kelas III SD Negeri 05 Randudongkal Pemalang, menemukan bahwa keterampilan menulis paragraf deskripsi siswa kelas III SD Negeri 05 Randudongkal Pemalang setelah mengikuti pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan teknik cloze procedure melalui media read boxs mengalami peningkatan dan perilaku siswa mengalami perubahan menjadi lebih baik. Hasil analisis data siklus I sampai dengan siklus II terus meningkat. Hasil tes pada


(41)

siklus I rata-rata kelas sebesar 64,6 dan pada siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 78. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II sebesar 13,4%. Pemerolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis paragraf deskripsi dengan teknik cloze procedure melalui media read boxs dapat dikatakan berhasil.

Penelitian Arisa (2008) juga relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini bisa dilihat dari aspek yang dikaji, yaitu sama-sama mengkaji keterampilan menulis deskripsi. Perbedaanya terletak pada salah satu variabel penelitian yang digunakan, yaitu teknik dan media pembelajarannya. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi, Arisa menggunakan teknik cloze procedure melalui media read box, sedangkan peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

Penelitian lain yang berkenaan dengan permasalahan pembelajaran menulis deskripsi juga telah dilakukan oleh Yuniasih (2008). Dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan antara Keefektifan Penggunaan Teknik Pemetaan Pikiran dan Peniruan Model dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi pada siswa SMA ini ditemukan simpulan adanya peningkatan hasil belajar secara signifikan dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMA dengan digunakannya teknik pemetaan pikiran dan teknik/peniruan model. Tetapi, pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik pemetaan pikiran lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis deskripsi dengan teknik peniruan model. Temuan ini tentu saja sangat bermanfaat bagi guru bahasa Indonesia untuk lebih mengembangkan


(42)

strategi pembelajaran menulis khususnya menulis karangan deskripsi. Salah satunya dengan menerapkan teknik pemetaan pikiran dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Dengan penerapan teknik pemetaan pikiran dalam pembelajaran, maka inovasi pembelajaran sudah terjadi.

Penelitian Yuniasih (2008) mempunyai relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya menulis deskripsi. Adapun Perbedaan penelitian Yuniasih dengan penelitian yang dilakukkan peneliti adalah peneliti Yuniasih meneliti tentang perbandingan antara keefektifan penggunaan teknik pemetaan pikiran dan peniruan model dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMA, sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung.

Selanjutnya, Dhewi (2009) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Media Flash Card pada Siswa Kelas V SD Salangamer Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, menemukan bahwa keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan media Flash Card mengalami peningkatan sebesar 18,54% dan mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik, yaitu siswa lebih memperhatikan penjelasan guru selama proses pembelajaran, siswa juga merasa senang dan tertarik dengan media yang digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Relevansi penelitian Dhewi (2009) dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada aspek yang dikaji, yaitu menulis karangan deskripsi.


(43)

Perbedaan penelitian Dhewi dengan penelitian yang d ilakukan peneliti terletak pada model dan teknik yang digunakan. Model yang digunakan peneliti yaitu model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence, sedangkan peneliti Dhewi tidak menggunakan model dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Teknik yang digunakan peneliti yaitu teknik pengamatan objek langsung, sementara peneliti Dhewi tidak menggunakan teknik melainkan menggunakan media yaitu media Flash Card dalam penelitiannya.

Karuni (2010) dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Musik Instrumentalia Mozart melalui Metode WINDOWS pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Pegandon Kendal menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media musik instrumentalia mozart melalui metode WINDOWS sebesar 12,7 dari siklus I dan mengalami peningkatan sebesar 30,1 dari prasiklus. Setelah digunakan media musik instrumentalia mozart melalui metode WINDOWS, terjadi perubahan perilaku belajar siswa ke arah positif. Siswa yang sebelumnya marasa malas dan kurang aktif menjadi semakin aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Karuni (2010) relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu sama-sama mengkaji keterampilan menulis karangan deskrispi. Perbedaannya terletak pada model dan teknik yang digunakan. Karuni (2010) menggunakan media musik instrumentalia mozart melalui metode WINDOWS untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi, sedangkan penulis menggunakan model pembelajaran


(44)

kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa kajian mengenai keterampilan menulis karangan deskripsi dengan berbagai teknik, metode, dan pendekatan telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian mengenai keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil dari penelitian sebelumnya serta dapat menjadi pijakan bagi penelitian selanjutnya.

2.2 Landasan Teoretis

Landasan teoretis dalam penelitian ini mencakup beberapa hal, yaitu hakikat menulis, karangan deskripsi, model pembelajaran kooperatif, model concept sentence, teknik pengamatan objek langsung, dan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe concept sentence dengan teknik pengamatan objek langsung. Setiap pokok bahasan dari teori- teori tersebut dirinci lagi menjadi subpokok bahasan dan sub-subpokok bahasan. Urutan penyajian semacam ini dimaksudkan agar tulisan menjad i lebih sistematis sehingga pembaca lebih mudah memahami isinya. Ulasan mengenai teori- teori tersebut adalah sebagai berikut.


(45)

2.2.1 Hakikat Menulis

Tarigan (1982:3-4) mengungkapkan bahwa menulis pada hakikatnya adalah suatu keterampilan berbahasa yang d ipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Berbeda dengan pendapat Tarigan, Supriadi (dalam Wagiran dan Doyin 2005:4) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif yang lebih banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan untuk ditulisnya. Kendatipun secara teknis dan kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung kepada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Banyak orang yang mempunyai ide- ide bagus dibenaknya sebagai hasil pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca.

Sejalan dengan pendapat Tarigan, Wagiran dan Doyin (2005:2) menyatakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belaja r dan berlatih. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosakata, struktur kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa.


(46)

Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Suparno dan Yunus (2007:1.3) mengungkapkan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat: penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebaga i penerima pesan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai hakikat menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan untuk disampaikan kepada pembaca. Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih.

2.2.1.1 Tujuan Menulis

Hartig (dalam Tarigan 1982:24-25) menyatakan tujuan menulis yaitu (1) tujuan penugasan (assignment purpose), yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri; (2) tujuan altruistik (altruistic purpose), yaitu untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu; (3) tujuan persuasif (persuasive purpose), yaitu meyakinkan pembaca akan


(47)

kebenaran gagasan yang diutarakan; (4) tujuan informasional (informational purpose), yaitu memberi informasi atau keterangan kepada pembaca; (5) tujuan pernyataan diri (self expressive purpose), yaitu memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca; (6) tujuan kreatif (creative purpose), yaitu melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai- nilai kesenian; dan (7) tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose), yaitu menjelaskan, menjernihkan, dan meneliti secara cermat gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Pendapat yang lebih sederhana diungkapkan oleh Sujanto (1988:68), dikemukakannya bahwa tujuan menulis yaitu untuk mengekspresikan perasaan, memberi informasi, memengaruhi pembaca, dan memberi hiburan. Tujuan menulis untuk mengekspresikan perasaan dipengaruhi oleh keinginan penulis untuk menuangkan gagasan-gagasannya sebagai bahan introspeksi maupun untuk menunjukkan sikap pribadi. Tujuan informatif ditunjukkan penulis dengan cara mengungkap informasi tentang subjek yang bersangkutan secara logis dan objektif. Apabila tulisan berisi keinginan penulis untuk memengaruhi pembaca agar bersikap dan bertingkah laku tertentu, maka tulisannya bersifat persuasif. Sedangkan tujuan untuk memberi hiburan ditunjukkan apabila penulis berkeinginan untuk membuat pembaca menjadi senang dan gembira melalui tulisannya.

Keraf (1995:6) memiliki pendapat sendiri tentang tujuan menulis. Dikemukakannya bahwa tujuan umum menulis dipengaruhi oleh kebutuhan dasar manusia, yaitu (1) keinginan untuk memberi informasi kepada orang lain dan


(48)

memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal; (2) keinginan untuk meyakinkan seseorang mengenai suatu kebenaran akan suatu hal, dan lebih jauh memengaruhi sikap dan pendapat orang lain; (3) keinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek, atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal atau bunyi; dan (4) keinginan untuk menceritakan kepada orang lain tentang kejadian-kejadian atau peristiwa yang telah terjadi, baik yang dialami maupun yang didengar dari orang lain.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Akhadiah (dalam Usman 2008:19-20) yang menyatakan bahwa tujuan menulis adalah suatu gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya. Dengan menetukan tujuan penulisan, akan diketahui apa yang harus dilakukan pada tahap penulisan. Kita akan tahu bahan-bahan yang diperlukan, macam organisasi karangan yang akan diterapkan, atau mungkin juga sudut pandangan yang akan dipilih. Tujuan merupakan penentu yang pokok dan akan mengarahkan serta membatasi karangan. Kesadaran mengenai tujuan selama proses penulisan akan menjaga keutuhan tulisan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk menuangkan ide dan gagasan guna memberi informasi, meyakinkan, menghibur, menggambarkan, serta mengekspresikan perasaan dan emosi untuk disampaikan dan dinikmati oleh pembaca. Tujuan menulis dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.


(49)

2.2.1.2 Manfaat Menulis

Menurut Akhadiah (1996:1-2) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya; (2) penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan; (3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis; (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis kemudian mengungkapkan secara tersurat; (5) penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif; (6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; (7) dengan menulis akan mendorong kita untuk terus belajar secara aktif; dan (8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

Berbeda dengan pendapat di atas, Percy (dalam Nurudin 2007:26-27) mengemukakan ada enam manfaat kegiatan menulis, yaitu (1) suatu sarana untuk pengungkapan diri; (2) suatu sarana untuk pemahaman; (3) suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri; (4) suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang; (5) suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukan penerimaan yang pasrah; dan (6) suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan menggunakan bahasa. Pendapat berbeda juga diungkapkan oleh Suparno dan Yunus (2007:1.4), dikemukakannya beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis,


(50)

antara lain: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis. Menulis dapat dijadikan sebagai sarana untuk berkomunikasi antara penulis dan pembaca melalui media tulisan. Dengan menulis, seseorang akan memiliki rasa percaya diri, kepuasan pribadi, kebanggaan tehadap karya-karyanya, dan dapat mengembangkan pemahaman serta kreativitas berpikir seseorang untuk menuangkan ide dan gagasannya.

2.2.1.3 Langkah-Langkah Menulis

Menurut Suriamiharja (1966:6-12), menulis merupakan proses berfikir. Sebelum membuat tulisan diperlukan perencanaan yang matang mengenai suatu topik yang akan ditulis, tujuan yang akan disampaikan, dan pembahasan yang akan diuraikan. Perencanaan tersebut dapat dilakukan dalam enam langkah, yaitu (1) pemilihan topik; (2) pembatasan topik; (3) pemilihan judul; (4) tujuan penulisan; (5) bahan penulisan; dan (6) kerangka karangan.

Menurut semi (1990:11-15) ada tujuh langkah yang harus diperhatikan dalam menulis, yaitu (1) pemilihan dan penetapan topik, yakni langkah awal yang penting sebab tidak akan ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis; (2) pengumpulan informasi dan data sebagai kelengkapan serta pengayaan topik yang telah dipilih; (3) penetapan tujuan penulisan; (4) perancangan tulisan (kerangka, bentuk, sifat, dan cara menyajikan tulisan); (5) penulisan, yaitu kerangka tulisan


(51)

yang telah disiapkan mulai dikembangkan; (6) penyuntingan atau revisi, yaitu agar tulisan yang dibuat menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahan berbahasa; dan (7) penulisan naskah jadi, yaitu penulisa n kembali agar menjadi penulisan yang rapi, bersih dan benar.

Akhadiah, dkk (1998:6) menyatakan bahwa secara teoretis proses penulisan meliputi tiga tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Namun, ini tidak berarti bahwa kegiatan-kegiatan penulisan itu dapat dilakukan secara terpisah-pisah. Tahap-tahap yang dikemukakannya sebagai berikut.

1. Tahap Prapenulisan

Pada tahap prapenulisan kita membuat persiapan-persiapan yang akan digunakan pada tahap penulisan. Dengan kata lain, merencanakan karangan. Adapun langkah-langkahnya adalah (1) pemilihan topik, (2) pembatasan topik, (3) pemilihan judul, (4) tujuan penulisan, (5) bahan penulisan, dan (6) kerangka karangan.

2. Tahap Penulisan

Pada tahap ini membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka karangan. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh diperlukan bahasa. Untuk itu kita harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan dan harus mampu memilh kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata tersebut dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif, lalu kalimat-kalimat harus


(52)

disusun menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. Tulisan juga harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan nada baca yang tepat.

3. Tahap Revisi

Jika seluruh tulian sudah selesai, maka tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin tulisan tersebut perlu direvisi di sana-sini, diperbaiki, dikurangi, atau diperluas. Pada tahap ini biasanya diteliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan dan tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pembuatan catatan kaki, daftar pustaka, dan sebagainya.

Menurut Hernowo (2005), langkah- langkah yang harus diperhatikan dalam menulis antara lain: (1) persiapan, yakni mengelompokkan kerangka tulisan dan menulis secara cepat. (2)membuat draf kasar, yakni mengembangkan gagasan, (3) berbagi, yakni seorang rekan atau teman membaca draf tersebut dan memberikan umpan balik, (4) memperbaiki, yakni dari umpan balik, perbaiki tulisan tersebut dan bagikan lagi, (5) penyuntingan, yaitu memperbaiki semua kesalahan,tata bahasa, dan tanda baca, (6) penulisan kembali, yaitu memasukkan isi yang baru dan perubahan, dan (7) evaluasi, yaitu pemeriksaan kembali tugas atau tulisan yang sudah selesai.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis meliputi tiga tahap utama, yaitu tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi. Adapun langkah- langkah dalam tahap prapenulisan adalah (1) pemilihan topik, (2) pembatasan topik, (3) pemilihan judul, (4) tujuan penulisan, (5) bahan penulisan, dan (6) kerangka karangan. Tahap penulisan berupa


(53)

pengembangan gagasan, dan tahap revisi berupa penyuntingan, evaluasi, dan penulisan kembali.

2.2.1.4 Jenis-Jenis Karangan

Menurut Wiyanto (2004:64-69), jenis tulisan atau paragraf terbagi menjadi lima macam, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Deskripsi; paragraf yang bertujuan memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Narasi; paragraf yang bertujuan mengisahkan atau menceritakan dengan disertai alur penceritaan dan tokoh yang diceritakan. Eksposisi; paragraf yang bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Argumentasi; paragraf yang bertujuan menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini, tertulis kepada pembaca. Sedangkan persuasi; paragraf yang tidak hanya memaparkan gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh tetapi juga diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.

Sependapat dengan Wiyanto, Suparno dan Yunus (2007:1.10-1.13) juga mengemukakan jenis tulisan atau ragam wacana terbagi menjadi lima, yaitu (1) argumentasi; ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya, (2) persuasi; ragam wacana yang ditujukan untuk memengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya, (3) deskripsi; ragam wacana


(54)

yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya, (4) eksposisi; ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembaca, dan (5) narasi; ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima jenis tulisan atau ragam karangan, yaitu argumentasi, persuasi, deskripsi, eksposisi, dan narasi. Masing- masing karangan tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan isinya.

2.2.2 Hakikat Karangan Deskripsi

Karsana (1986:4) berpendapat bahwa karangan adalah susunan kata yang berlapis-lapis dan teratur dan menggunakan bahasa yang teratur pula. Dalam kegiatan mengarang mengandung kegunaan bagi pengarangnya dan bagi pembacanya. Dalam karangan itu penulis mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa. Pembaca diharapkan dapat mengikuti jalan peristiwa tersebut. Sementara menurut Gie (2002:3), karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.

Menurut Karsana (1986:3.1), karangan deskripsi disebut juga karangan lukisan. Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu. Melukiskan itu adalah menyatakan apa yang diindera dan dirasakan dalam wujud


(55)

kalimat-kalimat. Deskripsi adalah paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh pancaindera (Sujanto 1988:11). Mendeskripsikan adalah melukis gambar dengan kata tentang benda-benda, manusia atau lokasi. Baik melukiskan maupun mendeskripsikan berusaha untuk mentransformasikan sesuatu ke dalam bentuk yang paling mendekati dengan objek aslinya.

Deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usa ha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) daripada keseluruhan sebagai yang dialami secara fisik oleh penulis (Keraf 1995:30). Sejalan dengan pendapat Keraf, Hartono (2000:78) juga berpendapat bahwa deskripsi adalah bentuk wacana yang bertujuan untuk memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga mereka seakan-akan ikut melihat, mendengar, melaksanakan atau mengalami langsung tentang objek tersebut. Sasaran penulisan deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulis.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wiyanto (2004:64-65) yang berpendapat bahwa kata deskripsi berasal dari verba to describe (Ing), yang artinya menguaraikan, memerikan, atau melukiskan. Paragraf desk ripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/ impersi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-olah melihat,


(56)

mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis. Adapun Suparno dan Yunus (2007:4.6) berpendapat bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal yang mendalam pada si pembaca. Karangan jenis ini bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya, atau sesuatu yang lain kepada pembaca. Sesuatu yang dapat dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi juga yang dapat kita rasa dan kita pikir. Untuk mencapai tujuan deskripsi itu, kita dituntut untuk mampu memilih dan mendayagunakan kata-kata yang dapat memancing kesan serta citra inderawi dan suasana batiniah pembaca. Disamping itu, penulis karangan deskripsi membutuhkan keterlibatan perasaan. Oleh karena itu, dalam menulis deskripsi kita harus mampu menghidupkan objek yang kita lukiskan sehidup-hidupnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat apa yang kita lihat, dapat mendengar apa yang kita dengar, dan dapat merasakan apa yang kita rasakan. Kita mengajak pembaca mengalami apa yang kita alami.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah sebuah karangan atau tulisan yang menggambarkan atau melukiskan suatu objek atau barang tertentu, sehingga objek tersebut seolah-olah hidup dan kita juga seakan-akan ikut merasakan apa yang dialami oleh objek tersebut.


(57)

2.2.2.1Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi merupakan pengembangan suatu keadaan dengan kalimat-kalimat, sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Penggambaran atau lukisan itu harus disajikan sehidup-hidupnya, sehingg apa yang dilukiskan itu hidup dalam angan-angan pembaca. Karangan deskripsi berfungsi untuk mengemukakan sifat, watak, dan tingakh laku seseorang melukiskan suasana tempat dan lain- lain.

Keraf (1982:71) berpendapat bahwa tulisan deskripsi memiliki ciri-ciri antara lain: (1) deskripsi lebih berupaya memperlihatkan secara detail tentang objek, (2) deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh untuk membentuk imajinasi pembaca, (3) deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, dan (4) deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dirasakan sehingga objeknya berupa bend a, alam, warna, manusia, dan lain- lain.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Nursisto (1999:41) tentang ciri-ciri karangan deskripsi, yaitu memaparkan sesuatu yang dapat diamati secara objektif, dan memperlihatkan rincian objek yang diamati tersebut. Pertama, memamparkan sesuatu yang dapat diamati secara objektif. Dalam karangan deskripsi, hal- hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) dijelaskan secara terperinci. Inilah ciri-ciri paragraf deskripsi yang menonjol. Kedua, memperlihatkan rincian objek yang diamati tersebut. Ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati


(58)

bentuk, warna, dan keadaan objek secara detail/terperinci menurut penangkapan si penulis.

Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Tjakroek (2007:1-2) mengungkapkan beberapa ciri-ciri karangan deskripsi, yaitu (1) bertujuan untuk melukiskan suatu objek, (2) dalam karangan deskripsi, hal- hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) dijelaskan secara terperinci, (3) ciri yang ketiga adalah penyajian urutan ruang. Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan; mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, atau sebagainya, (4) ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detail/terperinci menurut penangkapan si penulis, dan (5) dalam karangan deskripsi, unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran. Sementara Sunarno (dalam Dhewi 2009:38) menyatakan bahwa ciri-ciri karangan deskripsi yang baik adalah menggambarkan atau melukiskan sesuatu, penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, dan membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari karangan deskripsi antara lain: (1) memperlihatkan secara detail objek yang diteliti dan menyajikannya secara runtut, (2) bersifat memberikan pengaruh kepada pembaca atau pendengar sehingga seolah-olah merasakan sendiri atau mengalami sendiri, (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah, dan (4) lebih mengutamakan unsur perasaan daripada pikiran.


(59)

2.2.2.2 Langkah-Langkah Menulis Karanagan Deskripsi

Seseorang yang akan menulis sebuah karangan deskripsi harus memperhatikan berbagai hal yang berkaitan dengan karangan deskripsi, salah satunya adalah langkah- langkah penyusunannya. Ada beberapa langkah dalam menyusun karangan deskripsi. Karsana (1986:5.12) menyebutkan enam langkah untuk menulis karangan deskripsi, yaitu (1) menentukan objek yang akan dijadikan ide atau bahan, (2) pengamatan secara cermat, terperinci, dan sungguh-sungguh, (3) pengumpulan data, informasi, dan sebagainya yang menunjang objek pengamatan, (4) pengendapan dan pengolahan dalam pikiran, daya cipta, (5) ide atau gagasan yang sudah terolah dalam diri dan pikiran, penuh daya imajinasi itu diwujudkan dengan perantaraan bahasa karangan, dan (6) karangan deskripsi hadir dihadapan kita, sebagai pembaca.

Sudiati dan Widyamartaya (2005:11—16) menjelaskan tiga langkah pokok dalam menulis sebuah karangan deskripsi. Langkah pertama adalah mengamati, yaitu memilih sesuatu yang menarik dan mengamatinya dengan saksama. Dalam menulis deskripsi, seorang penulis harus mengerahkan segenap indera, baik penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecap, maupun peraba untuk memperoleh gambar angan-angan yang lengkap dan utuh. Selain itu, seorang pengamat juga harus berbekal sikap yang perlu menjadi landasan kegiatannya, yaitu bersimpati, berempati, dan berpikir cermat dan jernih. Langkah kedua adalah menentukan tujuan. Secara umum, tujuan menulis deskripsi adalah untuk memberikan informasi kepada pendengar atau pe mbaca tentang sesuatu yang dilukiskan, sehingga menghasilkan lukisan faktual atau ekspositoris atau realistis


(60)

dan untuk menyampaikan suatu pengalaman serta penghayatan batin kepada pendengar atau pembaca tentang sesuatu yang dilukiskan berdasarkan imajinas i pembicara atau penulis, sehingga menghasilkan lukisan rekaan atau impresionistik atau sugestif. Langkah ketiga adalah memproses data-data yang telah diperoleh berdasarkan kegiatan pengamatan untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang dimaksudkan. Langkah ini meliputi: mengkaji, memilih, dan mengolah atau mengelola. Penulis lukisan faktual seolah-olah bertindak sebagai seorang ilmuwan dan akan memproses data-datanya dengan caranya sendiri, sedangkan penulis lukisan sugestif seolah-olah bertindak sebagai seorang seniman dan akan memproses data-datanya dengan caranya sendiri pula.

Suparno dan Yunus (2008:4.22) menyebutkan empat langkah dalam menulis karangan deskripsi, yaitu (1) menentukan apa yang akan dideskripsikan; orang ataukah tempat, (2) merumuskan tujuan pendeskripsian; sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, ataukah persuasi, (3) menentukan bagian yang akan dideskripsikan: jika deskripsi orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda di sekitar tokoh, dan jika deskripsi tempat, apakah yang akan dideskripsikan keseluruhan tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja yang menarik, dan (4) memerinci dan menyistematiskan hal- hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan, seperti hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan, dan pendekatan apa yang akan digunakan.


(61)

Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan setidaknya terdapat lima langkah pokok dalam menulis karangan deskripsi, yaitu (1) menentukan objek yang akan dideskripsikan, (2) merumuskan tujuan pendeskripsian objek tersebut, (3) mengamati objek dengan saksama dan menentukan bagian yang penting dan menarik untuk dideskripsikan, (4) mengumpulkan data atau informasi tentang objek yang telah diamati, dan (5) memproses data atau informasi yang telah diperoleh dengan memilih dan mengkaji lebih lanjut, apakah data tersebut sesuai untuk dimasukkan ke dalam karangan deskripsi atau tidak dengan tujuan untuk memperkuat kesan terhadap objek yang dideskripsikan.

2.2.2.3 Aspek-Aspek yang Dinilai dalam Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi menuntut beberapa kualitas agar isinya menarik bagi pembaca. Deskripsi yang baik bergantung pada tanggapa n yang jeli. Diungkapkan oleh Gie (2003:33-37) dalam mengarang diterapkan enam asas atau aspek dalam mengarang. Keenam aspek tersebut adalah (1) kejelasan, (2) keringkasan, (3) ketepatan, (4) kesatupaduan, (5) pertautan, dan (6) penegasan.

Aspek kejelasan tidak semata- mata berarti mudah dipahami, melainkan juga bahwa paragraf itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga butir ide yang diungkapkan seakan-akan nyata oleh pembaca. Aspek keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap paragraf harus pendek. Ringkas tidak sama dengan pendek, keringkasan berarti bahwa suatu paragraf tidak menghamburkan kata-kata secara semena- mena, tidak


(1)

Contoh Karangan Deskripsi Siklus II

Kecantikan Seorang Angelia

Kecantikan seorang gadis Manado bernama Angelia atau Angel, yang belum bertahun-tahun kukenal itu pun melengkapi kegamumanku sekaligus kebingunganku. Dia memang cantik jelita. Kulitnya cerah, yang bila berjalan bagaikan menatari berkelana di jalanan pelosok bumi. Alisnya hanya seluas sisa gerhana bulan. Sinar matanya selalu menjinakkan keresahan atau kemarahan setiap orang yang bertatap langsung dengannya. Bibir merahnya tersapu merah muda tanpa polesan buatan manusia, bahkan lebih mewah daripada hadiah-hadiah raja. Hidungnya yang ramping dan ramah, segera menyapa terlebih dahulu pada siapa saja. Pipinya halus melebihi sutera termahal, membuat siapa pun tidak tega menyentuhnya. Dagunya cembung mulus, menggantungkan pesona melelapkan. Rambutnya bak sutera hitam alami yang indah menjalari punggungnya. Jemarinya lentik, tetapi gerakannya tidak pernah genit.


(2)

Lampiran 26 Contoh Teknik pengamatan objek langsung Lapangan Olahraga


(3)

Tempat Parkir


(4)

Green House


(5)

Halaman Sekolah


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2007 2008

2 43 156

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL CONCEPT SENTENCE DENGAN MEDIA ROLL THE CAN PADA SISWA KELAS IVB SDN PUDAKPAYUNG 01

1 29 159

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Concept Sentence pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X KEPERAWATAN SMK

0 0 17

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN BERTANYA TERBIMBING (PROBING QUESTION) DAN TEKNIK PENGAMATAN OBJEK LANGSUNG SISWA KELAS X SMA.

0 0 2

Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Deskripsi melalui Teknik Pengamatan Objek Langsung dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Gebog Kudus.

0 0 2

PENGARUH MODEL KOOPERATIF CONCEPT SENTENCE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI.

0 0 5

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA SD

1 3 10

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Pembelajaran Concept Sentence dengan Media Roll The Can - UNS Institutional Repository

0 0 20