Metode Latihan Individual Individual Drill Methode

15 1. memahami dengan baik bagian karangan yang akan kita sanggah; 2. memilih pokok-pokok persoalan penting yang akan kita tolak; dan 3. mengarahkan penolakan hanya kepada pendapat, fakta atau informasi, penalaran atau apa yang dikemukakan orang. Karangan argumentasi sering dikembangkan dari pemaparan hal-hal yang khusus untuk mencapai suatu generalisasi, dan kadang-kadang juga dibangun mulai dari pemaparan yang general umum ke pemaparan hal-hal yang khusus, 19 seperti contoh di bawah ini. “Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27 orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih. Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8. Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh.“ Berdasarkan contoh di atas, maka kita dapat menyimpulkan argumen kita yaitu, pada kalmiat 1: “Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27 orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih” bagian pendahuluan. Kalimat 2: “Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8” tubuh argumen. Kalimat 3: “Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh” kesimpulan.

D. Metode Latihan Individual Individual Drill Methode

Metode latihan sering disebut metode training. Metode ini sesuai untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Sarana memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Drill merupakan suatu 19 Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, Jakarta: Universitas Terbuka, 2006, h. 5.41. 16 cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terdapat apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respon yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan. Adapun menurut Winarno Surachmad menyatakan bahwa metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan. 20 Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran, oleh karena itu perlu dipahami dalam situasi yang bagaimanakah sepantasnya dilakukan latihan siap dan bagaimanakah cara pelaksanaannya. Tujuan dari pembelajaran metode latihan drill adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajarai anak dengan melakukannya secara praktis, pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu, dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. 21 Selain itu juga ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan metode latihan drill, sebagai berikut: Pertama, harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti pengulangan persis dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan-latihan. Kedua, situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk mendapat memperoleh respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri 20 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta: Jemmars, 1979, h. 76. 21 Il. Pasaribu dan B. Simandjuntak. Didaktik dan Metodik, Bandung: Tarsito, 1986, h. 112. 17 siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya. Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan ini ada dua fase, yaitu: 1 Fase integratif, dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. 2 Fase Penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dapat dikembangkan menuntut praktek yang berulang kali. Jadi, variasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efesiensi, bukan untuk mendalami arti. Adapun keunggulan dan kelemahan dalam metode latihan drill, yaitu 22 1. Keunggulan metode latihan drill ini antara lain: a. siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya; b. dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari; c. guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran. 2. Kelemahan metode latihan drill ini antara lain: a. dapat menghambat inisiatif siswa, dimana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. b. menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seola-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis. 22 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h. 57. 18 d. dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan- pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui ketepatan penggunaan diksi dalam karangan argumentasi siswa melalui penggunaan metode latihan individual. 2. mengetahui peningkatan kemampuan siswa menggunakan diksi dalam karangan argumentasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 56 Ciputat yang berlokasi di Jl. Pendidikan No. 30 Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X pada Semester Genap Tahun Ajaran 20102011 pada Januari 2011.

C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas action research classroom, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti di kelas tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. 23 Dapat dikatakan pula bahwa classroom action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. 24 Berdasarkan penelitian ini yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas partisipan. Penelitian tindakan kelas partisipan itu sendiri adalah suatu penelitian di mana peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak 23 Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 57. 24 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 152.

Dokumen yang terkait

Peningkatan pemahaman wacana argumentasi melalui penerapan strategi PQ4R (penelitian tindakan pada siswa kelas XI SMA Islam Al-Mukhlisin)

1 18 89

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi siswa x SMA Ar- Ridwan Bekasi Tahun pelajaran 2011-2013

1 8 82

Penerapan peta pikiran (mind maps) sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis karangan ekposisi siswa kelas X sekolah (SMK) PGRI Babakanmadang

2 14 109

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi dengan metode mind mapping ( peta pikiran) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Tangerang Selatan

0 3 128

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi siswa kelas X di MA Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2013/2014

1 16 105

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 3 35

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA ARTIKEL OPINI SURAT KABAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 51