BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Perancangan
Perancangan adalah sebuah proses untuk mendefinisikan sesuatu yang akan dikerjakan dengan menggunakan teknik yang bervariasi serta di dalamnya
melibatkan deskripsi mengenai arsitektur serta detail komponen dan juga keterbatasan yang akan dialami dalam proses pengerjaannya Rizky, 2011.
Proses perancangan memiliki tiga unsur penting yakni : pengetahuan mengenai teknik perancangan, kebutuhan sistem, serta kendala yang mungkin
terjadi Rizky, 2011.
2.2 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.2.1 Pengertian Sistem
Menurut Jogiyanto 2005 , “Sistem adalah suatu kumpulan komponen
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk mencapai sebuah tujuan tertentu”. Menurut Agus Mulyanto 2009, “Sistem adalah kumpulan elemen-
elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai satu kesatuan”. Selain itu ada pengertian lain tentang sistem menurut Sanyoto
Gondo diyoto 2007, “Sistem adalah kumpulan elemen-elemen atau sumber daya
yang saling berkaitan secara terpadu, dan bertujuan untuk mencapai tujuan
tertentu”.
15
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.
2.2.2 Pengertian Informasi
Definisi informasi menurut Agus Mulyanto 2009, “Informasi
merupakan pengetahuan dari hasil pengolahan data-data yang berhubungan menjadi sebuah kesimpulan, pengolahan data yang dibentuk agar berguna bagi
pemakainya”. Menurut Sanyoto Gondodiyoto 2007, “Informasi adalah merupakan data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bermanfaat bagi penerimanya, menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan nyata yang dapat dipahami dan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan, sekarang maupun untuk masa depan”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulakan informasi merupakan hasil dari pengolahan data. Sedangkan data merupakan kenyataan
yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata. Data sering kali disebut sebagai bahan mentah dari informasi. Melalui proses transformasi, data
dibuat menjadi bermakna.
2.2.2.1 Kualitas Informasi
Menurut Jogiyanto 2005 untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut:
1. Relevan Relevance, informasi harus mempunyai manfaat bagi pemakainya.
2. Tepat Waktu Timeliness, informasi harus tepat waktu datang kepada penerima, dan tidak boleh terlambat.
3. Akurat Accurate, informasi harus benar-benar nyata, dan tidak boleh terjadi kesalahan-kesalahan yang nantinya akan menyesatkan
penerima informasi. Informasi yang disampaikan harus jelas maksud dan tujuannya.
2.2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Agus Mulyanto 2009, “Sistem informasi merupakan suatu komponen yang terdiri dari manusia, teknologi informasi, dan prosedur kerja yang
memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk
mencapai suatu tujuan”.
Adapula pengertian lain tentang sistem informasi menurut Jogiyanto 2005, “Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur- prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi
penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada
manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan
keputusan yang cerdik.”
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem Informasi mencakup sejumlah komponen manusia, komputer, teknologi
informasi dan prosedur kerja, ada sesuatu yang diproses yaitu data menjadi informasi, dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan.
2.3 Konsep Dasar Enterprise Architecture
2.3.1 Pengertian Enterprise
Enterprise merupakan kumpulan perusahaan atau organisasi yang memiliki beberapa tujuan tertentu. Menurut para ahli, enterprise dapat
didefinisikan sebagi berikut :
1. “Enterprise bukan hanya perusahaan company yang berorientasi
kepada profit saja, tetapi juga bisa berupa organisasi non-profit atau nirlaba. Seperti pemerintah, institusi pendidikan ataupun organisasi
amal” Surendro, 2009. 2.
“Enterprise diartikan sebagai semua kumpulan organisasi yang memiliki sekumpulan tujuan. Enterprise dapat merupakan sebuah
agen pemerintahan, sebuah korporasi keseluruhan, divisi korporasi, departemen tunggal atau sebuah rantai organisasi yang berhubungan
tetapi berjauhan secara geografis” The Open Group, 2009.
Menurut definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa enterprise adalah suatu kumpulan perusahaan atau organisasi yang mempunyai tujuan bisnis untuk
mencapai tujuan perusahaanorganisasi.
2.3.2 Pengertian Architecture
Menurut Surendro 2009, “Architecture merupakan suatu perencanaan yang diwujudkan dengan model dan gambar dari bagiankomponen dari sesuatu
dengan berbagai sudut pandang”. Enterprise Architecture diperlukan karena merupakan sebagai dasar sistem organisasi yang terdiri dari sekumpulan
komponen yang memiliki hubungan satu sama lainnya serta memiliki keterhubungan dengan lingkungan sistem, dan memiliki aturan untuk perancangan
dan evaluasi The Open Group, 2009. Architecture pada awalnya hanyalah sebuah prinsip dan istilah yang
digunakan untuk membuat bangunan, tetapi didalam konteks teknologi informasi, architecture diperlukan untuk membangun sebuah sistem.
2.3.3 Pengertian Enterprise Architecture
Enterprise Architecture merupakan perancangan proses bisnis dan teknologi disetiap organisasi dan perusahaan, dan kemudian diintegrasikan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Surendro 2009, Enterprise Architecture merupakan kumpulan prinsip, metode, dan model yang bersifat masuk akal yang
digunakan untuk mendesain dan merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, struktur organisasi, sistem inform
asi dan sistem infrastrukturnya”.
Menurut The Open Group 2009 dapat disimpulkan Enterprise Architechture adalah blueprint organisasi yang menentukan bisnis, informasi, dan
teknologi yang digunakan agar tercapai misi organisasi. Enterprise Architecture dikonsentrasikan pada infrastruktur yang
meliputi hardware, software dan network untuk dapat bekerja secara bersama dengan misi, sasaran, dan tujuan organisasi untuk menjalankan proses bisnis
organisasi dengan didukung oleh Teknologi Informasi. Berbagai macam paradigma dan metode dapat digunakan dalam perancangan enterprise
architecture diantaranya adalah Zachman, TOGAF, FEAF dan gartner. The Open Group Architecture Framework TOGAF merupakan salah
satu acuan kerangka kerja untuk melakukan pengembangan, penerapan, dan pengelolaan
arsitektur di
bidang Teknologi
Informasi pada
sebuah organisasiperusahaan. TOGAF berupa panduan tahapan-tahapan dan prinsip-
prinsip yang memberikan keleluasaan dalam memilih teknik pemodelan yang digunakan dan merupakan panduan gabungan dari berbagai framework
pengembangan arsitektur FEAF, TEAF, DoDAF, dsb. “TOGAF memberikan metode yang detail mengenai bagaimana
membangun, mengelola dan mengimplementasikan arsitektur enterprise dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development Method ADM
Surendro, 2009”. Menjelaskan bagaimana menemukan sebuah arsitektur
perusahaanorganisasi secara khusus berdasarkan kebutuhan bisnisnya dan proses. Selain itu TOGAF memiliki Resource Base yang memberikan sumber-sumber
informasi berupa guidelines, templates, checklists, latar belakang informasi dan detil material pendukung yang membantu arsitek di dalam penggunaan ADM.
Resource Base juga menyediakan banyak material referensi. Berbeda dengan TOGAF, framework Zachman adalah framework EA
yang menyediakan enam sudut pandang yang dijelaskan dalam sebuah cube. Keenam sudut pandang tersebut adalah planner, owner, designer, builder,
subcontractor, builder, dan functioning. Sedangkan FEAF menyediakan sebuah struktur untuk mengembangkan,
memelihara dan mengimplementasikan lingkungan operasional di top-level dan mendukung implementasi dari sistem TI, namun FEAF tidak memiliki proses
arsitektur yang detil dan tidak ada standarisasinya.
2.4 The Open Group Architecture Framework TOGAF
The Open Group Architecture Framework TOGAF merupakan sebuah framework dan sebuah metode untuk mengembangkan data dan melaksanakan
Enterprise Architecture. TOGAF memegang peranan penting membantu proses pengembangan arsitektur, memungkinkan pengguna TI membangun solusi
berbasis sistem terbuka untuk kebutuhan bisnis mereka.
Menurut The Open Group 2009, ada empat jenis arsitektur yang umumnya diterima sebagai bagian dari keseluruhan Enterprise Architecture, yaitu
:
a.
Business architecture, yaitu mendefinisikan bagaimana proses bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.
b.
Data architecture, adalah penggambaran bagaimana penyimpanan, pengelolaan, dan pengaksesan data pada perusahaan.
c.
Application architecture, merupakan pendeskripsian bagaimana suatu aplikasi dirancang dan bagaimana interaksi dengan aplikasi lain.
d.
Technology architecture, yaitu gambaran mengenai infrastruktur perangkat lunak dan perangkat keras yang mendukung aplikasi dan
bagaimana interaksinya.
2.4.1 TOGAF Architecture Development Method ADM
TOGAF Architecture Development Method meyediakan teruji dan
berulang dalam pengembangan arsitektur yang dibutuhkan perusahaan The Open Group, 2009. ADM merupakan hasil kerjasama generik yang berisikan
sekumpulan aktifitas yang mempresentasikan progresi dari setiap fase ADM dan model arsitektur yang digunakan dan dibuat selama tahap pengembangan
Enterprise Architecture Surendro, 2009.
Prinsip pengembangan enterprise dengan menggunakan metodelogi TOGAF ADM terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Prinsip-prinsip enterprise, mendukung keputusan bisnis di seluruh bagian organisasiperusahaan.
2. Prinsip-prinsip teknologi informasi, mengarahkan penggunaan sumber
daya teknologi
informasi di
seluruh bagian
organisasiperusahaan. 3. Prinsip-prinsip
arsitektur, mengembangkan
arsitektur proses
organisasiperusahaan dan arsitektur implementasinya. Pada prinsip ini dipengaruhi oleh rencana organisasiperusahaan, strategi, faktor
pasar, sistem dan teknologi yang ada dalam organisasiperusahaan. ADM mempunyai 9 fase seperti gambar berikut :
Gambar 2.1 ADM process The Open Group, 2009
2.4.2 Preliminary
Fase preliminary merupakan tahap awal yang merupakan persiapan arsitektur enterprise. Tahapan ini dilakukan agar proses pemodelan arsitektur
dapat terarah dengan baik. Tujuan dari fase preliminary adalah untuk meyakinkan setiap orang yang terlibat didalamnya bahwa pendekatan ini berkomitmen untuk
kesuksesan dari setiap arsitektur yang akan dibuat. Pada fase preliminary dilakukan identif
ikasi “who”, “what”, “why”, “when”, dan “where” dari arsitektur itu sendiri The Open Group, 2009.
1.
“What” adalah ruang lingkup dari usaha arsitektur.
2. “Who” adalah siapa yang akan memodelkannya, siapa orang yang
bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur tersebut, di mana
mereka akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
3. “How” adalah bagimana mengembangkan Enterprise Architecture,
menentukan Framework dan metode yang akan digunakan untuk
menangkap informasi.
4.
“When”” adalah kapan tanggal penyelesaian arsitektur.
5. “Why” adalah mengapa arsitektur ini dibangun, hal ini berhubungan
dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana arsitektur dapat memenuhi
tujuan organisasi.
6. “Where” adalah menunjukkan lokasi kerja dari organisasi.
Memungkinkan organisasi berada di satu bangunan, beberapa kantor
atau di sekeliling dunia. Jika semua lokasi organiasi saling
terkoneksi maka diperlukan identifikasi terlebih dahulu.
Preliminary Phase memiliki input, serta langkah-langkah, dan berupa output sebagai berikut:
a. Input 1. Prinsip-prinsip dan tujuan aktivitas.
b. Langkah-Langkah 1. Mendefinisikan dan membuat prinsip-prinsip arsitektur.
2. Menentukan ruang lingkup setiap unit-unit inti yang terlibat secara langsung dalam perencanaan strategis sitem informasi.
c. Output 1. Prinsip-prinsip perencanaan strategis sistem informasi principles
catalog. Prinsip-prinsip tersebut akan menjadi dasar dalam pengembangan perencanaan startegis sistem informasi yang akan
menghasilkan beberapa arsitektur. Prinsip-prinsip tersebut akan dijelaskan dalam principle catalog.
2. Tabel identifikasi 5W What, Who, Why, When, Where + 1H How, yang nantinya tabel ini akan menjelaskan dan menguraikan apa saja
yang akan dilakukan pada objek penelitian, siapa saja yang akan mengerjakan serta bertanggung jawab dengan objek penelitian,
bagaimana cara kerja pada objek penelitian, kenapa pekerjaan dalam objek dilakukan dan dimana tempat penelitian tersebut. Dalam
penelitian ini, objek penelitian penulis dilakukan di Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tangerang Selatan DTKBDP
2.4.3 Requirement Management
Reuqirement Management adalah proses pengelolaan kebutuhan arsitektur di seluruh fase TOGAF ADM. Tujuan dari proses ini adalah untuk
menentukan kebutuhan arsitektur enterprise, kebutuhan itu disimpan lalu dimasukkan ke dalam fase yang sesuai The Open Group, 2009
Sumber daya yang harus dikembangkan dalam tahapan ini adalah skenario aktivitas. Skenario aktivitas mencakup process business alur aktivitas
dan issue permasalahan dalam organisasi. Process business yang dimaksud adalah penjelasan sistem yang sedang berjalan pada organisasi.
Requirement Management memiliki input, serta langkah-langkah, dan berupa output sebagai berikut:
a. Input 1. Keadaan sistem pada saat ini.
2. Data inventaris sarana dan prasarana pendukung TIK. b. Langkah-langkah
1. Menganalisa kekurangan dan kelebihan dari kondisi sistem pada saat ini.
2. Identifikasi permasalahan dari kondisi sistem pada saat ini. 3. Membuat solusi dari setiap permasalahan pada kondisi sistem saat ini.
c. Output 1. Tabel permasalahan organisasi, yang menjelaskan daftar permasalahan
dari setiap aktivitas organisasi. 2. Tabel solusi aktivitas, yang berisi tentang permasalahan dari setiap
aktivitas beserta solusi yang akan mengatasi permasalahan tersebut. 3. Tabel solusi sistem informasi, pada tabel ini hampir sama dengan tabel
solusi altivitas. Tetapi, perbedaannya ada pada kolom solusi. Pada tabel ini, solusi yang akan diberikan sudah menyebutkan sistem atau
aplikasi apa saja yang nantinya seharusnya digunakan dalam mengatasi permasalahan organisasi.
2.4.4 Phase A : Architecture Vision
Fase ini untuk menciptakan keselarasan pandangan bagaimana pentingnya EA untuk pencapaian tujuan organisasi. Elemen kunci dalam fase ini
adalah visi, misi, strategi, serta tujuan perusahaan yang telah didokumentasikan. Kesemuanya itu dibutuhkan untuk menetapkan visi arsitektur yang baru.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1. Menentukanmenetapkan proyek.
2. Mendefinisikan tujuan dan penggerak bisnis. 3. Review prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis.
4. Mendefinisikan apa yang di dalam dan luar ruang lingkup. 5. Mendefinisikan batasan-batasan.
6. Mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan visi arsitektur. Fase visi arsitektur memiliki input, langkah-langkah dan output sebagai
berikut: a. Input
1. Prinsip aktivitas, sasaran aktivitas dan penggerak aktivitas. b. Langkah-langkah
1. Menguraikan tujuan aktivitas, penggerak aktivitas, dan kendala aktivitas.
2. Mendefinisikan apa saja yang ada di dalam dan di luar ruang lingkup arsitektur pada saat ini.
3. Mengembangkan visi arsitektur. c. Output
1. Mengidentifikasi semua aktivitas yang ada di dalam organisasi. identifikasi tersebut dihasilkan dalam value chain, diagram yang
mengidentifikasi dan mengelompokkan seluruh aktivitas mana saja yang nantinya akan masuk ke dalam kelompok aktivitas
utama dan aktivitas pendukung. 2. Hasil identifikasi stakeholder dengan aktivitas yang ada dalam
organisasi untuk mengetahui keterlibatan setiap stakeholder dalam organisasi, dan untuk mengetahui kebutuhan stakeholder
dalam pembuatan arsitektur. Identifikasi ini nantinya akan dijelaskan dalam stakeholder map matrix, matriks yang akan
menjelaskan hubungan antara stakeholder dengan aktivitas dalam organisasi.
2.4.5 Phase B : Business Architecture
Pada fase ini bertujuan untuk menguraikan deskripsi arsitektur bisnis dasar, mengembangkan tujuan arsitektur bisnis dari proyek. Mengembangkan
target arsitektur bisnis yang menjelaskan bagaimana pelaksanaan kebutuhan perusahaan untuk mencapai tujuan bisnis dalam mendukung visi arsitektur yang
telah disetujui. Mendefinisikan kondisi awal arsitektur bisnis, menentukan pemodelan dari arsitektur saat ini serta yang diinginkan menggunakan alat bantu
seperti model proses bisnis atau model business usecase.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1. Melengkapi arsitektur bisnis.
2. Melakukan Gap analysis. 3. Mengembangkan deskripsi arsitektur bisnis saat ini untuk
mendukung arsitektur bisnis target. 4. Mengidentifikasi reference model, sudut pandang dan tools.
5. Menentukan kandidat calon roadmap. 6. Membuat dokumen definisi arsitektur.
7. Menyelesaikan arsitektur bisnis.
Fase arsitektur bisnis memiliki input, langkah-langkah, dan output sebagai berikut :
a. Input 1. Kondisi aktivitas pada saat ini.
b. Langkah-langkah 1. Mengembangkan deskripsi arsitektur aktivitas dasar.
2. Melakukan analisis gap. 3. Membuat arsitektur bisnis aktivitas.
c. Output 1. Pemodelan arsitektur bisnis menggunakan archimate.
2. Rancangan arsitektur bisnis yang digambarkan menggunakan rich picture.
3. Struktur organisasi usulan, merupakan rancangan struktur organisasi yang baru untuk menunjang kinerja organisasi dan
kinerja sistem informasi agar dapat berjalan dengan baik. Arsitektur bisnis dapat dijelaskan meggunakan beberapa konsep tambahan
berdasarkan orientasi layanan, yaitu konsep business service layanan bisnis, business process proses bisnis, dan business function fungsi bisnis.
a. Business Service Business Service merepresentasikan kemampuan yang menawarkan
nilai tambah untuk lingkungan dan kemampuan ini direalisasikan secara internal dan independen The Open Group, 2009.
b. Business Process Business Process merepresentasikan alur kerja atau aliran nilai yang
terdiri atas proses atau fungsi lebih kecil. Tujuan dari business process adalah untuk memuaskan customer The Open Group, 2009.
c. Business Function
Business Function menetapkan elemen perilaku berdasarkan pada sekumpulan kriteria terpilih. Business function mengelompokkan
perilaku berdasarkan pada sumber daya bisnis, kemampuan, kompetensi dan pengetahuan yang dibutuhkan. Busniess function
adalah tugas-tugas khusus yang dilakuan dalam sebuah organisasi The Open Group, 2009.
2.4.6 Phase C : Information Systems Architecture
Pada fase ini bertujuan untuk mendefinisikan tipe dan sumber utama data yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Pada tahap ini tidaklah
memperhatikan perancangan database, hanya menjelaskan pengembangan dari
arsitektur sistem informasi untuk mendukung fase A yang telah disetujui.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1.
Arsitektur data, tujuannya adalah mendefinisikan entitas data yang relevan dengan enterprise yang berhubungan dengan perusahaan, tetapi tidak
memperhatikan perancangan database.
Arsitektur data memiliki input, langkah-langkah, dan output sebagai berikut:
a. Input 1. Data principles saat ini, berisi prinsip-prinsip mengenai data yang
mendukung bisnis pada organisasi seperti prinsip penggunaan data tersebut.
b. Langkah-langkah 1. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur data.
2. Mengembangkan deskripsi target arsitektur data. 3. Melakukan analisis gap.
4. Menyelesaikan arsitektur data. c. Output
1. Rancangan diagram yang mengubungkan data, layanan bisnis dan aplikasi. Rancangan tersebut menggunakan data dissemination
diagram. 2. Rancangan tipe data dan hubungan antara entiti data penting untuk
mendukung aktivitas
pada organisasi.
Rancangan tersebut
digambarkan dalam class diagram.
2. Arsitektur aplikasi, tujuannya adalah mendefinisikan berbagai jenis sistem
aplikasi utama yang diperlukan untuk memproses data dan bisnis, tidak berhubungan dengan rancangan sistem aplikasi.
Arsitektur aplikasi memiliki input, langkah-langkan, dan output sebagai berikut :
a. Input Application principles, berisi tentang prinsip-prinsip yang mengenai
aplikasi yang digunakan pada organisasi, seperti prinsip penggunaan aplikasi tersebut.
b. Langkah-langkah 1. Melakukan analisis gap.
2. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur apikasi 3. Mengembangkan deskrispi target arsitektur aplikasi.
4. Menyelesaikan arsitektur aplikasi. c. Output
1. Hasil identifikasi tersebut dijelaskan menggunakan application portofolio catalog.
2. Rancangan penempatan distribusi aplikasi yang digunakan user di dalam organisasi. rancangan tersebut digambarkan oleh application
and user location diagram. 3. Rancangan penggambaran interaksi antara aktor user dan perannya
dalam setiap aplikasi. Rancangan ini akan digambarkan dalam usecase diagram.
2.4.7 Phase D : Technology Architecture
Tujuan dari fase ini adalah untuk mengembangkan arsitektur teknologi yang diinginkan yang sesuai dengan arsitektur data dan aplikasi, yang mewakili
perangkat lunak dan komponen perangkat keras, alternatif teknologi sampai pelaksanaan analisis kesenjangan.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah:
1. Mengidentifikasi model, sudut pandang dan tools yang digunakan. 2. Mengembangkan baseline arsitektur teknologi.
3. Mengembangkan deskripsi target arsitektur teknologi. 4. Membuat analisis gap.
5. Menentukan kandidat roadmap. 6. Menanggulangi seluruh dampak arsitektur.
7. Membuat review untuk stakeholder. 8. Menyelesaikan arsitektur teknologi.
9. Membuat dokumen definisi arsitektur. Fase arsitektur teknologi memiliki input, langkah-langkah, dan output
sebagai berikut : a. Input
1. Technology principles saat ini, berisi prinsip-prinsip mengenai teknologi yang digunakan untuk mendukung aktivitas pada organisasi.
b. Langkah-langkah 1. Melakukan analisis gap.
2. Menyelesaikan arsitektur teknologi. 3. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur teknologi.
4. Mengembangkan deskripsi target arsitektur teknologi. c. Output
1. Rancangan komunikasi dalam arsitektur teknologi, seperti rancangan jaringan yang melibatkan hardware untuk membuat suatu komunikasi
jaringan. Rancangan tersebut digambarkan dalam communication engineering diagram.
2. Platform decomposition diagram menggambarkan platform teknologi yang mendukung sistem informasi.
3. Identifikasi teknologi yang sudah digunakan dalam sistem yang berjalan pada organisasi. hasil tersebut dapat dijelaskan menggunakan
technology portofolio catalog.
2.4.8 Phase E : Opportunities and Solution
Pada fase ini bertujuan untuk berkonsentrasi pada rencana pembuatan implementasi awal dan identifikasi penyampaian arsitektur yang telah ditetapkan
pada fase sebelumnya. Pada tahapan ini pula akan dievaluasi model yang telah dibangun untuk arsitektur saat ini dan target, identifikasi proyek utama yang akan
dilaksanakan untuk mengimplementasikan arsitektur tujuan dan klasifikasi sebagai pengembangan baru atau penggunaan kembali sistem yang sudah ada.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1.
Menentukan atribut key corporate change. 2.
Menetapkan batasan-batasan bisnis. 3.
Menggabungkan hasil analisis gap dari fase Business Architecture sampai Technology Architecture.
4. Membuat ulasan persyaratan fungsi bisnis yang terkait.
5. Menggabungkan persyaratan operasi.
6. Mengesahkan ketergantungan.
7. Menetapkan kesiapan dan resiko transformasi bisnis.
8. Merumuskan implementasi dan migrasi.
9. Mengidentifikasi paket kerja kelompok utama.
10. Mengidentifikasi arsitektur transisi. 11. Membuat roadmap arsitektur dan implementasi migrasi.
Fase peluang dan solusi memiliki input, langkah-langkah dan output sebagai berikut :
a. Input 1. Hasil analisis gap dari arsitektur bisnis, data, aplikasi dan teknologi.
b. Langkah-langkah 1. Merumuskan implementsi dan strategi migrasi.
2. Menentukan kendala aktivitas untuk implementasi. 3. Meninjau kembali dan menggabungkan hasil analisis gap dari fase B
sampai fase D.
c. Output 1. Hasil analisis gap gabungan dari fase arsitektur bisnis sampai
arsitektur teknologi
2.4.9 Phase F : Migration Planning
Pada fase ini bertujuan untuk memilih proyek implementasi yang bervariasi menjadi urutan prioritas. Aktivitas mencakup penilaian ketergantungan, biaya,
manfaat dari proyek migrasi yang bervariasi. Prioritas proyek akan berjalan untuk
membentuk dasar dari perencanaan implementasi detail dan rencana migrasi.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1. Menetapkan nilai bisnis untuk setiap paket kerja.
2. Memperkirakan kebutuhan sumberdaya, waktu proyek dan waktu pengiriman.
3. Mengutamakan migrasi proyek berdasarkan perkiraan biaya dan resiko.
4. Menyelesaikan rencana implementasi dan migrasi. Fase rencana migrasi memiliki input, langkah-langkah dan output
sebagai berikut: a. input
1. Implementation and migration plan, suatu rencana untuk menjadwalkan migrasi data dan implementasi aplikasi.
b. Langkah-langkah 1. Menetapkan model bisnis pada setiap proyek.
2. Membuat roadmap implementasi arsitektur dan perencanaan migrasi. 3. Memastikan interaksi kerangka kerja manajemen untuk rencana
implementasi dan migrasi. 4. Lebih memprioritaskan proyek migrasi melalui pelaksanaan penilaian
biaya. c.
output 1. Roadmap implementasi aplikasi.
2.4.10 Phase G : Implementation Governance
Pada fase ini, proyek dilaksanakan sebagai program rencana kerja, serta pengelolaan proyek untuk mencapai keberhasilan arsitektur yang diinginkan.
Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah: 1. Menetapkan ruang lingkup dan prioritas implementasi dengan
manajemen pengembangan. 2. Mengidentifikasi sumberdaya dan kemampuan.
3. Melakukan penetapan solusi pengembangan pada setiap implementasi.
4. Menjalankan Enterprise Architecture yang telah dibuatdirancang. 5. Mengimplementasikan manajemen bisnis dan operasi IT.
6. Mengadakan post-implementation
dan menyelesaikan
implementasi. Fase tata kelola implementasi memiliki input, langkah-langkah dan
output sebagai berikut : a. Input
1. Architecture roadmap b. Langkah-langkah
1. Mengidentifikasi sumber daya. 2. Menerapkan bisnis operasi dan IT.
3. Melaksanakan tinjauan pasca implementasi dan menutupnya. c. Output
1. Kontrak arsitektur yang telah ditandatangani
2.4.11 Phase H : Architecture Change Management
Tujuan fase ini adalah untuk memastikan bahwa arsitektur mencapai
target bisnis serta untuk menentukanmenetapkan proses manajemen perubahan arsitektur untuk Enterprise Architecture yang baru. Proses ini menyediakan
monitoring berkelanjutan dari hal-hal seperti pengembangan teknologi baru dan menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan Enterprise Architecture
berikutnya. Beberapa tahap yang dilakukan di fase ini adalah:
1. Menetapkan nilai realisasi proses.
2. Menetapkan monitoring tools. 3. Mengelola resiko.
4. Menyediakan analisis untuk manajemen arsitektur. 5. Menyediakan kebutuhan perubahan.
6. Mengelola proses tata kelola. 7. Mengaktifkan proses untuk menerapkan perubahan.
Fase manajemen perubahan arsitektutur memiliki input, langkah-langkah, dan output sebagai berikut :
a. Input 1. Inovasi teknologi bisnis dan perubahan strategi.
b. Langkah-langkah 1. Mengelola resiko
2. Menyebarkan tools monitoring. c. Output
1. Kontrak arsitektur yang telah diperbarui. 2. Perubahan kerangka arsitektur dan prinsip-prinsip.
3. Arsitektur yang diperbarui untuk proses pemeliharaan.
2.4.12 Kelebihan dan Kekurangan TOGAF
Salah satu kelebihan menggunakan TOGAF adalah karena sifatnya yang fleksibel dan bersifat open source. TOGAF memandang enterprise architecture
ke dalam empat kategori. Keempat kategori tersebut adalah business architecture, application architecture, data architecture, dan technology architecture
Setiawan, 2009. Secara umum TOGAF memiliki struktur dan komponen sebagai berikut:
1. Architecture Development Method ADM
Merupakan bagian utama dari TOGAF yang memberikan gambaran rinci bagaimana mementukan sebuah enterprise architecture secara spesifik
berdasarkan kebutuhan bisnisnya. 2. Foundation Architecture
Merupakan sebuah framework-within-a-framework dimana didalamnya tersedia gambaran hubungan untuk pengumpulan arsitektur relevan, juga
menyediakan bantuan petunjuk pada saat terjadinya abstraksi level yang berbeda. foundation Architecture dapat dikumpulkan melalui ADM.
3. Resource Base Pada bagian ini terdapat informasi mengenai guidelines, templates,
checklist, latar belakang informasi dan detail material pendukung yang membantu arsitek dalam penggunaan ADM.
Kekurangan framework TOGAF:
1. Tidak adanya template standar untuk seluruh domain misalnya untuk membuat blok diagram.
2. Tidak ada artefak yang dapat digunakan ulang ready made.
2.5 Tools Perancangan Arsitektur 2.5.1
Principle Cataloga
Bertujuan dari katalog ini adalah untuk menangkap bisnis dan prinsip- prinsip yang menggambarkan solusi atau arsitektur yang seharusnya seperti apa.
Nantinya prinsip-prinsip ini digunakan untuk mengevaluasi dan menyetujui hasil dari arsitektur bisnis. Prinsip ini juga digunakan sebagai tools untuk membuat tata
kelola arsitektur yang mempunyai inisiatif perubahan. The Open Group, 2009.
Tabel 2.1 Contoh Principle Catalog
No Prinsip
Tujuan 1.
Keputusan arsitektur harus mengacu
pada tujuan
strategis dan proses bisnis pada Dinas Tata Kota,
Bangunan dan Pemukiman. Mendukung kemampuan adaptasi
terhadap proses bisnis Memperkuat hubungan antara
infrastruktur dan proses bisnis serta lebih mudah menyelaraskan
proses bisnis ketika perubahan terjadi.
2.
Pengelolaan arsitektur ini Meningkatkan kemampuan untuk
diusahakan mudah. berbagi data dan sumber daya lain
dalam pelayanan
kepada pengguna
dan membantu
kerjasama antar divisi.
3.
Arsitektur yang
dikembangkan harus aman. Dapat meminimalisasi dampak
atas bencana alam. Mampu bertahan dari serangan
eksternal seperti virus, worm, hack, syware, crack, phising,
denial of service.
4.
Data Previlege
Perlindungan Data Untuk melindungi dari akses
pihak-pihak yang
tidak berwenang.
Mengatur stakeholder dalam mengolah data.
5.
Arsitektur dirancang agar mudah
melakukan penambahan
dan pengembangan.
Memungkinksn respon yang lebih cepat apabila ada perubahan yang
dapat berakibat pada infrastruktur yang bersifat adaptif.
6.
Penerapan arsitektur multi- tier dan arsitektur berbasis
komponen. Memudahkan
kegiatan penggantian
komponen yang
rusak meningkatkan
availability.
Memudahkan duplikasi
dan upgrading modul.
7. Menggunakan
open technology.
Menghindari ketergantungan pada vendor.
Menjamin dukungan produk yang kuat terhadap teknologi.
Meminimalisasi training manusia yang harus dilakukan setiap kali
ada perubahan dalam pilihan vendor.
8. Data yang konsisten.
Tersedianya kebutuhan bagi pihak yang membutuhkan.
Meminimalkan resiko
akan kerancuan
jika ada
pengembangan yang
akan dikerjakan.
2.5.2 Flowchart
Flowchart merupakan gambar atau bagan yang memerlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta intruksinya. Gambaran ini dinyatakan
dengan simblo. Setiap simbol menggambarkan proses tertentu, sedangkan
hubungan antar proses digambarkan dengan garis penghubung. Flowchart merupakan cara penyajian dari suatu algoritma Ladjamudin, 2005.
Terdapat dua macam flowchart yang menggambarkan prosess komputer, yaitu :
1. System Flowchart
Bagan yang menggambarkan proses dalam sistem dengan menunjukkan alat media input, output serta jenis media penyimpanan
dalam proses pengolahan data. 2. Program flowchart
Bagan yang memperlihatkan urutan intruksi yang digambarkan dengan simbol tertentu untuk emmecahkan masalah dalam suatu
program. Flowchart disusun dengan simbol. Simbol ini dipakai sebagai alat bantu
menggambarkan proses di dalam program. Simbol-simbol yang akan digunakan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu simbol penghubungalur flow direction
symbols, simbol proses processing sysmbols, dan simbol input-output input- output symbols. Dengan uraian sebagai berikut.
1. Simbol penghubungalur Flow Direction Symbols Simbol yang digunakan untuk menghubungkan antara simbol yang satu
dengan yang lain. Simbol ini disebut juga connecting line. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Simbol Penghubung Flowchart
Simbol Penjelasan
ArusFlow Untuk menyatakan jalannya arus
suatu proses.
Communication Link Untuk menyatakan bahwa adanya
transisi suatu datainformasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Connector Untuk menyatakan sambungan
dari suatu proses ke proses lainnya dalam halamanlembar yang sama.
Off-line Connector Untuk menyatakan sambungan
dari satu proses ke proses lainnya dalam
halamanlembar yang
berbeda.
2. Simbol Proses Processing Symbols Simbol yang menunjukkan jenis operasi pengolahan dalam suatu
prosesprosedur. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.3 Simbol Proses Flowchart
Simbol Penjelasan
Prosespenugasan Untuk kegiatan pemrosesan input, pada
simbol ini dapat menuliskan operasi- operasi yang dikenakan pada input.
Manual Untuk menyatakan suatu tindakan
proses yang tidak dilakukan oleh komputer manual.
Decisionlogika Untuk menunjukkan suatu kondisi
tertentu yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, ya atau tidak.
Predefined Process Pengolahan untuk member harga awal.
Terminal Untuk menyatakan permulaan atau
akhir suatu program.
Keying Operation Untuk menyatakan segala jenis operasi
yang diproses dengan menggunakan suatu
mesin yang
mempunyai keyboard.
Offline-Line Storage Untuk menunjukkan bahwa data dalam
simbol ini akan disimpan ke suatu media tertentu.
Manual Input Untuk memasukkan data secara manual
dengan menggunakan online keyboard.
3. Simbol Input-Output Input-Output Symbols
Tabel 2.4
Simbol Input-Output Flowchart
Simbol Penjelasan
Input-Output Untuk menyatakan proses input
dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya.
Punched Card Untuk menyatakan input berasal
dari kartu atau output ditulis ke kartu.
Magnetic-tape Unit Untuk menyatakan input berasal
dari pita magnetic atau output disimpan ke pita magnetic.
Disk Storage Untuk menyatakan input berasal
dari disk atau output disimpan disk.
Document Untuk mencetak laporan ke printer.
Display Untuk menyatakan peralatan
output yang digunakan berupa layar video dan komputer.
2.5.3 Value Chain
Porter 1985, dalam buku karangan Jogiyanto 2005, value chain meliputi kegiatan-kegiatan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan atau aktivitas-
aktivitas, yaitu:
1.
Aktivitas utama, yang meliputi penanganan dan penyimpanan bahan mentah yang berupa inbound logistics, operations, outbond logistics,
marketing and sales, dan services.
2.
Aktivitas pendukung yaitu infrastruktur perusahaan, yang berupa firm infrastructure, human resources management, technology
development, dan procurement. Untuk mencapai keunggulan kompetitif, dua aktivitas besar yang terdiri
dari sembilan kegiatan tersebut harus mempunyai nilai yang efektif dan efisien. Nilai disetiap kegiatan harus dapat menciptakan nilai dimasing-masing kegiatan.
Gambar 2.2 : Diagram Value Chain Porter, 1985
2.5.3 Stakeholder Map Matrix
Tujuan dari Stakeholder Map Matrix ini adalah untuk mengidentifikasi stakeholder untuk keterlibatannya di dalam aktivitas utama dan aktivitas
pendukung The Open Group, 2009.
Tabel 2.5 Contoh Stakeholder Map Matrix
Stakeholder
Aktivitas
Ta ta Rua
ng
B id. B
anguna n
B id. Te
knik
Subbag. Ta ta Us
aha
P emohon
B ag. Ke
ua nga
n
Ke pa
la D in
as
P emer
int ah
Non Peme rinta
h
Aktivitas Utama
1. Rekomendasi IMB SLF 2. Hasil Musrembang
3. Sidang
4. Survey Lokasi 5. DPA
6. Lelang Proyek 7. Rekomendasi IMB SLF
8. Bangunan
Aktivitas Pendukung
1. Manajemen Keuangan 2. SDM
3. Inventaris 4. Perencanaan Bisnis Strategis
Pada tabel 2.5 digambarkan keterlibatan stakeholder terhadap aktivitas yang ada di Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota
Tangerang
Selatan. Kolom pada matriks tersebut merupaka stakeholder yang ada di Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tangerang Selatan. Baris pada
matriks tersebut merupakan aktivitas-aktivitas yang ada pad DTKBDP. Warna biru yang ada dalam matriks tersebut menandakan siapa saja stakeholder yang
terlibat dalam setiap aktivitas.
2.5.4 Archimate
Archimate adalah bahasa pemodelan untuk menggambarkan enterprise architecture. ada standarisasi archimate, terbagi menjadi 3 layer, yaitu layer
teknologi, layer bisnis, dam layer aplikasi. a. Layer bisnis
1. Konsep struktural antara peran bisnis, pelaku usaha dan entitas yang melakukan prilaku seperti proses bisnis atau fungsi. Proses
bisnis disini menandakan tanggung jawab untuk satu atau lebih proses bisnis atau fungsi bisnis.
2. Peran bisnis ditetapkan pada pelaku usaha. Pelaku usaha bisa berupa individu atau kelompok masyarakatdan sumber daya yang
memiliki status permanen dalam organisasi. b. Layer aplikasi
Konsep untuk layer ini adalah komponen aplikasi. Konsep ini digunakan untuk memodelkan entitas struktural dalam lapisan aplikasi
dari perangkat lunak lengkap atau sistem informasi.
c. Layer teknologi Konsep struktural untuk lapisan teknologi ini adlaah node. Konsep ini
digunakan untuk memodelkan entitas struktural dlaam lapisan teknologi.
2.5.5 Rich Picture
Merupakan penggambaran sistem atau situasi dengan menggunakan gambar-gambar. Gambaran keseluruhan dari orang, objek, proses, struktur, dan
maslah pada keseluruhan proses bisnis yang ada di organisasi.
Subbag. Rumah Tangga
Aplikasi E-inventaris
2. Kelola Data Inventaris
Bagian Keuangan
3. View Laporan Inventaris
Bidang Teknik
1. Input Data Inventaris
Bidang Bangunan
1a. Input Data Inventaris
Gambar 2.3 Contoh Rich Picture
Menjelaskan bahwa pada pencatatan penggunaan inventaris di DTKBDP, setiap bidang harus melakukan login terlebih dahulu kedalam sisem, kemudian
setiap bidang harus menginput data inventaris yang mereka gunakan setiap bulan.
Subbag. Rumah tangga melakukan login kedalam sistem untuk mengelola data inventaris yang digunakan setiap bidang di DTKBDP. Bagian keuangan
melihat laporan inventaris melalui sistem E-inventaris.
2.5.6 Data
Dissemination Diagram
Data Dissemination Diagram menunjukkan hubungan antara entitas data, layanan bisnis dan komponen aplikasi. Diagram ini menunjukkan bagaimana
entitas logis secara fisik diwujudkan dengan komponen aplikasi. Kemudian, menggambarkan replika data dan sistem uta,a untuk data The Open Group,
2009.
Gambar 2.4 Data Dissemination Diagram
Pada gambar 2.4 menggambarkan hubungan layanan Dinas Tata Kota, Bangunan dan Permukiman Kota Tangerang Selatan, aplikasi, dan data. Di
aplikasi IMB dan SLF terdapat data level, data user, data pegawai, data customer, data tanah, data SLF, data IMB dan data bangunan. Aplikasi SPK Lelang terdapat
data level, data user, data pegawai, data kontraktor, data material, data DPA, data design proyek dan data lelang. Aplikasi progress bangunan terdapat data level,
data user, data pegawai, data proyek, data pengawas, data progress, dan data kontraktor. Aplikasi E-inventaris terdapat data user, data level, data pegawai dara
registrasi_BMN, data peralatan, data kendaraan, data tanah, data bangunan dan data aset_tak_berwujud. Aplikasi E-keuangan terdapat data level, data pegawai,
data periode, data klasifikasi_pengeluaran, data user, data pengeluaran dan data general_ledger.
2.5.7 UML
Unified Modelling Laguage UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini
disebabkan karena UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi
mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi dan mengkomunikasikan rancangan
mereka dengan yang lain. UML merupakan kesatuan dari bahasa pemodelan yang dikembangkan
oleh Booch, Object Modelling Technique OMT dan Object Oriented Engineering OOSE. Metode Booch dari Grady Booch sangat terkenal dengan
nama metode Design Object Oriented. Metode ini menjadikan proses analisis dan design ke dalam empat tahapan iteratif, yaitu: identifikasi kelas-kelas dan obyek-
obyek, identifikasi semantik dari hubungan obyek dan kelas tersebut, perincian interface dan implementasi.
Desain sistem pada UML disusun oleh simbol-simbol yang terbentuk menjadi diagram model. Berikut adalah simbol yang digunakan pada desain
sistem ini. UML memiliki beberapa diagram diantaranya Munawar, 2005:
1. Diagram Use Case
Use Case adalah deskripsi fungsi dari sebuah sistem dari perspektif pengguna. Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipikal interaksi antara
user pengguna sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai Munawar, 2005.
Usecase merupakan konstruksi untuk mendeskripsikan bagaimana sistem akan terlihat di mata pengguna potensial. Use case terdiri dari sekumpulan
skenario yang dilakukan oleh seorang actor orang, perangkat keras, urutan waktu atau sistem yang lain. Use case adalah alat bantu terbaik guna menstimulasi
pengguna potensial untuk mengatakan tentang suatu sistem dari sudut pandangnya. Diagram use case mempunyai 3 notasi yang menunjukkan aspek dari
sistem, yaitu actor pengguna, use case dan relationship Munawar, 2005. Berikut adalah simbol-simbol yang ada pada diagram use case:
sugiarti, 2013:
Tabel 2.6 Daftar Simbol Use Case Diagram
Simbol Deskripsi
Use Case Fungsionalitas yang disediakan sistem
sebagai unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor, biasanya
dinyatakan dengan menggunakan kata kerja di awal frase nama use case.
Nama Use Case Orang, proses, atau sistem lain yang
berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem
informasi yang akan di buat itu sendiri ; biasanya dinyatakan menggunakan kata
benda di awal frase nama aktor. Asosiasi Association
Komunikasi antara aktor dan use case yang berpartisipasi pada use case.
Ekstensi Extend extend
Relasi use case tambahan ke sebuah use case
dimana use
case yang
ditambahkan dapat berdiri sendiri walau tanpa use case tambahan;
biasanya use case tambahan memiliki nama depan yang sama dengan use case
yang ditambahkan.
Generalisasi Generalitation Hubungan generalisasi dan spesialisasi
umum-khusus antara dua buah use case dimana fungsi yang satu adalah
fungsi yang lebih umum dari lainnya. Menggunaan Include
Relasi use case ke sebuah use case dimana use case yang ditambahkan
memerlukan use
case ini
untuk menjalankan fungsinya atau sebagai
syarat dijalankan use case ini. Dua sudut pandang mengenaik use case,
yaitu : 1. Include berarti use case yang
ditambahkan akan
selalu dipanggil saat use case tambahan
dijalankan. 2. Include berarti use case yang
tambahan akan selalu melakukan pengecekan apakah use case
yang ditambahkan
telah
dijalankan sebelum use case tambahan
dijalankan. Kedua
sudut pandang tersebut dapat digunakan
salah satu
atau keduanya,
tergantung pada
pertimbangan dan sudut pandang yang dibutuhkan.
Gambar 2.5 Contoh Model Use Case Diagram
Pada gambar 2.5 menjelaskan use case diagram di sistem SPK lelang. Arsitektur bisnis SPK Lelang memiliki 7 aktor dan 10 use case yang dapat
dilakukan dalam sistem SPK lelang. Aktor yang terlibat yaitu, admin, bagian
Pemerintah Kota Input Hasil Musrembang
Bagian Keuangan Input DPA
Bidang Teknik Input Design Proyek
Kontraktor Input Proposal Proyek
Sekretariat Memilih Kontraktor
Kepala Dinas Pengesahan Proyek
View Laporan Proyek Log in
Log Out
include
Admin Manajemen User
keuangan, pemerintah kota, kontraktor, bidang teknik, kepala dinas dan sekretariat.
Use case yang terlibat dalam SPK lelang yaitu, login,logout, manajemen user, input hasil musrembang, input DPA, input design proyek, input proposal
proyek, memilih kontraktor, pengesahan proyek, dan view laporan proyek.
2. Diagram Kelas
Class Diagram adalah deskripsi objek-objek dengan property, perilaku operasi dan relasi yang sama. Disamping itu class diagram bisa memberikan
pandangan global atas sebuah sistem. Class dalam notasi UML digambarkan kotak. Nama class menggunakan huruf besar di awal kalimatnya dan diletakkan di
atas kotak. Bila class mempunyai nama yang terdiri dari 2 dua suku kata atau lebih, maka semua suku kata digabungkan tanpa spasi dengan huruf awal tiap
suku kata menggunakan huruf besar. Atribute adalah property dari sebuah class. Atribute ini melukiskan batas nilai yang mungkin ada pada obyek dari class.
Sebuah class mungkin mempunyai nol atau lebih atribute Munawar, 2005.
Operation adalah sesuatu yang dilakukan oleh sebuah class atau yang anda atau class yang lain dapat lakukan sebuah class. Responsibility adalah
keterangan tetang apa yang akan dilakukan class yaitu apa yang akan dicapai oleh atribute dan operation Munawar, 2005.
Tabel 2.7 Daftar Simbol Class Diagram
Simbol Penjelasan
Kelas Kelas pada struktur sistem.
Antarmuka Interface Sama seperti konsep interface
dalam pemrograman
berorientasi objek.
Asosiasi Assosiation Relasi antar kelas dengan
makna umum; biasanya disertai dengan multiplicity.
Asosiasi berarah
Directed Association
Relasi antar kelas dengan makna
kelas yang
satu digunakan oleh kelas yang lain;
biasanya disertai
dengan multiplicity.
Generalisasi Generalization Relasi antar kelas dengan
makna generalisasi
– spesialisasi umum
– khusus
Kebergantungan Depedency Relasi antar kelas dengan
makna kebergantungan antar kelas.
Gambar 2.6 Contoh Model Class Diagram
Pada gambar 2.6 menjelaskan Class Diagram di sistem IMB dan SLF. Arsitektur data IMB dan SLF memiliki 8 kelas, yaitu Level, user , Pegawai,
Customer, Tanah, Bangunan, SLF, dan IMB. Kelas level memiliki multiplicity 1 satu ke banyak terhadap kelas
pegawai. Kelas pegawai memiliki multiplicity 1 1.. satu ke antara satu sampai
Level
+id_level +nama_Level
+tambah +hapus
Customer
+Id_Customer +Nama_Customer
+TTL +Telp
+Alamat +KTP
+Akta
+Tambah +Hapus
+Ubah
Bangunan
+Id_Bangunan +Nama_Bangunan
+Fungsi_Bangunan +Jenis_Bangunan
+Luas_Bangunan +Lokasi_Bangunan
+Tambah +Hapus
+Ubah
Tanah
+Id_Tanah +Status_Tanah
+Status_Penggunaan +Pemilik_Tanah
+Batas_Tanah +Tambah
+Hapus +Ubah
Pegawai
+NIP +Nama_Pegawai
+TTL +Alamat
+Telp +Id_Level
+Id_Jabatan +Kode_Bangunan
+Kode_Subbagian
+Tambah +Hapus
+Ubah 1
1.. 1
1.. 1
1.. 1
1 1
IMB
+No_IMB +Tanggal_IMB
+Id_Customer +Id_Tanah
+Id_Bangunan +Masa_Berlaku_IMB
+Pengesahan
+Tambah +Hapus
+Ubah +Print
SLF
+No_SLF +Tanggal_SLF
+Id_Customer +Id_Tanah
+Id_Bangunan +Masa_Berlaku_SLF
+Pengesahan
+Tambah +Hapus
+Ubah +Print
1.. 1
1.. 1
User
+Nip +Username
+Password +Tambah
+Hapus +Ubah
1 1
1 1..
banyak terhadap kelas tanah dan bangunan. Kelas bangunan memilik multiplicity 11 satu ke satu terhadap kelas tanah. Kelas IMB dan SLF memiliki
multiplicity 1 1.. satu ke antara satu sampai banyak terhadap kelas pegawai. Kelas user memiliki multiciply 11 satu ke satu terhadap pegawai dan kelas
user juga memiliki multiciply 1 1.. satu ke antara satu sampai banyak terhadap kelas customer.
2.5.6.1 Sejarah UML
Pada akhir tahun 80-an dan awal 90-an, di gunakan beberapa metode berorientasi objek yang berbeda-beda. Yang paling terkenal adalah metode Booch
dari Grady Booch Object Modeling Technique OMT dari James Rumbaugh OMT, dan Object Oriented Software Engineering OOSE dari Ivar Jacobson.
Banyaknya teknik yang di gunakan membatasi kemampuan untuk memakai model-model pada proyek lain mengurangi reuse dan tim pengembang.
Konsekuesinya, teknik ini menghambat komunikasi antara anggota tim dan pengguna, yang mengakibatkan banyak terjadi error di dalam proyek. Masalah ini
dan lainnya mendorong di lakukannya usaha untuk mendesain bahasa pemodelan standar Whitten et al. 2006.
Pada tahun 1994, Grady Booch dan James Rumbaugh sepakat bergabung untuk menggunakan metode pengembangan berorientasi objek dengan tujuan
membuat proses standar tunggal untuk mengembangkan sistem berorientasi objek. Ivar Jacobson bergabung pada tahun 1995, dan mereka bertiga fokus membuat
sebuah bahasa pemodelan objek standar sebagai ganti dari pendekatan atau
metode berorientasi objek standar. Berdasarkan keja mereka dan hasil kerja lainnya pada industri, Unified Modeling Language UML versi 1.0 di rilis pada
tahun 1997 Whitten et.al, 2006.
2.5.7 Principle Catalog
Catalog ini digunakan untuk menetapkan beberapa prinsip bisnis dan arsitektur perusahaan dalam memberikan solusi arsitektur yang tepat untuk
perusahaan. Catalog ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi implementasi arsitektur serta menilai perubahan tata kelola arsitektur yang terjadi. The Open
Group, 2011. Tabel 2.8
Principle Catalog
No Prinsip
Tujuan 1.
Keputusan arsitektur harus mengacu
pada tujuan
strategis dan proses bisnis pada Dinas Tata Kota,
Bangunan dan Pemukiman. Mendukung kemampuan adaptasi
terhadap proses bisnis Memperkuat hubungan antara
infrastruktur dan proses bisnis serta lebih mudah menyelaraskan
proses bisnis ketika perubahan terjadi.
2. Pengelolaan arsitektur ini
diusahakan mudah. Meningkatkan kemampuan untuk
berbagi data dan sumber daya lain dalam
pelayanan kepada
pengguna dan
membantu kerjasama antar divisi.
3. Arsitektur
yang dikembangkan harus aman.
Dapat meminimalisasi dampak atas bencana alam.
Mampu bertahan dari serangan eksternal seperti virus, worm,
hack, syware, crack, phising, denial of service.
4. Data
Previlege Perlindungan Data
Untuk melindungi dari akses pihak-pihak
yang tidak
berwenang. Mengatur stakeholder dalam
mengolah data.
2.5.8 Technology Portofolio Catalog
Catalog ini digunakan untuk mengidentifikasi daftar teknologi yang digunakan dalam perusahaan, seperti hardware, infrastructure software, dan
application software. Technology portfolio yang sudah disetujui akan menjadi dasar standar teknologi perusahaan yang dapat mendukung siklus hidup produk
menajemen teknologi dan beberapa versi teknologi selanjutnya The Open Group, 2011.
Tabel 2.9 Technology Portofolio Catalog
Pada tabel 2.9 dijelaskan teknologi apa saja yang dibutuhkan dan akan digunakan DTKBDP dalam arsitektur teknologi usulan untuk setiap aplikasi yang
akan dibangun.
2.5.9 Communications Engineering Diagram
Diagram ini menjelaskan maksud komunikasi antar aset dalam arsitektur teknologi. Adanya koneksi logis antara clienT dan server dalam mengidentifikasi
batasan jaringan dan jaringan infrastruktur yang diperlukan secara fisik untuk mengimplementasikan koneksi tersebut. Diagram ini tidak menjelaskan format
informasi ataupun konten, tetapi menjelaskan alamat protokol dan kapasitas The Open Group, 2009.
Gambar 2.7 : Contoh Communication Engineering Diagram
2.5.10 Platform Decomposition Diagram
Menurut The Open Group 2009, platform decomposition diagram menggambarkan platform teknologi yang mendukung operasional arsitektur
sistem informasi. Diagram ini mencakup semua aspek platform infrastruktur dan menyediakan gambaran platform teknologi pada organisasi.
Gambar 2.8 platform Decomposition Diagram
Pada gambar 2.8 menjelaskan platform teknologi menggambarkan bahwa keseluruhan sistem yang diusuljan sudah berbasis web. Pada level client interface,
user eksternal dapat mengakses aplikasi yang berada di website DTKBDP melalui web browser dan internet. User internal dapat mengakses keseluruhan sistem
aplikasi di website DTKBDP melalui internet atau jringan lokal LAN Apache web server digunakan untuk mendukung berjalannya aplikasi berbasis web.
Aplikasi berbasis web dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP Hypertext Preprocessor. Bahasa pemrograman ini akan mengambil data dari
data storage.
2.5.11 Matriks Analisis Gap
Menurut The Open Group, 2009 matrik ini menunjukan suatu ruang
lingkup dari sebuah paket pekerjaan yang harus diimplementasikan sebagai bagian dari transformasi Road Map yang lebih luas dengan penggambaran
baseline architecture yang ada pada saat ini dan pergambaran target arsitektur
target. Premis dasar adalah untuk menyoroti kekurangan antara Arsitektur Dasar dan Arsitektur Sasaran, yaitu item yang telah sengaja dihilangkan, sengaja
ditinggalkan, atau belum ditetapkan. Sebuah langkah penting dalam mengevaluasi arsitektur adalah untuk
mempertimbangkan apa yang mungkin telah dilupakan. Arsitektur harus mendukung semua kebutuhan pengolahan informasi penting dari organisasi.
Sumber yang paling penting dari gaps yang harus dipertimbangkan adalah kekhawatiran stakeholder yang belum dibahas dalam karya arsitektur
sebelumnya.
2.6 Metode Pengembangan Sistem
Rapid Application Development RAD
Metodologi pengembangan sistem adalah suatu aktivitas, metode, praktik terbaik dan peralatan terotomatisasi yang digunakan para stakeholder untuk
mengembangkan dan secara berkesinambungan memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak Whitten et al, 2006. Pengembangan sistem informasi
merupakan penyusunan suatu sistem untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Rapid Application Development RAD yaitu suatu pendekatan berorientasi objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode
pengembangan serta perangkat-perangkat lunak Kendall Kendall, 2006. Rapid Application
Development RAD adalah
sebuah model
proses perkembangan software sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan
yang sangat pendek. Model RAD ini merupakan adaptasi “kecepatan tinggi” dari
model sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis pada komponen.
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu
yang sangat pendek kira-kira 45 sampai 90 hari. Model pengembangan ini melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
1. Fase Perencanaan Syarat Requirement Planning 2. Fase Proses Desain Workshop Design
3. Fase Implementasi Implementation
Model pengembangan software tradisional memiliki tahapan-tahapan yang harus diselesaikan secara bertahap, sedangkan pada pengembangan menggunakan
Rapid Application Development RAD, pengembang sistem dapat menyelesaikan sebuah modul sampai diimplementasikan tanpa harus menunggu seluruh sistem
selesai. Berikut ini adalah gambaran mengenai perbedaan dari model
pengembangan sistem secara tradisional dan dengan menggunakan Rapid Application Development RAD.
Gambar 2.9 Fase Rapid Application Development RAD
2.6.1 Perencanaan Syarat Requirement Planning
Pada tahap ini, user dan analis melakukan semacam pertemuan untuk melakukan identifikasi tujuan dari aplikasi atau sistem dan melakukan identifikasi
kebutuhan informasi untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini hal terpenting adalah adanya keterlibatan dari kedua belah pihak, bukan hanya sekedar persetujuan akan
proposal yang sudah dibuat. Untuk lebih jauh lagi, keterlibatan user bukan hanya dari satu tingkatan pada suatu organisasi, melainkan beberapa tingkatan organisasi
sehingga informasi yang dibutuhkan untuk masing – masing user dapat terpenuhi
dengan baik. Di samping itu, dapat juga melakukan koordinasi dengan Chief Information Office CIO atau bagian perencana strategis terutama untuk
mengembangkan suatu aplikasi untuk mendapatkan informasi yang lebih detail
akan tujuan dari suatu organisasi. Pertemuan semacam ini seringkali disebut Joint Aplication Development.
2.6.2 Proses Desain Design Workshop
Pada tahap ini adalah melakukan proses desain dan melakukan perbaikan –
perbaikan apabila masih terdapat ketidaksesuaian desain antara user dan analyst. Untuk tahap ini maka keaktifan user yang terlibat sangat menentukan untuk
mencapai tujuan, karena user bisa langsung memberikan komentar apabila terdapat ketidaksesuaian pada desain. Biasanya, user dan analyst berkumpul
menjadi satu dan duduk di meja melingkar dimana masing-masing orang bisa melihat satu dengan yang lain tanpa ada halangan. Apabila memungkinkan, maka
masing-masing user diberikan satu komputer yang terhubung satu dengan yang lain, sehingga masing-masing bisa melihat desain yang dibuat dan langsung
memberikan komentar. Hal ini sering kali disebut dengan Group Decision Support System GDSS. Pada beberapa kasus, GDSS ini merupakan suatu
langkah yang ideal, karena user dan analyst dapat menyetujui desain yang dibuat untuk kemudian dilanjutkan oleh programmer dalam pembuatan prototype dari
aplikasi yang dimaksud dengan langsung menampilkan kepada user hasilnya dengan cepat. Pada tahap desain ini membutuhkan waktu beberapa hari, akan
tetapi bisa semakin lebih lama, tergantung dari besar kecilnya sistem yang dibuat. Pada selang waktu tersebut, user bisa memberikan tanggapan akan sistem yang
sudah dikembangkan untuk selanjutnya dilakukan perbaikan- perbaikan. Dengan demikian proses pengembangan suatu sistem membutuhkan waktu yang cepat.
2.6.3 Implementasi Implementation
Setelah desain dari sistem yang akan dibuat sudah disetujui baik itu oleh user dan analyst, maka pada tahap ini programmer mengembangkan desain
menjadi suatu program. Setelah program selesai baik itu sebagian maupun secara keseluruhan, maka dilakukan proses pengujian terhadap program tersebut apakah
terdapat kesalahan atau tidak sebelum diaplikasikan pada suatu organisasi. Pada saat ini maka user bisa memberikan tanggapan akan sistem yang sudah dibuat
serta persetujuan mengenai sistem tersebut. Adapun hal terpenting adalah bahwa keterlibatan user sangat diperlukan supaya sistem yang dikembangkan dapat
memberikan kepuasan kepada user, dan di samping itu, sistem yang lama tidak perlu dijalankan secara paralel dengan sistem yang baru.
2.7 Penelitian Sejenis
1. “Perencanaan Strategis Sistem informasiTeknologi Informasi
Menggunakan Kerangka The Open Architecture framework TOGAF
Studi Kasus: Pemda kabupaten Sumba Barat”.
Skripsi ini disusun oleh Raimond Lukito Widiatmo pada tahun 2012. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk menyusun enterprise
Architecture pada Pemda Kabupaten Sumba Barat agar tata kelola dan administrasi berjalan dengan efektif dan efisien. Kekurangan pada skripsi
ini adalah penulis hanya menggunakan 4 phase dalam penelitiannya.
Dirasa sangat tidak optimal, karena Pemda Sumba Barat dipastikan membutuhkan usulan sistem yang maksimal.
2. “Perencanaan Infrastruktur Teknologi Informasi di Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menggunakan TOGAF
Architecture Development Method ADM”.
Skripsi ini disusun oleh Aenun Jariyatul Umami Fakultas Sains dan Teknologi Informasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013 dengan
tujuan menganalisis kebutuhan dari infrastruktur teknologi Informasi secara menyeluruh dan terpadu untuk mencapai visi dan misi Lemlit
menggunakan TOGAF. Kelebihan dari penelitian ini adalah perencanaan Enterprise Architecture menghasilkan suatu dokumentasi perencanaan
infrastruktur teknologi informasi yang terintegrasi untuk mendukung kebutuhan organisasi dan memberikan pensejajaran antara proses bisnis
Lemlit dengan teknologi informasi yang mengiringinya. Kekurangan dari penelitian ini adalah analisis dan perencanaan
infrastruktur teknologi informasi dibatasi hanya pada fase Preliminary Phase, Architecture vision Tahapan A, Bussiness architecture Tahapan
B, Information system architecture Tahapan C, dan Technology architecture Tahapan D.
3. Menggunakan TOGAF
Architecture Development method Pada PT. Satya Karya Utama”.
Skripsi ini disusun oleh Vivi Fyandiani Pratiwi pada tahun 2013 dengan tujuan memberikan usulan enterprise architecture agar proses
bisnis pada PT. Satya Utama yang bergerak dalam bidang property, design interior, furniture dan jasa konsultan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Adapun kelebihan pada penelitian ini adalah tingkat analisis yang dinilai sangat detail. Dimulai dari pendahuluan sampai arsitektur
teknologi, sehingga memudahkan para stakeholder untuk memahami rancangan arsitektur TI tersebut.
Kekurangan pada skripsi ini adalah tidak adanya relasi antara entitas
data-data yang
akan digunakan
sehingga menyulitkan
pekembangan lebih lanjut yang terkait dengan hubungan data-data.
i
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pembuatan penelitian ini dilakukan menggunakan beberapa metode yang dapat membantu penulis baik dalam hal pengumpulan data maupun informasi
yang diperlukan untuk mendapatkan kebenaran materi uraian pembahasan. Oleh karena itu, riset atau penelitian dilakukan guna mendapatkan data dan referensi
yang diperlukan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan agar data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dapat terpenuhi dan supaya tercapainya tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipilih tergantung pada faktor utama dan jenis
data. Berikut merupakan metode dari pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data dan referensi yang dibutuhkan.
3.1.1 Metode Observasi
Menurut Jogiyanto, 2008 , “Observasi observation merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung
obyek datanya”. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung proses dan kegiatan bisnis yang berjalan pada studi kasus Dinas Tata Kota, Bangunan dan
Permukiman Kota Tangerang Selatan. Observasi dilakukan pada bulan Agustus 2014 yang bertempat di
Jl. Raya Puspiptek, Setu, Ruko Boulevard No.A1 A2
76