e Sintesis, pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.
29
f Penilaian, dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat
mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu.
30
Taksonomi tujuan pengajaran pada kawasan afektif dikategorikan dalam lima
jenis kategori yang menurut W. Gulo 2002: 66 yaitu:
1.
Penerimaan, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah,
situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti,
meminati, memberi, dan sebagainya. 2.
Tanggapan, berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek
tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya.
3.
Penilaian, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus tertentu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan,
meyakinkan, dan sebagainya. 4.
Pengelolaan, meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai.
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk
pendapat, dan sebagainya. 5.
Penghayatan karakterisasi, keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
29
Ibid., h. 112
30
Ibid., h. 113
Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan
sebagainya. Pada ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih
dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, manipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka, kata operasional
yang dapat dipakai adalah :
31
1. Keterampilan motorik : memperlihatkan gerak, menunjukan hasil pekerjaan
tangan, menggerakkan, menampilkan, me;ompat, dan sebagainya. 2.
Manipulasi benda-benda : menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi dan sebagainya.
3. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan
sebagainya. Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang
direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pengajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk
dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar
guru.
32
5 . Tinjauan Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas
Dari Berbagai Benda
Materi yang akan di sampai dalam penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas VI semester I di MI Ruhul Ulum Jatinegara dengan Standar
Kompetensi “Memahami saling berhubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaannya
” dan Kompetensi Dasar “Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda”.
Pada konsep ini siswa akan melakukan praktek atau percobaan sifat kemampuan menghantar panas dengan menggunakan benda yang biasa mereka
31
Ibid., h. 123-124
32
Purwanto, Op.cit., h. 49.
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Benda-benda tersebut terbuat dari berbagai macam bahan yang bersifat konduktor dan isolator .
a Konduktor
Koduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan panas. Contohnya, alumunium dan besi.
b Isolator
Isolator adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan panas. Contohnya, kayu dan plastik.
Dalam penggunaan metode eksperimen pada konsep Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas dari Bebagai benda, siswa juga dapat memahami
perpindahan energi panas serta dapat memberikan contoh perpindahan energi panas yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Energi panas dapat berpindah
melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. a.
Konduksi Konduksi adalah peristiwa perpindahan panas melalui zat perantara tanpa disertai
perpindahan zat perantaranya. Misalnya, sebuah sendok logam dicelupkan ke dalam segelas air panas. Setelah beberapa saat, ujung sendok yang tidak tercelup
menjadi terasa panas. Hal ini karena panas dari air mengalir sepanjang sendok logam.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas disertai perpindahan zat perantaranya. Contohnya es batu yang mencair dalam air panas. Panas dari air berpindah ke es
batu dan panas tersebut menyebabkan es batu meleleh. c.
Radiasi Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Contohnya ketika matahari
bersinar di siang hari, kita merasa gerah. Padahal kita berada jauh dari matahari. Hal ini terjadi bahwa telah terjadi perpindahan panas.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam dunia pendidikan, penelitian tentang penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya :
1 Penelitian yang dilakukan oleh Masitoh, yang berjudul “Penggunaan Metode
EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok
”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus.
Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan. KKM yang telah ditetapkan adalah 70. Hasil belajar pada siklus I rata-rata 67 dan
ketuntasan siswa mencapai 65, hasil belajar pada siklus II meningkat 86 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 90 dari jumlah siswa. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman siswa pada konsep
gerak benda dan perubahannya.
33
2 Penelitian yang dilakukan oleh Maspupah, yang berjudul “Penerapan Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Materi Gaya Kelas V di MIS. Anwarul Hidayah
”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga putaran. Tiap siklus terdiri dari empat tahap
yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu siklus I 66,7, siklus II 76,19, siklus III 90,48. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
34
33
Masitoh, “Penggunaan Metode EksperimenUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Konsep Gerak Benda dan Energi di MI. Sirojul Athfal 1 Depok
”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. iv, tidak dipublikasikan.
34
Maspupah , “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada
Materi Gaya Kelas V di MIS. Anwarul Hidayah ”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, h. vi, tidak dipublikasikan.
3 Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah, yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen
”. Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Tiap siklus
terdiri perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. KKM yang ditetapkan adalah 65 dan target yang diharapkan adalah 75. Pada siklus satu nilai rata-rata 72,5
dan ketuntasan siswa mencapai 60, hasil belajar siswa pada siklus dua menjadi 81,25 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 80 dari jumlah siswa.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode eksperimen pada materi energi dan perubahannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
35
4
Penelitian yang dilakukan oleh Immaratul Izzah , yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”. Penelitian
dilaksanakan dengan metode PTK yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Rata- rata tes hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 61,81 sedangkan pada siklus II
sebesar 66,63 dan siklus III sebesar 85,72, rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I 68,18 sedangkan pada siklus II adalah 77,27 sedangkan pada
siklus III adalah 85,72. Hal ini menunjukan aktivitas siswa meningkat. Dengan demikian upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep energy dan
perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
36
5 Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyanih, yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui Metode Eksperimen” Penelitian dilaksanakan dengan metode PTK. PTK dilaksanakan
sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang sangat rendah. Di dapatkan dari 35 siswa kelas V MI Darul
Muttaqin hanya 57 yang mencapai KKM 65 atau hanya 20 dari 35 siswa. PTK ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
35
Nurhasanah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Dan Perubahannya di Kelas IV MI Al-Arqom Melalui Metode Eksperimen
”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. i, tidak dipublikasikan.
36
Immaratul Izzah , “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Eksperimen”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,.tidak dipublikasikan.
pengamatan dan refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan mencatat hal-hal
penting yang terjadi dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA khusunya materi cahaya pada siklus I terdapat 24 siswa atau 68,58 telah mengalami
peningkatan hasil belajar mencapai KKM. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 8,56 yaitu 27 siswa atau 77,14 siswa telah mencapai
KKM. Dengan demikian dari hasil analisa peneliti, bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA konsep
cahaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
37
C. Kerangka Berpikir
P
embelajaran IPA di sekolah dasar masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru masih mendominasi proses belajar mengajar dan tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru dituntut untuk dapat
37
Sri Mulayanih , “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya Melalui
Metode Eksperimen ”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. i,
tidak dipublikasikan. Kondisi awal :
Guru mendominasi
proses belajar , siswa pasif
Tindakan
Kondisi Akhir Hasil belajar
siswa rendah
Siklus I : Melakukan
percobaan Siklus II : Siswa
Melakukan Percobaan
Diduga melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas
VI Materi Membandingkan Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari Berbagai Benda
Guru menggunakan metode eksperimen
dalam pembelajaran materi Membandingkan
Sifat Kemampuan Menghantar Panas Dari
Berbagai Benda Guru belum
menggunakan metode eksperimen
merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar.
Upaya untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan satu konsep.
Metode eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada perorangan atau kelompok untuk melatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan metode eksperimen pembelajaran lebih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara aktif.
Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi kurang menarik dan membosankan. Hal ini berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan
sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang maksimal. Pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga siswa sepenuhnya terlibat untuk
menentukan fakta, menggumpulkan data, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen siswa tidak menerima begitu saja
sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelolah informasi dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dengan
eksperimen yang dilakukan. Jadi, penggunaan metode eksperimen diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa serta dapat mengembangkan kreativitas
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis pada penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa pada materi membandingkan sifat
kemampuan menghantar panas dari berbagai benda.