Klasifikasi Kompetensi Standar Kompentensi

model kurikulum berbasis kompetensi. Satu hal yang harus dipahami bahwa pendekatan model level kecakapan sebagaimana model yang dikembangkan oleh Moore mempunyai suatu asumsi. Moore berasumsi bahwa apabila suatu tahapan indikator kompetensi pada suatu ranah sudah tercapai, tahapan indikator di bawahnya dianggap sudah dikuasai Fuad, 2009. Sebagai contoh, apabila terdapat seorang karyawan yang memiliki level kecakapan hingga mampu membuar analisis analysis terhadap permasalahan di tempat kerja beserta cara penanggulangannya, karyawan tersebut dianggap sudah menguasai kecakapan yang ada di bawahnya, yakni pengetahuan knowledge, pemahaman comprehension, dan penerapan ide application Fuad, 2009.

3. Klasifikasi Kompetensi

Secara teoritis, terdapat beberapa jenis kompetensi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.Prihadi 2004:115 misalnya mengklasifikasikan jenis kompetensi berdasarkan kluster competency cluster. Kluster kompetensi merupakan sebuah himpunan dimensi kompetensi yang saling berkaitan erat, lazimnya tiga hingga lima dimensi per kelompok. Kebanyakan model kompetensi mempunyai kelompok-kelompok kompetensi yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu di antaranya sebagai berikut: a. Berpikir, misalnya analisis, sintesis, dan memutuskan. b. Bertindak, misalnya mencapai hasil. c. Berinteraksi, misalnya bekerja sama dengan orang lain Fuad, 2009. Universitas Sumatera Utara Badan Nasional Sertifikasi Profesi mengklarifikasikan jenis kompetensi ke dalam tiga bagian utama, yakni sebagai berikut: a. Kompetensi Spiritual, adalah kompetensi yang: 1 Terkait dengan nilai-nilai spiritual yang bersumber dari agama dan kepercayaan dalam kaitannya dengan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2 Tercermin di pekerjaan dalam bentuk etos kerja, dedikasi, dan disiplin kerja. b. Kompetensi Sosial, adalah kompetensi yang: 1 Terkait dengan nilai-nilai sosial budaya dan tuntutan kebutuhan hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial. 2 Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan bekerja sama, bergaul, berkomunikasi, berkoordinasi, dan mengapresiasi pendapat orang lain. c. Kompetensi TeknikalSubtansial, adalah kompetensi yang: 1 Terkait dengan penguasaan dan penerapan IPTEK di bidangnya. 2 Tercermin di pekerjaan dalam bentuk kemampuan teknik pelaksanaan tugas pekerjaan sesuai dengan prosedur dan kinerja yang tercermin atau di atasnya Fuad, 2009. Universitas Sumatera Utara

4. Standar Kompentensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan dan kinerja minimal yang harus dicapai pada satu kompetensi tertentu, yang di antaranya meliputi: a. Apa yang diharapkan dapat dikerjakan oleh seseorang. b. Seberapa jauh kinerja yang diharapkan tersebut dapat dicapai oleh seseorang. c. Bagaimana mengukurmembuktikan bahwa seseorang telah mencapai kinerja yang diharapkan Fuad, 2009. Standar kompetensi menjelaskan kompetensi yang dibutuhkan untuk kinerja yang efektif. Standar kompetensi berperan sebagai patokan bagi pengujian, serta memiliki format yang baku, serta judul unit, uraian unit, elemen kompetensi, kinerja untuk kerja, ruang lingkup, dan petunjuk bukti Fuad, 2009. Menurut Sumijatun, 2010 kompetensi yang akan dicantumkan dalam setiap pendidikan keperawatan merupakan kompetensi mandiri dimana perawat tersebut mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan. Pada situasi tertentu perawat dapat melakukan tindakan yang bukan merupakan kompetensi dan kewenangannya dengan bimbingan penuh atau terbatas oleh perawat yang mempunyai kompetensi lebih tinggi dan memiliki kewenangan untuk tindakan tersebut.Guna mengukur tingkat kompetensi seseorang, kompetensi tersebut masih perlu dijabarkan dalam sub kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja KUK sehingga dapat ditetapkan standard prosedur pelaksanaannya. Universitas Sumatera Utara Organisasi Profesi PPNI menetapkan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan dasar manusia yang merupakan bidang garapan keilmuan keperawatan yaitu meliputi kompetensi kebutuhan oksigen, kompetensi kebutuhan nutrisi, kompetensi kebutuhan integritas jaringan, kompetensi kebutuhan cairan dan elektrolit, kompetensi kebutuhan eliminasi, kompetensi kebutuhan kebersihan diri, kompetensi kebutuhan istirahat dan tidur, kompetensi kebutuhan obat-obatan, kompetensi kebutuhan sirkulasi, kompetensi kebutuhan keamanan dan keselamatan, kompetensi kebutuhan aktivitas, kompetensi kebutuhan psikososial dan spiritual, kompetensi kebutuhan interaksi sosial, kompetensi kebutuhan kehilangan, kompetensi kebutuhan seksual, kompetensi kebutuhan lingkungan sehat, kompetensi kebutuhan ibu hamil, kompetensi kebutuhan ibu melahirkan, kompetensi kebutuhan bayi baru lahir, kompetensi kebutuhan post partum, kompetensi kebutuhan keperawatan keluarga, dan kompetensi kebutuhan keperawatan komunitas. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEP

1. KERANGKA KOSEPTUAL

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut : Skema 2 Standar Kompetensi Klinis Berdasarkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia Berdasarkan Kebutuha Dasar Manusia Sumber:Sri Praptianingsih, 2006. Kompetensi Kebutuhan: - Oksigen - Nutrisi - Integritas Jaringan - Cairan dan Elektrolit - Eliminasi - Kebersihan Diri - Istirahat dan Tidur - Obat-Obatan - Sirkulasi - Keamanan dan Keselamatan - Aktivitas - Psikososial dan Spiritual - Interaksi Sosial - Kehilangan - Seksual - Lingkungan Sehat - Ibu Hamil - Ibu Melahirkan - Bayi Baru Lahir - Post Partum - Keperawatan Keluarga - Keperawatan Komunitas Kesiapan Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Keperawatan untuk memenuhi standar kompetensi klinik - Mampu dengan mahir - Mampu tapi belum mahir - Mampu dengan bimbingan - Belum bisa Universitas Sumatera Utara