diri, melakukan observasi perilaku halusinasi, mengajar dalam berpikir realistis, mengajar klien mengenal perasaannya, membimbing klien dalam
mengekspresikan pikiranperasaan waham dan minoritas belum bisa melakukan dengan rata-rata 1,78 3,4 yaitu untuk tindakan melaksanakan terapi modalitas,
melaksanakan manajemen klien depresi. Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester
akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir dalam memenuhi kompetensi klinik kebutuhan interaksi sosial karena didasarkan
telah terbiasa melakukan tindakan-tindakan kompetensi kebutuhan interaksi sosial dalam berinteraksi dengan berbagai orang di kehidupan sehari-hari.
2.14 Kompetensi Kebutuhan Kehilangan
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Kehilangan
No Tindakan
Mampu dengan
mahir Mampu
tapi belum mahir
Mampu dengan
bimbingan Belum
bisa f
f f
f 1
komunikasi kehilangan 11 20.8
21 39.6 16 30.2
5 9.4 2
Menimbulkan empati 917.0
31 58.5 12 22.6
1 1.9 3
Perawatan jelang ajal 5 9.4
31 58.5 15 28.3
2 3.8 4
Perawatan meninggal 6 11.3
31 58.5 16 30.2
0 0 5
Perasaan saling percaya 917.0 3260.4
12 22.6 0 0
6 Komunikasi asertif
11 20.8 29 54.7
13 24.5 0 0
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan
kehilangan, pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 29,17 55,0 yaitu untuk tindakan
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan teknik komunikasi terapeutik sesuai fase kehilangan, melatih dalam menimbulkan rasa empati, melaksanakan perawatan menjelang ajal,
melaksanakan perawatan pasien meninggal, melatih perasaan saling percaya perawat dan klien, melatih komunikasi asertif dan minoritas belum bisa
melakukan dengan rata-rata 1,33 2,5 yaitu untuk tindakan melaksanakan teknik komunikasi terapeutik sesuai fase kehilangan.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun belum mahir
untuk melakukan kompetensi kebutuhan kehilangan karena didasarkan tindakan- tindakan kompetensi kebutuhan kehilangan tidak memerlukan keterampilan yang
sulit. Namun kehilangan merupakan peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat individual, dan perawat sebaiknya dapat memahami dan menerima
kehilangan dalam setiap individu.
2.15 Kompetensi Kebutuhan Seksual
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Kompetensi Mahasiswa Jalur A Semester Akhir Program Pendidikan Sarjana Berdasarkan Kebutuhan Seksual
No Tindakan
Mampu dengan
mahir Mampu
tapi belum mahir
Mampu dengan
bimbingan Belum
bisa f
f f f
1 Menciptakan privasi
13 24.5 31 58.5
8 15.1 1 1.9
2 Pola seksualitas
8 15.1 3260.4 12 22.6
1 1.9 3
Perubahan kehamilan 917.0
30 56.6 13 24.5
11.9 4
Pendidikan seks 12 22.6
3260.4 8 15.1
1 1.9 5
Pemilihan kontrasepsi 8 15.1
28 52.8 16 30.2
1 1.9 6
Diskusi masalah seks 8 15.1
26 49.1 18 34.0
1 1.9 7
alat-alat bantu seks 6 11.3
2547.2 22 41.5
0 0 8
Rujukan seksual 47.5
23 43.4 22 41.5
47.5 9
Konseling seksual 6 11.3
26 49.1 19 35.8
2 3.8
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian kompetensi klinik mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan mengenai kompetensi kebutuhan
seksual, pada 53 responden ternyata menunjukkan mayoritas mampu melakukan tapi belum mahir dengan rata-rata 28,11 53,0 yaitu untuk tindakan melakukan
carateknik untuk menciptakan lingkungan privasi, mengajarkan pola seksualitas yang sehat, mengajarkan perubahan fisiologis kehamilan, mengajarkan pendidikan
seks pada setiap usia, mengajarkan cara pemilihan kontrasepsi, menciptakan hubungan terapeutik dalam mendiskusikan masalah seks, memperkenalkan alat-
alat bantu dalam pemenuhan kebetuhan seks, melaksanakan rujukan masalah seksual, menerima konseling masalah seksual dan minoritas belum bisa
melakukan dengan rata-rata 1,33 2,5 yaitu untuk tindakan melaksanakan rujukan masalah seksual.
Hasil ini memberikan arti bahwa mayoritas mahasiswa jalur A semester akhir program pendidikan sarjana keperawatan telah yakin walaupun masih belum
mahir untuk melakukan kompetensi kebutuhan seksual karena didasarkan mendiskusikan masalah kebutuhan seksual kepada orang lain masih dianggap
sensitif. Oleh karena itu, sebaiknya perawat mempunyai dasar pengetahuan yang diperlukan, keterampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta sikap merawat
yang sensitif.Selain itu, pemberi perawatan mengenali bahwa masalah seksual mempunyai nilai bagi setiap individu agar lebih efektif dalam bekerja dengan
klien.
Universitas Sumatera Utara
2.16 Kompetensi Kebutuhan Lingkungan Sehat