42 signifikan pada hasil belajar yang ditunjukan dengan kondisi awal siswa
yang nilai IPSnya memenuhi KKM hanya 10 siswa 43,47, menjadi terdapat 16 siswa yang nilai IPSnya memenuhi KKM 69,56 pada
siklus I, kemudian menjadi terdapat 20 siswa yang nilai IPSnya memenuhi KKM 86,95 pada siklus II. Sedangkan peningkatan motivasi belajar
siswa dari kondisi awal sebesar 43,47 meningkat menjadi 78,26 pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 86,95 pada siklus II.
F. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar yang memiliki cakupan materi yang cukup
luas. Kajian IPS yang berisi tentang peristiwa, isu-isu sosial dan konsep- konsep abstrak, dirasa kurang sesuai dengan karakteristik siswa SD yang
masih berada pada tahap operasional konkret, dimana siswa SD belum mampu memahami hal-hal yang abstrak. Oleh karena itu dalam
membelajarkan IPS di SD diperlukan sebuah metode inovatif yang mampu mengkonkritkan konsep-konsep tersebut, sehingga siswa akan tertarik dan
termotivasi untuk mempelajarinya. Motivasi sangatlah dibutuhkan dalam kegiatan belajar. Motivasi
belajar merupakan suatu dorongan yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa, yang menggerakkan atau mengarahkan siswa untuk
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki. Apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar maka siswa tersebut tidak akan melakukan
43 aktivitas belajar. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar akan
terlihat tekun dan ulet dalam belajar, semangat dalam mengikuti pelajaran, rajin mengerjakan tugas, aktif dalam memecahkan soal-soal, berani
berpendapat dan tertarik dengan pembelajaran yang diajarkan guru. Hasil observasi mununjukkan bahwa motivasi belajar pada siswa kelas
VA SD Negeri Golo masih rendah. Motivasi belajar siswa yang rendah dapat terlihat dari sebagian besar siswa belum tekun dalam menghadapi tugas, hal
ini terlihat ketika siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas IPS yang diberikan guru. Siswa juga belum terlihat ulet
dalam menghadapi kesulitan tugas, hal ini diterlihat ketika siswa diberi pertanyaan dari guru, siswa tidak berusaha untuk memikirkan mencari
jawaban di buku, siswa langsung mengatakan jika tidak mengetahui jawabannya. Selanjutnya, siswa juga belum menunjukkan minat belajar
ketika mengikuti pelajaran IPS, hal ini terlihat sebagian besar siswa tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan seksama.
Siswa juga belum terlihat senang ketika belajar IPS, hal ini ditunjukkan dengan semangat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran IPS
yang mudah menurun dan ketika peneliti mengajukan pertanyaan terbuka kepada siswa kelas VA, hanya 11 dari 28 siswa yang menyukai mata
pelajaran IPS. Siswa yang tidak menyukai mata pelajaran IPS menganggap bahwa materi IPS itu sulit karena harus banyak menghafal, sehingga mereka
kurang menyenangi mata pelajaran IPS. Selain itu, sebagian besar siswa juga belum berani untuk berpendapat, hal ini terlihat ketika guru memberi
44 kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapatnya terkait
pernyataan yang disampaikan guru, namun hanya beberapa siswa saja yang berani untuk berpendapat. Siswa juga belum terlihat bekerjasama dalam
belajar IPS, hal ini dikarenakan guru belum mengkondisikan siswa untuk belajar secara kelompok.
Permasalahan lain yang peneliti temukan yaitu guru di dalam pembelajaran IPS masih belum menggunakan metode pembelajaran yang
inovatif, metode yang digunakan guru belum mampu menumbuhkan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar IPS. Selain itu, guru juga belum
menggunakan media atau alat peraga yang mendukung penyampaian materi pelajaran IPS, karena kurang tersedianya alat peraga atau media pembelajaran
IPS yang dimiliki oleh sekolah, sehingga guru hanya menyampaikan materi berdasarkan buku paket saja. Berdasarkan hasil wawancara, guru menyatakan
jika guru juga mengalami kesulitan di dalam menyampaikan pelajaran IPS, guru belum menemukan dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai
untuk pembelajaran IPS yang memiliki cakupan materi yang cukup luas bagi siswa kelas VA. Oleh sebab itu, tidak heran jika siswa merasa cepat bosan
dan kurang tertarik saat pelajaran IPS atau dengan kata lain motivasi belajar IPS siswa kelas VA masih rendah.
Salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa adalah metode make a match. Melalui metode make a match,
siswa akan belajar dengan suasana yang menyenangkan sebab siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang berupa pertanyaan dan jawaban sebelum
45 batas waktu yang telah ditentukan selesai. Sehingga siswa akan merasa
terdorong dan bersaing untuk menemukan pasangan kartunya lebih awal dari teman yang lain. Dengan begitu siswa akan senang, bersemangat dan
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, penerapan metode make a match ini sesuai dengan
karakteristik siswa kelas V SD, dimana siswa lebih suka untuk membuat kelompok sebaya atau peergroup saat bermain, namun tidak menutup
kemungkinan dapat dilakukan saat kegiatan belajar. Metode make a match pada pembelajaran IPS akan memberi keuntungan, antara lain meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi IPS, suasana belajar menjadi menyenangkan, memupuk kerjasama siswa, menumbuhkan keaktifan siswa
dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut, dirasa dengan menggunakan metode make a match dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Besar kemungkinan adanya peningkatan motivasi belajar IPS dengan menggunakan metode make a match dalam pembelajaran
IPS.
46 Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
G. Hipotesis Penilitian