20 hal itu semua harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan
siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal. Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi indikator motivasi
belajar dari pendapat ahli di atas, antara lain tekun dalam menghadapi
tugas, ulet menghadapi kesulitantugas, menunjukan minat belajar, senang mengikuti pelajaran, berani berpendapat. Selain itu, berdasarkan pendapat
dari expert judgment menambahkan indikator kerjasama dalam belajar IPS karena disesuaikan dengan metode make a match yang mengkondisikan
siswa untuk belajar secara berkelompok, sehingga motivasi belajar siswa dapat dilihat ketika siswa belajar secara berkelompok.
B. Tinjauan tentang Cooperative Learning dengan Metode Make a Match
1. Cooperative Learning
a. Pengertian Cooperative Learning
Sugiyanto 2010: 37 menyatakan bahwa cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan Rusman
2011: 202 berpendapat bahwa cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari dua sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Keberhasilan belajar dan kelompok tergantung pada
21 kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual
maupun kelompok. Menurut Etin Solihatun dan Raharjo 2009: 4 cooperative
learning pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu sikap perilaku bekerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari
dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Oleh
karena itu keberhasilan belajar dalam pembelajaran ini bukan sekedar ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, sebab hasil belajar
akan semakin baik jika dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil yang terstruktur dengan baik.
Robert E. Slavin 2009: 4-8 berpendapat bahwa cooperative learning pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan anggota timnya heterogen yang terdiri dari siswa dari berbagai tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan latar belakang etnik berbeda untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Di dalam
cooperative learning mengharapkan para siswanya dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan saling bertukar pendapat untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai agar tidak terjadi kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Cooperative
learning tidak hanya sekedar belajar kelompok, sebab dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat
22 kooperatif sehingga memungkinan terjadi interaksi secara terbuka
antar anggota kelompok. Selanjutnya Agus Suprijono 2011: 55 menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif
mendapat dukungan
dari teori
konstruktivisme sosial Vygotsky yang menekankan pada pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara manual. Vygotsky menekankan
siswa mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain, hal ini dapat berupa kerjasama dalam kelompok belajar.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah pembelajaran yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan lebih dari dua orang dan bersifat heterogen, baik dari tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan latar belakang etnik siswa yang berbeda-beda, untuk saling berinteraksi dan bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah direncanakan. Dengan menerapkan cooperative learning diharapkan dapat
memotivasi siswa agar lebih aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip Cooperative Learning