63 Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal menurut Sudjana 2012: 137 dapat
dibaca pada tabel 3.5.
Tabel 3.5. Kriteria Indeks Kesulitan Soal No
Indeks Kesulitan Kriteria
1 0,00 - 0, 30
soal kategori sukar 2
0, 31 - 0,70 soal kategori sedang
3 0,71 - 1,00
soal kategori mudah Setelah dilakukan analisis tingkat kesukaran soal, didapatkan 17 soal
dengan kategori mudah, dan 6 soal dengan kategori sedang. Soal dengan kategori mudah diantaranya adalah nomor 4, 11, 13, 29, 30, 36, 42, 44, 46, 48, 49, 50, 53,
54, 56, 57, dan 58. Soal dengan kategori sedang diantaranya adalah nomor 5, 21, 24, 25, 37, dan 59. Hasil analisis tingkat kesukaran soal dapat dibaca pada
lampiran 23. Oleh karena itu, terdapat soal dengan kategori mudah sebesar 73,9 dan soal sedang sebesar 26,01.
3.9.4 Analisis Daya Beda
Menurut Sudjana 2012: 141 analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa
yang tergolong mampu tinggi prestasinya dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak yang
mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Arikunto 2015: 226 menjelaskan daya beda
soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
64 berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: J
= jumlah peserta tes J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan be- nar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto, 2015: 228-9
Setelah mendapatkan besarnya D, keputusan daya pembeda soal dapat tentukan melalui klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto 2015: 232. Tabel
kriteria indeks diskriminasi dapat dibaca pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kriteria Indeks Diskriminasi
No Indeks Diskriminasi D
Kriteria 1
0,00 – 0,20
Jelek 2
0,20 – 0,40
Cukup 3
0,40 – 0,70
Baik 4
0,70 – 1,00
Baik sekali
65 Hasil analisis daya beda soal uji coba menghasilkan 11 butir soal dengan
kriteria jelek, 5 butir soal dengan kriteria cukup, 6 butir soal dengan kriteria baik, dan 1 butir soal dengan kriteria baik sekali. Soal dengan kriteria jelek diantaranya
adalah soal nomor 4, 13, 21, 24, 29, 36, 37, 42, 46, 48, dan 53. Soal dengan kriteria cukup diantaranya adalah nomor 11, 44, 49, 54, dan 56. Soal dengan
kriteria baik diantaranya adalah nomor 5, 25, 50, 57, dan 59. Soal dengan kriteria baik sekali adalah nomor 58. Hasil analisis daya beda soal dapat dibaca pada
lampiran 24. Soal-soal yang telah dianalisis selanjutnya digunakan untuk menguji
pemahaman siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum pretest dan sesudah posttest dilaksanakannya pembelajaran. Kisi-kisi soal pretes dan postes
dapat dilihat pada lampiran 17 serta soal pretes dan postes dapat dilihat pada lampiran 18.
3.10 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono 2014: 331 dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaiu diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah
tersedia. Dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial, karena penelitian yang diterapkan pada sampel akan diberlakukan kepada populasi Sugiyono,
2014: 201. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini