Pendekatan Penyelesaian Anak Putus Sekolah

perkelahian, akibat lainnya juga adalah perasaan minder dan rendah diri, banyak orang yang menganggur. Itu dikarenakan banyak sekali anak yang tidak mempunyai ijasah, maupun tidak adanya pembekalan skiil bagi mereka yang putus sekolah. Hanya dengan generasi penerus yang terdidik dan cerdas serta bermoral, maka hari depan bangsa bisa dibayangkan titik terangnya. Namun pendidikan di Indonesia semakin lama semakin mahal. Kehidupan masa depan sang anak tidak terjamin karena tidak dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan yang cukup, bahkan jika anak menjadi objek kriminalitas akan semakin membuat resah orang tua karena kelakuan semakin bebas dan membuat malu orang orang tua dan keluarga karena putus sekolah dan membuat masayarakat sekitar anak resah Halik, 2011.

2.4 Pendekatan Penyelesaian Anak Putus Sekolah

Berbagai upaya yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam usaha mengatsi anak putus sekolah dengan melibatkan semua unsur yang terkait baik instansi pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan. Menurut Prasetyo 2004: 203-212, guna mengatasi permasalahan anak putus sekolah terdapat metode yang dilakukan yaitu dengan mendorong pendidikan yang murah hingga ke level masyarakat paling rendah sesuai dengan Amandemen UUD 1945 yang mewajibkan sekolah menampung semua masayarakat , dengan bertujuan : 1. Pendidikan yang murah dapat membuat masyarakat bergembira. Perasaan senang merupakan tugas utama sekolah, dengan kegembiraan masyarakat dapat mengerjakan pekerjaan. Orang tua adalah pihak yang paling Universitas Sumatera Utara diuntungkan jika pendidikan murah, karena pendidikan adalah kebutuhan yang dapat menciptakan seseorang disebut sebagai mahluk berakal. 2. Menggalang kepedulian masyarakat pada permasalahan pendidikan. Masyarakat tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah, tetapi kepedulian dipicu oleh keikutsertaan banyak pihak dalam lembaga pendidikan. Dengan biaya pendidikan yang murah maka kualitas masyarakat dapat ditingkatkan . Selanjutnya, menurut Suyanto 2010: 348-349 menyatakan untuk mencegah anak putus sekolah sekurang-kurangnya dapat dilakukan dua hal yaitu: 1. Intervensi dini mencegah anak putus sekolah: a. Pemasyarakatan lembaga pendidikan prasekolah. Secara ilmiah, telah banyak bukti memperlihatkan bahwa dibandingkan anak yang tidak melalui jenjang taman kanak-kanak, anak didik yang sebelumnya masuk TK rata-rata memiliki kemampuan beradaptasi dan prestasi belajar yang lebih baik. b. Penanganan anak yang bermasalahan, khususnya anak yang memiliki prestasi belajar relatif buruk disekolah. Banyak bukti memperlihatkan bahwa anak yang tinggal kelas, lama-kelamaan mereka akan sering membolos, membenruk jarak yang semakin jauh dengan guru dan sekolah dan akhirnya anak putus sekolah. c. Memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga dan forum di tingkat local yang sekiranya dapat dimanfaatkan untuk membantu kegaiatan belajar anak-anak rawan putus sekolah. 2. Otonomi dan Fleksibilitas Sekolah Universitas Sumatera Utara Salah satu masalah yang dihadapi sekolah di pedesaan adalah banyaknya kasus siswa membolos karena terpaksa harus bekerja. Sebagai langkah kompromi dengan pertimbangan utama prinsip The best interest of the child, ada baiknya jika Depdiknas memberikan otoritas kepada kepala sekolah agar secara fleksisbel dapat mengatur jadwal belajar yang disesuaikan dengan irama musim dan kepadatan kegiatan bekerja anak- anak miskin di pedesaan. Sementara menurut Woodhead 1998 dalam FakihChambers, 2002: 259 menyatakan, pendekatan budaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dapat berpengaruh terhadap strategi pengurangan kemiskinan anak-anak, peningkatan kesempatan pendidikan, dan keadilan sosial dengan menggunakan perspektif yaitu: a. Pendekatan ini membuka pintu strategi yang lebih tepat dalam rangka berbagi solusi yang lebih kreatif bagi masalah-masalah yang di hadapi anak putus sekolah masa kini. b. Mengidentifikasi adanya tekanan dan prioritas berbagai program yang saling bersaing dalam pengembangan anak, terutama dalam konteks perubahan sosial yang berjalan cepat sehingga menghendaki penilaian kembali secara terus-menerus tentang apa yang terbaik bagi kepentingan anak. c. Mengakui bahwa anak-anaklah Stakeholder utama yang berupaya menopang usaha-usaha mereka sendiri, bersama dengan keluarga dan komunitas, untuk memperbaiki kehidupan dan bertahan hidup, belajar, dan mengembangkan perasaan harga diri. Universitas Sumatera Utara Adapun beberapa program yang dilakukan saat ini untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu dengan mengikuti program Kelompok Belajar Paket A bagi anak yang tidak tamat SD, Paket B untuk yang tidak tamat SMP dan paket C bagi anak yang tidak tamat SMA. Departemen Pendidikan Nasional juga menyediakan pendidikan alternatif untuk anak yang kurang beruntung tersebut. Pendidikan kesetaraan itu ditujukan untuk menunjang penuntasan wajar dikdas sembilan tahun serta memperluas akses pendidikan menengah yang menekankan pada keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.Pendidikan kesetaraan menjadi salah satu program pada jalur pendidikan nonformal yang mengadakan pendidikan umum setara SDMI, SMPMTs, dan SMAMA melalui program Paket A, Paket B, dan Paket C. Di lapangan, program tersebut sering mengombinasikan pendidikan aksara dan pembekalan keterampilan. Untuk Paket A, pesertanya dibekali keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Paket B bertujuan memberikan bekal keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja. Adapun keterampilan untuk berwiraswasta diberikan untuk peserta program Paket C. Pendidikan kesetaraan itu bisa diselenggarakan oleh semua satuan pendidikan nonformal. Misalnya, lembaga pelatihan, kursus, pusat kegiatan belajar masyarakat dan lain-lain.

2.5 Kesejahteraan anak