Program Wajib Belajar 9 Tahun

murid yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya. Anak putus sekolah drop out adalah anak yang karena suatu hal tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah secara formal Eonyhuh, 2013. Jadi, dari defenisi anak putus sekolah tersebut diatas dapat ditarik pengertian Anak Putus sekolah adalah terlantarnya anak dari sebuah lembaga pendidikan formal, yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai.

2.3.2 Program Wajib Belajar 9 Tahun

Landasan pokok keberadaan sistem pendidikan nasional adalah UUD 45 Bab XIII, Pasal 31, ayat 1 Yang menyatakan bahwa: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Hal ini mengandung implikasi bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu memberi kesempatan belajar yang seluas- luasnya kepada setiap warga negara. Dengan demikian, dalam penerimaan seseorang sebagai peserta didik, tidak dibenarkan adanya perlakuan yang berbeda yang didasarkan atas jenis kelarruin, agama, ras, suku, latar belakang sosial dan tingkat kemampuan ekonomi. Dalam rangka memperluas kesempatan belajar pendidikan dasar, maka pemerintah mencanangkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. lebih lanjut dikemukakan bahwa tahap penting dalam pembangunan pendidikan adalah meningkatkan pendidikan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun. Pendidikan wajib belajar 9 tahun menganut konsepsi pendidikan semesta universal basic education, yaitu suatu wawasan untuk membuka kesempatan pendidikan dasar. Jadi sasaran utamanya adalah menumbuhkan aspirasi pendidikan orang tua dan Universitas Sumatera Utara peserta didik yang telah cukup umur untuk mengikuti pendidikan, dengan maksud untuk meningkatkan produktivitas angkatan kerja secara makro. Wajib Belajar 9 Tahun merupakan salah satu program mewajibkan setiap warga negara untuk bersekolah selama 9 sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah . Ini ditujukan agar semua masyarakat Indonesia berhak mengenyam pendidikan yang layak dan membantu mengentaskan buta aksara. Mengenai usia wajib belajar Pasal 6 ayat 1 UU No 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa: ”Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Lebih lanjut Pasal 34 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar merupakan bagian dari kebijakan pendidikan di Indonesia dalam mencapai pendidikan untuk semua. Program wajib belajar 9 tahun ini merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan di Indonesia mengunakan konsep Taksonomi Bloom. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi domain, yaitu: 1. Cognitive Domain Ranah Kognitif, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Universitas Sumatera Utara 2. Affective Domain Ranah Afektif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Dengan penerapan konsep ini diharapkan setiap warga negara dapat mengembangkan dirinya lebih lanjut yang akhirnya mampu memilih dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, setiap warga negara mampu berperan serta dalani kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dan, memberikan jalan kepada siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Program wajib belajar 9 tahun masih belum dapat berjalan sesuai rencana, itu semua terjadi karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraannya. Adapun kendala dalam penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun, diantaranya: 1. Tidak semua anak usia wajib belajar 7 – 12 tahun dapat mengikuti pendidikan di sekolah dasar karena faktor kemiskinan, geografis dan komunitas terpencil; 2. Anak usia wajib belajar belum memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak di pedesaan, pedalaman, atau terpencil belajar dengan fasilitas yang serba kekurangan, sebaliknya anak-anak di perkotaan fasilitas belajarnya relatif sudah memadai. Keadaan ini menimbulkan ketidakadilan dalam memperoleh pendidikan; Universitas Sumatera Utara 3. Kekurangan guru di daerah pedalaman atau terpencil masih menjadi kendala bagi pelayanan proses pembelajaran; Penerapan wajib belajar 9 tahun juga belum bisa sepenuhnya bisa dinikmati seluruh masyarakat Indonesia khususnya bagi golongan kurang mampu. Seseorang yang berasal dari keluarga yang kurang mampu akan lebih memilih untuk bekerja membanting tulang hanya untuk memenuhi kebutuhan makannya saja ketimbang untuk bersekolah. Mereka menganggap bersekolah hanya membuang waktunya untuk mencari penghidupan. Nanum pada tahun 2007 pemerintah memberikan kebijakan baru untuk mendukung program wajib belajar 9 tahun dan dunia pendidikan dengan memberikan Bantuan operasional sekolah BOS. Sebagai bukti bahwa pemerintah sangat peduli dengan kualitas pendidikan bagi anak-anak bangsa. Ini juga merupakan bagian dari mensukseskan program wajib belajar 9 tahun. Pemerintah jelas ingin membantu warga dalam membiayai dana pendidikan anak- anak dari tingkat SD kelas satu sampai kelas 9 SMP. Disamping itu, walaupun pemerintah telah menyediakan bantuan berupa dana Bantuan Operasional Sekolah BOS, namun hal itu belum bisa membuat program wajar 9 tahun berjalan lancar. Yang menjadi kendala, buku pelajaran untuk mengikuti pendidikan masih terasa diberatkan. Di tambah lagi kurikulum yang terus diganti oleh pemerintah, otomatis buku pelajaran yang digunakan akan berubah hampir setiap tahunnya. Ini masih memberatkan bagi siswa yang kurang mampu untuk mengikuti proses belajar dengan baik. Di samping itu, faktor lain yang menghambat program ini dapat berjalan dengan baik adalah faktor geografis dimana anak yang berada di daerah terpencil kurang bisa mengenyam pendidikan karena sulitnya daerah yang dicapai. Ini yang harus dipikirkan pemerintah Universitas Sumatera Utara kedepannya agar semua anak di Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang sebagaimana mestinya. Program ini juga belum sepenuhnya sempurna dilihat dari jangka umur yang diwajibkan dari umur 7 – 15 tahun, dirasakan anak SD dan SMP, yang tingkat kematangannya belum sempurna. Sehingga dianggap belum pantas dan siap untuk masuk kedunia kerja dan terjun kemasyarakat. Setelah di tingakt SMP diharapkan melanjutkan kembali ke SMA apabila ingin melanjutkan ke perguruan tinggi maupun ke SMK untuk mendapatkan keterampilan dan pengalaman kerja yang lebih. Ini menjadi tugas kita semua tidak hanya pemerintah, guna menciptakan SDM yang berkualitas. Walaupun telah dicanangkan pemerintah program wajib belajar 9 tahun dan penyediaan bantuan, namun masih ada terdapat anak-anak yang mengalami purus sekolah. Masalah putus sekolah ini dialami oleh anak yang berada di pendidikan SMP dan SMA, kendalanya saat ini wajib belajar hanya pada usia 15 tahun atau tingkat SMP. Dilihat dari permasalahan tersebut tahun 2015 pemerintah akan mencanangkan program wajib belajar 12 tahun dengan tujuan , dapat mengurangi jumlah masyarakat indonesia yang buta huruf, tidak dapat membaca,putus sekolah, serta menulis yang sebagian dari masyarakat Indonesia masih banyak yang mengalami hal demikian. Pemerintah berharap kedepannya tidak akan ada lagi masyarakat Indonesia yang mengalami buta huruf dan anak yang putus sekolah Infomania, 2013.

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Anak Putus Sekolah