UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Produksi Pektin
a. Persiapan Bahan Uji
Kulit pisang yang didapatkan dari limbah pengolahan kripik pisang kepok disortir dipisahkan antara kulit pisang yang bagus dengan yang busuk. Kulit
pisang kepok yang berwarna hijau atau kekuningan yang dipilih. Bagian pucuk dan tangkai kulit pisang tidak diambil. Kemudian dilakukan pencucian dengan
menggunakan air mengalir agar kulit pisang dapat bersih dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah kulit pisang tersebut bersih, dilakukan pemotongan kecil-
kecil dan dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan yang selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 50
℃. Setelah didapatkan kulit pisang kering, selanjutnya dilakukan penghalusan dengan cara diblender dan diayak dengan
ayakan mesh 100 ukuran partikel 105 mikrometer sehingga didapatkan serbuk kering kulit pisang kepok yang kemudian diukur kadar airnya, kadar air
seharusnya tidak lebih dari 10 Tarigan, et al., 2012. b.
Ekstraksi Pektin Serbuk kulit pisang kepok yang dihasilkan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 60,0 gram, kemudian ditambahkan larutan asam laktat sebanyak 2000 mL dengan variasi pH 1, 1,5 dan 2. Pembuatan larutan asam laktat
dengan variasi pH dilakukan dengan cara melarutkan asam laktat dalam aquadest dan pH larutan diukur menggunakan pH meter. Campuran 60,0 gram serbuk kulit
pisang kepok dan larutan asam laktat tersebut dipanaskan di atas pemanas listrik dengan pengaturan suhu 80
℃ dan 90℃ untuk masing-masing pH disertai pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Penghitungan waktu ekstraksi dari
saat tercapainya kondisi operasi percobaan yaitu 80 menit. Setelah dipanaskan, campuran tersebut disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan penyaring
vakum guna memisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat yang didapatkan disebut dengan filtrat pektin Akhmalludin dan Kurniawan, 2009; Satria dan Ahda, 2009;
Tarigan, et al., 2012. c.
Pengendapan Pektin Pengendapan pektin dilakukan dengan penambahan aseton dalam filtrat
dengan perbandingan tiap 1 liter filtrat ditambahkan dengan 1,5 liter aseton. Filtrat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pektin tersebut didiamkan selama 10-14 jam. Endapan pektin yang terbentuk kemudian dipisahkan dari larutannya menggunakan kertas saring dengan bantuan
penyaring vakum Akhmalludin dan Kurniawan 2009.
d. Pencucian Pektin
Endapan pektin yang terbentuk ditambahkan dengan aseton sambil diaduk untuk kemudian dilakukan penyaringan dengan menggunakan penyaring vakum.
Hal ini dilakukan beberapa kali sampai pektin tidak lagi meninggalkan residu asam. Adapun pektin yang sudah tidak lagi meninggalkan residu asam adalah
pektin yang tidak berwarna merah bila ditambahkan dengan indikator
phenolphtalein PP Akhmalludin dan Kurniawan, 2009.
e. Pengeringan Pektin
Pektin basah hasil pengendapan yang telah bebas dari residu asam kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40
℃ selama 8 jam. Hasil yang diperoleh
disebut dengan pektin kering Tarigan, et al., 2012.
3.5.2 Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi
1. Perhitungan Persen Rendemen
Persen rendemen adalah perbandingan gram pektin yang dihasilkan dengan gram bahan baku kering.
Rendemen =
bobot total pektin yang diperoleh bobot bahan baku kering
x 100
2. Penentuan Kadar Air
Sebanyak 0,300 gram sampel pektin dikeringkan di dalam oven pada suhu 100
o
C selama 4 jam menggunakan botol timbang yang telah diketahui bobot kosongnya. Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang
sampai diperoleh bobot yang tetap. Kadar Air =
Wa −Wb
W
x 100 Pardede, et al., 2013 Dimana: W
a
= bobot sebelum dikeringkan W
b
= bobot akhir setelah dikeringkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Penentuan Kadar Abu Ranganna, 1977
Krus porselain dikeringkan di dalam tanur pada suhu 600
o
C kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang sebagai bobot wadah.
Selanjutnya sebanyak 0,500 gram pektin ditimbang dan di masukkan dalam krus silikat yang telah diketahui bobotnya kemudian di masukkan dalam
tanur dengan suhu 600 ℃ selama 4 jam. Residu didinginkan dalam desikator
dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar Abu =
=
W 1 −W2
W
x 100
Dimana: W = bobot sampel awal g
W
1
= bobot wadah + sampel setelah pemanasan g W
2
= bobot wadah kosong g
4. Penentuan Berat Ekivalen Ranganna, 1977
Nilai berat ekivalen digunakan untuk perhitungan kadar asam galakturonat dan derajat esterifikasi. Berat ekivalen ditentukan dengan
menimbang 0,25 gram pektin dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 mL dan dilembabkan dengan 1,0 mL alkohol. Air suling bebas O
2
sebanyak 50,0 mL dan 6 tetes indikator fenol merah ditambahkan. Campuran tersebut
kemudian diaduk dengan cepat untuk memastikan bahwa semua substansi pektin telah terlarut dan tidak ada gumpalan yang menempel pada sisi
Erlenmeyer. Titrasi dilakukan perlahan-lahan dengan titran standar NaOH 0,1 N sampai warna campuran berubah menjadi merah muda pH 7,5 dan
tetap bertahan selama setidaknya 30 detik. Larutan tersebut dinetralkan yang kemudian digunakan untuk penentuan kadar metoksil.
Berat Ekivalen =
bobot pektin mg ml NaOH x N NaOH
5. Kadar Metoksil Ranganna, 1977
Penentuan kadar metoksil dilakukan dengan menambahkan 25,0 mL NaOH 0,25 N ke dalam larutan netral dari penentuan BE kemudian dikocok
dengan benar dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar dalam Erlenmeyer tertutup. Ditambahkan 25,0 mL HCl 0,25 N dan indikator fenol