Kadar Air Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rendahnya jumlah asam galakturonat bebas yang berarti semakin tingginya berat
ekivalen Rouse, 1977.
Gambar 4.4. Berat Ekivalen
Berat ekivalen yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara 4094,47- 9534,71. Pektin hasil ekstraksi pH 1 suhu 80
℃ memiliki berat ekivalen 5757,44 mg sedangkan pada ekstraksi suhu 90
℃ memiliki berat ekivalen 4094,47. Berat ekivalen pektin hasil ekstraksi pH 1 dan 1,5 menurun seiring meningkatnya suhu
ekstraksi, akan tetapi untuk pektin hasil ekstraksi pH 2 dengan suhu 80 ℃ dan
90 ℃ tidak menunjukkan peningkatan ataupun penurunan seiring meningkatnya
suhu ekstraksi. Ekstraksi pH 1,5 suhu 80 ℃ menghasilkan pektin dengan berat
ekivalen 8667,91 dan pada suhu 90 ℃ sebesar 6652,12. Kemudian untuk ekstraksi
pH 2 suhu 80 ℃ menghasilkan pektin dengan berat ekivalen 9534,71 dan 9534,71
untuk pektin hasil ekstraksi suhu 90 ℃. Berat ekivalen pektin yang dihasilkan
semakin menurun dengan semakin meningkatnya suhu ekstraksi kecuali pada pH 2. Berat ekivalen pektin berdasarkan standar IPPA International Pectin
Producers Association 2002 yakni berkisar antara 600-800 mg. Pektin hasil
ekstraksi dari limbah kulit pisang kepok ini memiliki berat ekivalen yang tidak memenuhi standar yang ada.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Budiyanto dan Yulianingsih 2008 dan Hariyati 2006 bahwasanya pengaruh kenaikan suhu dan
waktu ekstraksi mengakibatkan semakin rendahnya berat ekivalen pektin yang dihasilkan. Pada penelitian ini, berat ekivalen pektin cenderung menurun seiring
5757,44 8667,91
9534,71
4094,47 6652,12
9534.71
pH 1 pH 1,5
pH 2
B e
ra t
E k
iv a
le n
Suhu 0ᵒC Suhu 0ᵒC
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
meningkatkan suhu ekstraksi. Hanya pada kondisi ekstraksi pH 2 saja yang tidak menunjukkan
peningkatan maupun
penurunan berat
ekivalen seiring
meningkatnya suhu ekstraksi. Bobot molekul pektin tergantung pada jenis tanaman, kualitas bahan baku,
metode ekstraksi dan perlakuan pada proses ekstraksi. Kemungkinan besar hal yang mempengaruhi nilai berat ekivalen adalah sifat pektin hasil ekstraksi itu
sendiri, serta proses titrasi yang dilakukan. Ketika sampel pektin dilarutkan dalam aquadest dan telah benar-benar larut sempurna, dilakukan pengukuran pH
menggunakan pH indikator universal. Hasil dari pengukuran pH awal adalah berkisar pH 6, sehingga saat dititrasi menggunakan larutan titran NaOH hanya
memerlukan sedikit saja larutan NaOH untuk mencapai titik ekivalen pH netral. Titik ekivalen terlihat saat larutan berubah warna menjadi merah muda dari
larutan awal. Sehingga hasil perhitungan berat ekivalen pektin berdasarkan rumus berat ekivalen adalah perbandingan antara bobot sampel pektin terhadap volume
titran NaOH yang terpakai dan Normalitas titran NaOH. Volume titran NaOH yang terpakai hanya berkisar antara 0,3-0,7 mL dengan normalitas NaOH 0,0874
N dan bobot sampel 250 mg, sehingga hasil perhitungan menujukkan nilai berat ekivalen yang terlalu besar. Hasil titrasi untuk perhitungan berat ekivalen ini akan
mempengaruhi perhitungan selanjutnya seperti kadar metoksil, kadar galakturonat dan derajat esterifikasi.