Menangkal Bahaya Terorisme KAJIAN TEORITIS

peranan pendidikan agama Islam penting untuk membentengi umat Islam dari gerakan terorisme yang berbahaya ini terutama dalam mencegah masuknya terorisme kepada pendidikan di Sekolah-sekolah, karena tidak sedikit pemuda di Indonesia ini terlibat kasus terorisme. 29 Persoalan ini tentuny tidaklah mudah, sekali lagi bahwa tindak kejahatan terorisme suatu keyakinan seseorang berbuat yang tujuannya untuk mempertahankan eksistensi individual yang tidak akan berhenti apabila mereka belum puas akan memberantas orang-orang non-Muslim, selagi masih banyak orang no-Muslim di Indonesia maka tak terhentilah langkah terorisme ini untuk bertindak, akan tetapi tindakannya selama ini selalu membuat masyarakat resah, karena damapak dari aksi-alsi terorisme ini bukan hanya korban dari kalangan oran-orang non-Muslim saja tapi orang Muslimpun terkena imbasnya. Dampak yang timbul pada orang-orang islam itu adalah mereka yang terkena korban terorisme kehilang harta benda, keyakinan agamanya, harapan mesadepannya. Keseriusan dalam menangani masalah terorisme ini memang harus dilakukan saat ini juga sebelum mereka merekrut umat islam yang tak bersalah menjadi teroris. Kaitanya dengan pendidik Islam karena segala aksi yang dilakukan para pelaku terorisme ini diakit-kaitkan dengan Islam yang mengatas namakan Jihad, dan yang membuat pemikiran saya tebesat adalah pelaku terorisme kebanyakan pemuda-pemuda Muslim, maka dari itu pendidikan Islam perlu berperan dalam hal ini demi masa depan para pemuda-pemuda bangsa khususnya yang masih di bangku sekolah menengah atas yang masih butuh pemahaman agama yang dalam dengan ini maka guru PAI haru mempunyai tujuan dan fungsi untuk mengoptimalkan peranananya sebagai guru PAI:

a. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA

Dalam kurikulum 1994 disebutkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, 29 Wawan Purwanto, Terorisme Underrcover, Jkarta, Cipta Mandiri Bangsa: 2007 , h.261 dan pengamalan siswa dalam pengalaman siswa tentang agama Islam dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyrakat, bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 30 Senada dengan itu lampiran Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tangggal 23 Mei 2006 menyatakan dalam kelompok mata pelajaran pendidikan agama Islam untuk SMA adalah: 1 Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja. 2 Menghargai keberagamaan, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan gelobal. 3 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial. 4 Memahami hak dan kewajiban diri dan oran lain dalam pergaulan di masyarakatt. 5 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain. 6 Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagi makhluk Tuhan. 7 Menjaga kebersihan, kesehatan, dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai denagn tuntutan agama. 8 Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab. Pendidikan agama Islam di sekolahmadrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan 30 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, cet. II, h. 84 bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi 31 dari pengertian ini dapat dijadikan sasaran yang tepat yaitu siswa di tuntut untuk menumbuhkan rasa iman dan takwa dengan jalan segala aspek ilmu pengetahuan perlu di hayati dan dijadikan amalan baik bagi diri sendiri baik pula untuk orang lain sehingga dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi di kita pribadi. Tujuan utama dari pendidikan agama Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti. Dengan akhlak dan budi pekerti maka seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan hati-hati, sopan dan tidak merugikan diri sendiri terlebih merugikan orang lain dan seseorang dapat mawas diri dalam tindakannya karena manusia tidak dapat merubah kepribadiannya apabila tidak di dasari oleh budi pekerti dan akhlak yang baik maka dari itu lewat pendidikan Islamlah manusia dapat mengetahui baik buruknya perbuatan itu. 32 Rumusan tujuan pendidikan agama Islam ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agaman Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam 33

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA

Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru berarti orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar 34 jadi tugas yang diemban guru adalah mengajar pada umumnya, Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagaian tanggung jawab pendidik yang 31 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Bebasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. III, h. 134-235 32 Abdudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, Jakarta: UIN Jakarta Press 2005, h. 241 33 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rrosdakarya 2004, Cet. III, h. 78-79 34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, terpikul di pundak orang tua. 35 Artinya guru merupakan seseorang yang sangat bertanggung jawab terhadap peserta didik dalam proses belajar mengajar si sekolah, selai sebagai pengajar gurupun harus menjadi seorang pendidik yang dapat menjadikan peserta didik bermoral dalam kepribadiannya. Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina atau malah sebaliknya yaitu menjadi penghancur bagi masa depan anak didik. 36 Maka dengan itu guru perlu mempunyai sifat-sifat yang harus dimiliki yaitu: 1 Suka bekerja sama dengan demokratis 2 Penyayang 3 Menghargai kepribadian anak didik 4 Sabar 5 Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang bermacam-macam 6 Perawakan menyenangkan dan kelakuan yang baik 7 Adil dan tidak memihak 8 Toleran mantab dan stabil 9 Ada perhatian terhadap persoalan anak didik 10 Lincah 11 Mampu memuji perbuatan baik dan menghargai anak didik 12 Cukup dalam pengajaran 13 Mampu memimpin secara baik. 37 Selain dari sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru, gurupun memiliki tugas yang penting dalam dunia pendidikan, seperti dikemukakan Abudin Nata dalam bukunya, Rasulullah SAW telah mengisyaratkan dalam hadisnya tentang perlunya pendidik yang profesional dan bukan pendidik yang non- 35 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 39 36 Ibid, h. 9 37 Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005, h. 37-38 profesional atau pendidik yang asal-asalan. Sebagai mana sabdanya: apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya... Hadis 38 Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolahmadrasah berfungsi sebagai berikut : a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkunganya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lungkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum alam nyata dan nir nyata 38 Abudin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, Jakarta: UIN Press, 2005, h. 215 g. Penyaluaran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli dalam bidangnya khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islamlah yang sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa, sedangkan pendidikan selalu mengedepankan akhlak dalam kepribadian siswanya agar dapat menerima segala mata pelajaran dengan baik dan dapat di implementasikan juga dengan baik dan benar. Maka dari itu pulalah guru perlu mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan itu untuk apa dan bagaimana caranya untuk mengembang tumbuhkan siswanya agar menjadi siswa yang berkarakter, yang mau peduli dengan lingkungan dan keadaan yang semakin maju ini, selain itu gurupun perlu meminimalisir kepribadian siswanya agar tidak terjerumus kepada aliran-aliran yang menyimpang dari kode etik pendidikan, khususnya menyimpang dari syariat Islam itu sendiri. Dengan demikian guru secara umum memang sangat penting dalam membina peserta didikdi sekolah, senada dengan ituguru pendidikan agama Islam pun mempunyai peranan untuk dapat menangkal bahaya terorisme.

C. Kerangka Berfikir

Terorisme adalah perlawanan atau peperangan bukan miiter melainkan terhadap orang-orang yang tidak berdosa dan masyarakat sipil. Teror adalah menakut-nakuti dan mengancam. Ia tidak bisa diterima oleh akal manusia dan tidak dibenarkan oleh semua agama. Kejahatan terorisme merupakan produk perilaku kebiadaban dan kebinatangan akibat yang ditimbulkan sangat terasa sebagai wujud pelanggaran terhadap hak asasi manusia HAM. 39 Mengingatkan bahwa terorisme merupakan organisasi yang berbahaya, penulis menyadari bahwa kota Tangerang sering terindikasi oleh jaringan terorisme, katakanlah Abu Jibril dengan pengikutnya, mereka termasuk jaringan yang sudah lama beroperasi di tangerang. Dalam hal ini guru pendidikan Agama Islam juga perlu berperan untuk dapat menangkal bahaya terorisme mengincar banyak remaja dan pemuda-pemuda yang dijadikan target doktrin untuk masuk kepada terorisme, guru pendidikan di SMA Negeri kota Tangerang Selatan mengemukakan dalam wawancaranya yaitu, dalam menangkal bahaya terorisme di sekolah upaya yang dilakukan adalah: 1 Guru memberikan materi pelajaran dengan baik disesuaikan dengan keadaan yang ada saat ini, mengenai jihad, toleransi, perilaku tercela. Beribadah dengan baik sehingga siswa dapat memahami materi-materi pelajaran agama Islam dan disesuaikan dengan fenomena yang terjadi saat ini. 2 Guru memberikan pengetahuan terhadap pengaruh-pengaruh yang mereka tidak mengerti tentang sesuatu di luar sekolah, salah satunya bahaya terorisme yang marak terjadi saat ini. 3 Memonitoring siswa dengan berbagai upaya dalam kegiatan-kegiatan sekolah, terutama kegiatan kerohanian. 39 Abdul Wahid dkk, Kejahatan Terorisme, Bandung: PT Rafika Aditama, 2004 h. 121 4 Selektif dalam menerima tamu, perlu kecermatan dan ketelitian dalam menerima tamu. 5 Memilih guru-guru ngaji dalam kegiatan ekskul kerohanian dengan berbagai pemikiran-pemikiran dalam mengajarkan sisiwa. 40 Dalam hal ini maka sangat penting sekali sekolah memiliki guru yang ahli dalam bidang pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama Islamlah yang sangat berpengaruh dalam membentuk akhlak siswa, sedangkan pendidikan selalu mengedepankan akhlak dalam kepribadian siswanya agar dapat menerima segala mata pelajaran dengan baik dan dapat di implementasikan juga dengan baik dan benar. Maka dari itu pulalah guru perlu mengetahui tujuan dan fungsi pendidikan itu untuk apa dan bagaimana caranya untuk mengembang tumbuhkan siswanya agar menjadi siswa yang berkarakter, yang mau peduli dengan lingkungann dan keadaan yang semakin maju ini, selain itu gurupun perlu meminimalisir kepribadian siswanya agar tidak terjerumus kepada aliran-aliran yang menyimpang dari syriat Islam itu sendiri, dengan demikian guru dapat berperan dalam menangkal bahaya terorisme. 40 Minah, Wawancara Guru PAI, Tangerang: SMAN 9, 2013 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneltian ini dilaksankan di SMAN 9 Tangerang Selatan yang beralamat di jalan Hidup Baru, Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitannya berlangsung pada tanggal 3 januari 2013, dengan rincian waktu sebagai berikut: Tabel 3.1 Waktu Penelitian No Tanggal Kegiatan Sumber Data 1 2 3 4 5 3 januari 8 januari 10 Januari 11 januari 2013 11 januari 2013 Persiapan Penelitian Survei ke sekolah Pembuatan instrumen dan revisi instrumen Wanwancara Penyebaran Angket guru pendidikan Agama Islam Siswa 6 7 Pengumpulan dokumen Analisis data dan penulisan laporan penelitian Revisi laporan penelitian Tata usaha

B. Metode penelitian, Jenis dan Sumber data

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif descriptive reseach adalah “suatu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau” 1 . Dalam pengambilan data penulis menggunakan dua metode, yeng keduanya ini akan dipadukan dan dianalisis secara objektif, yaitu 1 Pengumpulan data yang diperoleh dari menelaah buku-buku dengan library research. Metode ini penulis gunakan dengan mencari beberapa literatur yang terkait denga judul skripsi ini, selain itu penulis gunakan sebagai buku acuan. 2 Metode Studi Lapangan field reseach, yaitu meneliti langsung untuk mencari informasi sebanyak munkin terkait denga judul skripsi.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda alam lainnya. 2 Suharsisni Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. 3 Dikatakan pula oleh Ibnu Hajar bahwa “populasi adalah kelompok besar individu yang 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-3, hlm. 54. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung: Alfabeta, CV, 2011, Cet. Ke-XIV, h. 80 3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13, Hal. 130. mempunyai karakteristik umum yang sama”. 4 Dari penjelasan diatas maka penulis menentukan populasi dalam penelitian ini adalah Murid kelas XI SMA Negeri 9 Tangsel dengan jumlah keseluruhan 200 murid

2. Sampel

Muhammad Subana dalam bukunya “Dasar-dasar Penelitian Ilmiah” menjelaskan bahwa “Sampel merupakan cara mengumpulkan data dari populasi dengan mengambil sebagian saja anggota yang dipilih dari populasi diasumsikan harus mempresentasikan populasinya”. 5 Pengertian ini sejalan dengan pernyataan Suharsini Arikunto yang mengatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. 6 Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Terkait dengan definisi di atas, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan sampel sebanyak 20 murid dari 100 yang ada di kelas XI

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapaun teknik penelitian yang penulis gunakan untuk pengumpulan data lapangan adalah : a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung kelapangan guna mengamati peranan guru PAI dalam menangkal bahaya terorisme. b. Angket, untuk mengumpulkan data tentang murid c. Wawancara, yaitu pengambilan data dengan menggunakan Tanya jawab yang ditunjukan kepada Guru PAI tentang Terorisme dan dalam menangkal bahaynya terhadap pendidikan. d. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti data-data yang sudah didokumentasikan oleh pihak sekolah sehingga memudahakan peneliti mendapat data-dat yang diperlukan. 4 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999, Cet. II, h. 133. 5 Muhammad Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet. I, hal. 115 6 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 13, h. 131