Identifikasi masalah PENUTUP A.
Terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap
keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi dengan baik well
organized, bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa extra-ordinary crime yang tidak membeda-bedakan sasaran indikriminasi.
5
Dengan adanya terorisme maka masyarakat merasa tidak aman karena cara yang dilakukannya itu tidak membeda-bedakan mana musuh yang harus mereka habisi
mana masyarakat yang harus mereka lindungi. Terorisme
adalah faktor
yang menyejarah,
kemunculan dan
perkembangannya memberikan nuansa tersendiri bagi kehidupan manusia. Tidak jarang fenomena yang menyejarah ini membuat terorisme dikaji secara akademik
karena selain memberikan sosok dan warna yang unik dengan berbagai pendekatan keilmuan, terorisme dengan beragam karakteristiknya telah menjelma
menjadi arus kekuatan baru dalam tawar menawar kepentingan.
6
Sejarah mencatat pada abad ke-11 terdapat Ordo para pembunuh Order of the Assasins yaitu sebuah cabang sempalan dari kaum Ismaili, sebuah sekte
Muslim. Hasan Sabah, pendiri ordo tersebut lahir di Qom, pusat syiah di Persia utara iran sekarang. Sabah mengambil sebuah bentuk doktrin Ismaili
ekstrim yang mendorong perampasan bebebrapa benteng di pegunungan; benteng yang pertama, Alamut, disebut pada tahun 1090. Beberapa tahun
kemudian para pembunuh memutuskan untuk memindahkan aktivitas mereka dari wilayah pegunungan yang terpencil kepusat kot atau kota besar. Korban
pembunuhan kota mereka yang pertama adalah menteri kepala dari sultan Baghdad, Nazim al-Mulq, seorang muslim sunni. Tahun-tahun berikutnya
para pembunuh aktif beroperasi di Persia, Suriah, dan Pelestina. Mereka membunuh sejumlah besar musuhnya yang kebanyakan kaum Muslim sunni.
Di samping itusasaran mereka juga kaum kristen, termasuk Count Raymond II dari Tripoli dibunuh di Suriah, juga Marquis Conrad dari Monferrat, yang
memerintah kerajaan Jerusalem. Strategi para teroris itu yang menarik adalah penyamaran diri mereka sebagai biksu, yang berpura-pura menjadi utusan-
utusan yang saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah tim dengan misi bunuh diri. Sebagai upayanya adalah keyakinan mereka akan jaminan kenikmatan
5
Ma‟ruf Amin, Himpunan Fatwa Majlis Ulama Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2011, h. 3
6
Aulia Rosa Nasution, Terorisme Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Jakarta: Kencana, 2012, cet. 1, h. 1
Surgawi. Sejarah mencatat bahwa ternyata tidak ada dampak politik yang berarti, sebagai hasil dari terorisme yang mereka lakukan itu.
7
Pelaku teror bisa berbuat apa saja yang diinginkan, apabila mereka terancam tindak pidana atau hukum sosial pelaku dapat menyamar sebagai apa saja yang
terpenting tidak dapat dikenali orang lain. Dengan demikian, terorisme dari dulu sudah ada dan tindakannyapun sampai sekarang masih terjadi, seperti peledakan
bom di gedung-gedung, tempat peribadatan dll, penembakan, kekerasan, perampasa dan ancaman. Ini semua terjadi samapai sekarang, artinya tindakan
terorisme mempunya misi yang kongkrit dalam melakukan segala hal demi kepentingan mereka dan tidak memikirkan sesama manusia melalui sejarah inilah
kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan terorisme dan segala tindakan yang tidak keprimanusiaannya dari abad ke-11 hingga sekarang ini.