Biaya, Penerimaan dan Pendapatan

commit to user 51

3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan

Biaya merupakan pengorbanan sejumlah nilai uang yang dikeluarkan pengusaha demi berjalanya proses produksi. Pengeluaran biaya ini berfungsi untuk melengkapi faktor-faktor produksi yang diperlukan supaya dapat menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. Besarnya biaya yang dikeluarkan pengrajin brem dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Rata-Rata Biaya yang Dikeluarkan Pengrajin Brem pada Sentra Industri Brem Kecamatan Nguntoronadi Selama Bulan Agustus 2010 No Uraian Satuan Biaya rata-rata per pengusaha Rp Persentase 1 2 3 4 Bahan Baku a. Beras Ketan b. Ragi Saprodi a. Kayu Bakar b. Listrik c. Solar d. Minyak Pelumas e. Penyusutan Plastik Upah Tenaga Kerja Luar Lain-lain a. Kardus b. Rafia c. Transportasi kg keping m 3 ltr ltr lembar roll 12.973.152 12.637.500 335.652 764.958 606.250 78.750 58.333 11.250 10.375 185.417 115.471 43.542 6.096 65.833 92,41 90,02 2,39 5,45 4,32 0,56 0,42 0,08 0,07 1,32 0,82 0,31 0,04 0,47 Jumlah 14.038.998 100,00 Sumber : Diadopsi dan diolah dari Lampiran 2. Besarnya biaya usaha masing-masing rumah tangga industri brem bervariasi bergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jumlah biaya pada Tabel 5.2 merupakan rata-rata biaya rumah tangga industri brem yang diperoleh dengan cara membagi total biaya sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi pada bulan Agustus 2010 dengan jumlah rumah tangga industri yang terdapat dalam sentra industri tersebut. Biaya usaha yang dikeluarkan oleh pengrajin brem pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi selama bulan Agustus 2010 commit to user 52 rata-rata sebesar Rp.14.038.998,00. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan baku sebesar Rp.12.973.152,00; biaya sarana produksi Rp. 764.958,00; upah tenaga kerja luar Rp.185.417,00 dan biaya lain-lain Rp.115.471,00. Biaya bahan baku digunakan untuk pembelian beras ketan dan pembelian ragi. Setiap rumah tangga industri rata-rata menggunakan 1.685 kilogram beras ketan dengan harga satu kilogram beras ketan Rp.7.500,00 menghasilkan biaya pembelian beras ketan sebesar Rp.12.637.500,00. Kebutuhan ragi masing-masing rumah tangga industri bervariasi bergantung jumlah beras ketan. Hal ini dikarenakan setiap empat kilogram beras ketan membutuhkan enam keping ragi untuk proses fermentasi. Harga satu keping ragi pada saat penelitian adalah Rp. 132,80. Setiap rumah tangga industri rata-rata membutuhkan 2527,5 keping ragi sehingga rata-rata rumah tangga industri mengeluarkan biaya sebesar Rp. 335.652,00 untuk pembelian ragi. Biaya sarana produksi terdiri dari biaya untuk pembelian kayu bakar, tagihan listrk, solar, minyak pelumas dan plastik. Kayu bakar digunakan oleh setiap rumah tangga industri sebagai bahan bakar untuk mengukus beras ketan. Pembelian kayu bakar dihitung dalam satuan meter kubik, harga satu meter kubik kayu bakar yaitu Rp.25.000,00. Rata-rata rumah tangga industri menggunakan 24,25 m 3 kayu bakar untuk produksi sehingga di peroleh biaya pembelian kayu bakar sebesar Rp. 606.250,00. Biaya tagihan listrik yang diperhitungkan dalam biaya operasional produksi brem adalah proporsi tagihan listrik untuk menyalakan dinamo yang digunakan untuk menggerakkan pethokan dan mixer. Biaya tersebut diperoleh berdasarkan perkiraan para pengusaha pada masing-masing rumah tangga industri tentang besarnya proporsi tagihan listrik yang mereka keluarkan untuk produksi brem selama bulan agustus 2010. Informasi tersebut kemudian dirata-rata sehingga diperoleh biaya tagihan listrik Rp. 78.750,00. Selain menggunakan dinamo beberapa rumah tangga juga menggunakan mesin diesel sebagai mesin penggerak pethokan dan mixer. commit to user 53 Penggunaan mesin diesel inilah yang menyebabkan adanya biaya solar dan minyak pelumas. Pada saat penelitian ada delapan pengusaha yang menggunakan mesin diesel. Biaya solar maupun pelumas dihitung berdasarkan volume solar dan volume pelumas yang digunakan selama bulan agustus 2010 dalam satuan liter dengan harga masing-masing. Biaya pembelian plastik dikeluarkan untuk menyediakan plastik untuk melambari widhik. Plastik dibeli dalam satuan roll seharga Rp.40.000,00. Satu roll plastik tersebut tidak habis digunakan dalam proses produksi melainkan menjadi usang. Karena itulah, biaya yang dikeluarkan untuk plastik ini dihitung sebagai biaya penyusutan. Rumah tangga industri brem hanya menggunakan tenaga kerja luar ketika jumlah tenaga kerja keluarga kurang untuk memproduksi brem sesuai jumlah pesanan pelanggan. Pada bulan Agustus 2010 hanya ada delapan rumah tangga industri yang menggunakan tenaga kerja luar. Masing-masing rumah tangga tersebut menggunakan satu orang tenaga kerja luar. Tujuh rumah tangga industri membayar tenaga kerja luar dengan upah Rp.400.000,00 per bulan sedangkan sisanya membayar dengan upah Rp.450.000,00 per bulan sehingga rata-rata upah tenaga kerja luar pada sentra industri brem tersebut hanya sebesar Rp.185.417,00. Biaya lain-lain dikeluarkan untuk pembelian tali rafia, pembelian kardus dan biaya transportasi penjualan brem. Biaya pembelian rafia dihitung berdasarkan proporsi penggunaan tali rafia para pengusaha untuk produksi brem selama bulan agustus 2010 dimana harga satu roll rafia Rp.22.000,00. Rata-rata pengusaha menggunakan rafia 0,28 roll rafia besar untuk keperluan usaha industri brem selama bulan agustus 2010 sehingga rata-rata biaya pembelian rafia sebesar Rp.6.096,00. Biaya pembelian kardus dihitung berdasarkan jumlah kardus yang digunakan oleh beberapa rumah tangga industri untuk pengemas produk pesanan kemudian dirata-rata berdasarkan jumlah pengusaha yang terdapat di dalam sentra. Pada bulan agustus 2010 terdapat empat pengusaha yang commit to user 54 mengeluarkan biaya pembelian kardus sedangkan pengusaha lainnya biaya pengadaan kardus ditanggung oleh pelanggan. Biaya transportasi penjualan dihitung berdasarkan perkiraan responden tentang besarnya biaya yang mereka keluarkan untuk mengirimkan pesanan brem ke lokasi pelanggan. Selama bulan agustus 2010 terdapat lima pengusaha yang mengirimkan produk brem ke lokasi pemesan atau pelanggan. Hasil produksi usaha industri brem berupa produk brem dan hasil sampingan berupa ampas brem yang biasa disebut gandhos oleh penduduk setempat. Jumlah produksi brem setiap rumah tangga berbeda-beda bergantung jumlah pesanan pelanggan masing-masing. Rata-rata jumlah produksi rumah tangga industri brem pada bulan Agustus 2010 dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Produksi Rata–Rata Rumah Tangga Industri pada Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan Agustus 2010 No Hasil Produksi Produksi Rata-rata Per Agustus 2010 Kg

1. Brem

758,25 45 2. Gandhos 926,75 55 Jumlah 1.685,00 100 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 2. Pada bulan Agustus 2010 rata-rata satu rumah tangga industri menghasilkan 45 brem dan 55 gandhos. Brem dijual oleh para pengusaha ke tangan pelanggan dalam satuan kilogram sedangkan gandhos tidak dijual namun dimanfaatkan sepenuhnya untuk makanan penggemuk ternak lembu milik pengusaha pengganti konsentrat. Penerimaan usaha industri brem diperoleh dari hasil penjualan produk brem sehingga penerimaan usaha industri brem merupakan hasil kali jumlah produksi dengan harga jual brem per kilogram. Harga jual produk brem bersifat fluktuatif bergantung pada tinggi rendah permintaan pasar terhadap produk brem. Pada saat hari-hari biasa para pengusaha commit to user 55 brem menjual produknya dengan harga jual rata-rata Rp.22.000,00 per kilogram sedangkan pada saat libur hari raya dan liburan akhir sekolah pengusaha berusaha menaikkan harga jual produknya pada kisaran Rp.23.000,00 per kilogram hingga Rp.25.000,00 per kilogram. Informasi tentang jumlah penerimaan dan jumlah biaya rata-rata berguna untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha rata-rata rumah tangga industri. Besarnya rata-rata penerimaan dan pendapatan rumah tangga industri pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Industri pada Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan Agustus 2010 No Uraian Jumlah per rumah tangga industri per Agustus 2010 Rp 1. Penerimaan 17.703.000,00 2. Biaya 14.038.997,83 3. Pendapatan 3.664.002,17 Sumber : Diadopsi dan diolah dari Lampiran 2. Besarnya penerimaan usaha masing-masing rumah tangga industri brem bervariasi bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Jumlah penerimaan pada Tabel 5.4 merupakan rata-rata penerimaan rumah tangga industri brem yang diperoleh dengan cara membagi total penerimaan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi pada bulan Agustus 2010 dengan jumlah rumah tangga industri yang terdapat dalam sentra industri tersebut. Pada bulan Agustus 2010 rata-rata penerimaan yang diperoleh setiap rumah tangga industri brem sebesar Rp. 17.703.000,00 dan rata-rata biaya usaha yang dikeluarkan setiap rumah tangga industri adalah sebesar Rp. 14.038.997,83. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya maka dapat diketahui bahwa pada bulan tersebut rata-rata pendapatan usaha yang diperoleh setiap rumah tangga industri adalah sebesar Rp.3.664.002,17. commit to user 56 Berdasarkan uraian keragaan objek penelitian, usaha industri brem pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi ternyata mampu mendatangkan pendapatan bagi para pengrajin. Usaha tersebut juga memiliki keunggulan berupa limbah produksi yang bermanfaat sebagai makanan penggemuk ternak lembu sehingga usaha industri brem dan beternak lembu bersifat saling melengkapi. Karena itulah sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi prospektif untuk dikembangkan.

B. Perumusan Strategi