Jenis Bahan Tambahan yang Diizinkan Jenis Bahan Tamabahan yang Tidak Diizinkan Bahan Pengawet

1. BTP yang bersifat aman dengan dosis yang tidak dibatasi, misalnya pati. 2. BTP yang digunakan dengan dosis tertentu dan telah ditetapkn dosis maksimumnya. 3. BTP yang aman dan dosis yang tepat, serta telah mendapatkan izin beredar dari instansi yang berwenang, misalnya zat pewarna yang telah dilengkapi dengan sertifikat aman.

2.6.2. Jenis Bahan Tambahan yang Diizinkan

Sedangkan menurut BPOM telah menetapkan beberapa Bahan Tambahan Pangan yang dapat digunaknan, yaitu : 1. Pengawet : asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, natrium benzoat, dan nisin. 2. Pewarna : tetrazine. 3. Pemanis : aspartaman, sakarin dan siklamat. 4. Penyedap rasa dan aroma : monosodium glutamat. 5. Antikempal : aluminium silikat, magnesium karbonat, trikalsium fosfat. 6. Antioksidan : asam askorbat, alpa tokoferol. 7. Pengemulsi, pemantap, dan pengental : lesitin, sodium laktat, dan potasium laktat.

2.6.3. Jenis Bahan Tamabahan yang Tidak Diizinkan

Beberapa bahan kimia berbahaya yang dilarang digunakan dalam makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722Menkesper88 di antaranya : 1. Asam Borat Boric Acid dan senyawanya Universitas Sumatera Utara 2. Asam Salisilat dan garamnya Salicylic Acid and its salt 3. Dietilpirokarbonat Diethylpirocarbonate DEPC 4. Dulsin Dulcin 5. Kalium Klorat Potassium Chlorate 6. Kloramfenikol Chloramphenicol 7. Minyak Nabati yang dibrominasi Brominated vegetable oils 8. Nitrofurazon Nitrofurazone 9. Formalin Formaldehyde 10. Kalium Bromat Potassium Bromate Adapun menurut Peraturan menteri Kesehatan RI No. 1168MenKesPerX1999, selain Bahan Tambahan diatas. Masih ada tambahan kimia lain yang dilarang, yakni rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dan kalsium bromat pengeras.

2.6.4. Bahan Pengawet

Bahan pengawet merupakan salah satu bahan tambahan pangan yang paling tua penggunaanya. Pada permulaan peradaban manusia, asap telah digunakan untuk mengawetkan daging, ikan, dan jagung. Demikian pula pengawetan dengan menggunakan garam, asam, dan gula juga telah dikenal. Kemudian digunakan bahan pengawet, untuk mempertahankan pangan dari gangguan mikroba, sehingga pangan tetap awet seperti semula. Bahan pengawet adalah bahan yang pada umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian Universitas Sumatera Utara yang disebabkan oleh mikroba. Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur Cahyadi, 2008. Bahan pengawet adalah bahan yang berfungsi dapat membantu dan mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroorganisme pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir ragi dengan cara menghambat, mencegah, dan memberhentikan proses pembusukan. Contoh bahan pengawet antara lain asam benzoat, sulfit, metasulfit, nisin, asam sorbat, asam propionat, gula, asam asetat, alkohol, cuka, gliserin, bumbu-bumbu. Daya pengawet dari bahan-bahan tersebut sangat tergantung pada konsentrasi komposisi bahan pangan pH serta jenis mikroba yang akan dicegah pertumbuhannya Winarno, 1993. Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Narto, 2011 : 1 GRAS Generally Recognized as Safe yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek recun sama sekali. Contohnya penggunaan amilum sebagai pengental. 2 ADI Acceptable Daily Intake, yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya daily intake guna melindungi kesehatan konsumen. 3 Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya seperti boraks, formalin, dan rhodamin-B. Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan pangan adalah benzoat, yang umumnya banyak terdapat dalam bentuk Universitas Sumatera Utara natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman, seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap, dll. Secara ideal, bahan pengawet akan menghambat atau membunuh mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa berbahaya menjadi tidak berbahaya dan tidak toksik. Bahan pengawet akan memengaruhi dan menyeleksi jenis mikroba yang dapat hidup pada kondisi tertentu. Zat pengawet terbagi atas dua, yaitu : 1. Zat pengawet anorganik Zat pengawet anorganik yang sering dipakai adalah sulfit, hidrogen peroksida, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO 2 , garam Na atau K sulfit. Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba sehingga membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim mikroba. 2. Zat pengawet organik Zat pengawet organik lebih banyak digunakan dari pada yang anorganik, karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida. Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimia, selain persyaratan yang dituntut untuk semua bahan tambahan pangan, antara lain Cahyadi, 2008: Universitas Sumatera Utara a. Memberi arti ekonomis dari pengawetan menguntungkan b. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak tersedia. c. Memperpanjang umur simpan dalam pangan. d. Tidak menurunkan kualitas warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan. e. Mudah dilarutkan. f. Aman dalam jumlah yang diperlukan. g. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan h. Tidak bereaksi membentuk senyawa kompleks yang bersifat lebih toksik. Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut Cahyadi, 2008: a. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun yang tidak patogen. b. Memperpanjang umur simpan pangan. c. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan. d. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah. e. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan. f. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan. Universitas Sumatera Utara

2.6.5. Dampak Penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Diizinkan Terhadap Kesehatan

Dokumen yang terkait

Higiene Dan Sanitasi Serta Perilaku Karyawan Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Lingkungan Terminal Pelabuhan Roro Kota Dumai Tahun 2012

3 49 114

HIGIENE DAN SANITASI PANGAN

0 2 2

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 14

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 2

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

1 4 7

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 10

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 2

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Higiene Sanitasi Makanan 2.1.1. Pengertian Higiene - Higiene Sanitasi Pembuatan dan Analisis Keberadaan Tawas Serta Pengawasan dan Distribusi Ikan Asin Kota Sibolga Tahun 2012

0 1 38

HIGIENE SANITASI PEMBUATAN DAN ANALISIS KEBERADAAN TAWAS SERTA PENGAWASAN DAN DISTRIBUSI IKAN ASIN KOTA SIBOLGA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

0 0 16