Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 siswa sehingga takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang
kurang dipahami. Selain itu penggunaan media dalam proses pembelajaran masih terbatas, guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media untuk
menggambar pada saat menerangkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pembelajaran konvensional, aktifitas pembelajaran di kelas seluruhnya
dikendalikan guru dan siswa cenderung dianggap sebagai obyek yang hanya menerima materi pembelajaran. Model pembelajaran yang seperti ini akan
membuat siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran dan aktifitas belajar siswa menjadi rendah karena guru tidak mengajak siswa untuk belajar
bersama. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran Wina Sanjaya, 2009: 147. Oleh karena itu, untuk setiap pertemuan pembelajaran perlu dirancang
sebuah siklus pembelajaran yang menarik dan memungkinkan siswa lebih termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu, ada perasaan membantu orang lain,
berkompetisi secara sehat dan bekerja secara individu lebih terarah. Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh siswa
adalah model pembelajaran kolaboratif. Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning” SCL. Pada model
ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok. Dalam pembelajaran kolaboratif kelas akan dibagi
menjadi beberapa timkelompok, kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari lima atau enam siswa pada setiap kelas dengan anggota-anggota kelompok
5 yang sedapat mungkin tidak bersifat homogen. Artinya, anggota-anggota suatu
kelompok diupayakan terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang relatif aktif dan yang kurang aktif, siswa yang relatif pintar dan yang kurang
pintar. Dengan komposisi sedemikian itu dapat diharapkan terlaksananya peran tutor beserta tutee antar teman dalam setiap kelompok. Setelah
dilakukan pengelompokkan, lalu guru memberi tugas, misalnya dengan memberi permasalahan agar dipecahkan oleh kelompok tersebut. Dengan
masalah yang diperoleh, semua anggota kelompok harus berusaha untuk menyumbangkan kemampuan berupa ilmu, pendapat ataupun gagasannya.
Dari perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, lalu setiap anggota saling bertukar pikiran dan melakukan diskusi kelompok.
Dengan begitu, siswa yang semula mempunyai prestasi rendah, lama kelamaan akan dapat menaikkan prestasinya karena adanya proses
transformasi dari siswa yang memiliki prestasi tinggi kepada siswa yang prestasinya rendah. Setelah selesai melakukan diskusi dan menyusun laporan,
lalu setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat salah satu kelompok melakukan presentasi, maka kelompok lain mengamati,
mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Setelah selesai melakukan presentasi, lalu terjadi proses tanya-jawab antar
kelompok. Kelompok yang melakukan presentasi akan menerima pertanyaan, tanggapan ataupun sanggahan dari kelompok lain. Dengan pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain, anggota kelompok harus bekerjasama secara kompak untuk menanggapi dengan baik.
6 Dengan mempertimbangkan beberapa permasalahan yang telah
diuraikan di atas, maka akan diteliti pengaruh strategi pembelajaran kolaboratif terhadap mata pelajaran membaca gambar teknik pada program
keahlian Teknik Pemesinan di SMK Muhammadiyah Prambanan.