Peran Guru Pengertian Dan Peran Guru

Peran guru sebagai pembimbing. Kepribadian setiap siswa beragam dari bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Disamping itu manusia adalah makhluk yang sedang berkembang dan perkembangan para siswa itu tidaklah sama. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Disinilah peran guru membimbing para siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka. Peran guru sebagai motivator, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi di karenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa. Diantaranya dengan memperjelas tujuan yang ingin di capai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam belajar, memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa, berikan penilaian, berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa, dan ciptakan persaingan dan kerjasama antar siswa dan guru. Peran guru sebagai evaluator. Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan fungsinya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah di programkan. Dari beberapa pendapat di atas, maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu, a Informator; b Organisator; c Motivator; d PengarahDirector; e Inisiator; f Transmitter; g Fasilitator; h Mediator, dan; i Evaluator 8 , secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: Guru sebagai informator harus dapat memberikan informasi-informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi dari guru adalah racun siswa. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, pengusaan bahasalah sebagai kuncinya. Didukung dengan pengusaan bahan yang akan diberikan kepada siswa. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan siswa dan mengabdi untuk anak didik. Guru sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengolahan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa. Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bersemangat dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi siswa malas belajar dan menurun prestasinya disekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatifnya tidak mustahil ada diantara siswa yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan siswa. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada siswa untuk lebih bergairah dalam 8 Sardiman A.M, op. cit., h. 142. belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri. Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing siswa menjadi manusia dewasa. Tanpa bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan siswa menyebakan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan siswa semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat siswa belum mampu berdiri sendiri mandiri. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide- ide itu merupakan ide-ide yang kreatif yang dapat dicontoh oleh peserta didiknya. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai dengan kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetus ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan. Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang utama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari susuatu yang sedang diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Selain itu juga, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi kegiatan belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif. Guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya dengan menengahi atau memberikan jalan keluar atau kemacetan dalam kegiatan diskusi kelas. Mediator juga diartikan sebagai penyedia media, cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media. Kecenderungan guru dalam perannya sebagai evaluator, guru harus mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana siswanya berhasil atau tidak. Dari semua peranan guru yang di jelaskan di atas, pada hakikatnya peranan guru di sekolah ialah membimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain tugas dan peranan guru bukan hanya mengajar akan tetapi juga mendidik. Guru berperan dalam proses pembelajaran dalam hal mengajar dan mendidik, guru juga mempunyai tugas managerial didalam kelas, yaitu guru bertugas membina disiplin dan menyelenggarakan tata usaha kelas. Disiplin kelas yang di maksud adalah tata tertib kelas, yaitu guru dan siswa dalam satu kelas taat dalam tata tertib yang telah ditetapkan dengan sebenar- benarnya. Menurut Sardiman A.M, Guru berperan untuk memberikan motivasi dengan cara: a. Hadiah, hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi. b. Pujian, apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baikperlu dierikan pujian. Pujian ini adalah bentuk Reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. c. Hukuman, hukuman sebagai reinforment yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa jadi alat motivasi. d. Memberi ulangan dan nilai. e. Bekerjasama. 9 Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk menigkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti kewenangan kekuasaan untuk menentukan memutuskan sesuatu. 10 Sedangkan Menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10, k ompetensi adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. 11 Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru menurut Nurhalda dan Radito, sebagaimana dikutip oleh Yunus Abu Bakar, yaitu: “a memiliki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; b mempunyai sifat yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, rekan sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; c menguasai bidang studi yang diajarkan; d mempunyai keterampilan mengajar ”. 12 Sementara itu, menurut Soedijarto, sebagaimana dikutip oleh Yunus Abu Bakar, kompetensi guru profesional meliputi: “a merancang dan merencanakan program pembelajaran; b mengembangkan program 9 Ibid., h. 144. 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 11 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10 12 Yunus Abu Bakar, dkk., Profesi Keguruan, Learning Assistance Program for Islamic Schools: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009, h. 10. pembelajaran; c mengelola pelaksanaan program pembelajaran; d menilai proses dan hasil pembelajaran, e mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran ”. 13 Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 kompetensi guru meliputi “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. 14 a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik meliputi hal-hal sebagai berikut: 1 Pemahaman terhadap peserta didik a Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip perkembangan kognitif b Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip- prinsip perkembangan kepribadian c Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik 2 Perencanaan pembelajaran a Memahami landasan pendidikan b Menerapkan teori belajar dan pembelajaran c Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar d Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih 3 Pelaksanaan pembelajaran a Menata latar setting pembelajaran b Melaksanakan pembelajaran yang kondusif 13 Ibid. 14 Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1. 4 Mengevaluasi hasil belajar a Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan b Menganalisis hasil evaluasi proses belajar dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar c Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum 5 Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki a Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi akademik b Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik b. Kompetensi kepribadian, kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, berakhlak mulia, dewasa, arif, berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik 1 Kepribadian yang mantap dan stabil a Bertindak sesuai dengan norma hukum b Bertindak sesuai dengan norma sosial c Bangga sebagai guru d Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma 2 Berakhlak mulia dan menjadi teladan a Bertindak sesuai dengan norma religius iman, taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong b Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik 3 Kepribadian yang dewasa a Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b Memiliki etos kerja sebagai guru 4 Kepribadian yang arif a Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b Menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak 5 Kepribadian yang dewasa a Memiliki perilaku yang berpengaruh terhadap peserta didik b Memiliki perilaku yang disegani c. Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 1 Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik 2 Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan pendidik dan tenaga kependidikan 3 Mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar d. Kompetensi profesional, Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam, yang mencakup penguasaan materi, kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. 1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi a Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b Memahami hubungan konsep antara mata pelajaran terkait c Menerapkan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari 2 Menguasai struktur dan metode keilmuan a Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi b Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar. Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Selain sebagai pendidik dan pengajar juga guru punya peran sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. 15 Menurut Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, peran dan kewajiban guru adalah: a. Menanamkan aqidah yang benar dan memantapkan kualitas iman siswa pada proses belajar mengajar; b. Memberikan nasihat kepada peserta didik; c. Lembut kepada anak didik dan mengajarnya dengan metode yang bagus; d. Tidak menyebutkan nama secara langsung ketika memberi teguran; e. Memberi salam kepada anak didik sebelum dan setelah pelajaran; f. Menerapkan sistem sanksi pada saat mengajar; g. Memberikan penghargaan kepada anak didik. 16 15 Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit, h.254 16 Fu‟ad bin Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru Panduan Lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah, Jakarta: Darul Haq, 2013, cet. Ke-5, h. 53-84

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi memainkan peran yang penting dalam proses pembelajaran karena belajar adalah suatu kegiatan yang aktif, menuntut usaha yang sengaja, dan dilakukan dengan penuh kesadaran. 17 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, motif adalah “alasan sebab seseorang melakukan sesuatu ”. Sedangkan motivasi adalah “dorongan yg timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. 18 M otivasi berasal dari kata motif yang berarti “segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”. Dalam bahasa Inggris kata motivasi adalah berasal dari kata “motivation” yang berarti “daya batin atau dorongan”. Istilah motivasi berasal dari kata “Motif” yang diartikan segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Motivasi juga dikatakan sebagai keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. 19 Secara etimologi kata motivasi berasal dari bahasa Inggris, “to motive”, “to provide”, yang artinya memberi alasan untuk berbuat sesuatu dengan tujuan. Secara terminologi motivasi diartikan sebagai suatu persiapan untuk menunjang terwujudnya perbuatan sadar untuk mencapai tujuan tertentu. 20 Dengan demikian, motivasi merupakan perwujudan dari potensi motif dalam diri individu yang akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku nyata, selaras dengan situasi yang dihadapinya. Jadi dapat dikatakan bahwa motivasi adalah kuatnya dorongan dari dalam diri yang membangkitkan semangat pada makhluk hidup, dan kemudian dalam hal itu menciptakan 17 Dina Mustafa, Memotivasi Mahasiswa Untuk Kuliah dan Belajar Sepanjang Hayat, Jakrta: Pusat Antar Universitas, 2001, cet. Ke-1, h.2 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia 19 A. Fatih Syuhud, “Meningkatkan Motivasi Belajar”, diakses pada 11 Juni 2015 dari http:eprints.walisongo.ac.id121754101103_Bab2.pdf 20 Ibid. adanya tingkah laku dan mengarahkan pada suatu tujuan atau tujuan-tujuan tertentu pula. Dari beberapa pengertian tentang motivasi yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu dan memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Pengertian seperti di atas didasarkan pada suatu pemikiran bahwa manusia berbuat mungkin karena faktor-faktor dari luar dirinya atau karena faktor-faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Perbuatan- perbuatan itu mungkin juga terjadi karena gabungan kedua faktor tersebut. Dari beberapa uraian diatas tentang motivasi, beberapa ahli juga berpendapat sebagaimana dikutip Sardiman A.M, motivasi adalah “perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. 21 Sedangkan Hamzah B. Uno, menurutnya motivasi merupakan “suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. 22 Berbeda dengan Jeanne Ellis Ormrod, menurutnya motivasi adalah “sesuatu yang menghidupkan energize, mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak”. 23 Selain itu ada beberapa pendapat menurut para ahli tentang pengertian motivasi sebagaimana dikutip Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, antara lain: 21 Sardiman.A.M, op. cit., h.73. 22 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, cet. Ke-3, h. 9. 23 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2008, jilid 2, h. 58. a. Menurut Echols dan Shadily, motivasi didefinisikan sebagai “penguat alasan, daya batin, dorongan”. b. Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donelly, motivasi adalah “konsep yang menguraikan kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku”. c. Menurut Sedarmayanti, motivasi adalah “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan”. d. Menurut Hasibuan, motivasi adalah “pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan”. e. Menurut Gibson, motivasi adalah “kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku”. 24 Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat terjadi karena adanya dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang, dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang diinginkan oleh seseorang itu dapat tercapai. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai tenaga pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu motivasi merupakan bagian yang sangat penting dalam diri seseorang untuk mencapai suatu prestasi.

2. Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran, terdiri dua kata yang hampir sama namun memiliki arti yang sedikit berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, 24 Pupuh Faturrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, Bandung: PT Refika Aditama, 2012, cet. Ke-1, h.52-53. belajar adalah “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” sedangkan pembelajaran adalah “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. 25 Jadi dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara. Sedangkan pembelajaran adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu nantinya. Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dalam kegiatan sehari- hari baik secara disadari ataupun tanpa disadari, kita pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar kita. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi lebih baik. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Tidak jauh berbeda dengan uraian diatas tentang pengertian belajar, menurut W.S. Winkel, belajar ialah “suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap ”. 26 25 Kamus Besar Bahasa Indonesia 26 W.S.Winkel, op. cit., h.53.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Upaya guru IPS dalam memotivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS: studi kasus di SMP Fathilah Pondok Pinang Jakarta selatan

6 33 85

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU PADA Motivasi Belajar Ditinjau dari Kompetensi Guru dan Lingkungan Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Kartasura Tahun Ajaran 20

0 3 12

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU Motivasi Belajar Ditinjau dari Kompetensi Guru dan Lingkungan Belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Kartasura Tahun Ajaran 2014/2

0 2 18

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 MOJOGEDANG PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 16

PELAKSANAAN MODEL INQUIRY SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS

0 0 15

PERAN GURU DALAM MEMOTIVASI SISWA YANG KESULITAN BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PKN DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 PALU

0 0 9