Latar Belakang ANALISA KINERJA JARINGAN DAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PDAM KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan unsur utama bagi proses kehidupan dibumi ini. Tidak akan ada kehidupan tanpa ada air. Dalam kehidupan, air juga hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit listrik, transportasi, sanitasi Kota dan sebagainya. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak dan dijaga terhadap pencemaran. Namun pada kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari dan disia-siakan. Hampir separo penduduk dunia dan hampir seluruhnya dinegara berkembang menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan air, atau oleh air yang tercemar. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, 2 miliar orang kini menyandang resiko menderita penyakit murus yang disebabkan oleh air dan makanan. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian lebih dari 5 juta anak-anak setiap tahun. Kelangkaan air sungguh ironis dengan predikat Bumi sebagai Planet Air lantaran 70 permukaan bumi tertutup air. Namun, sebagian besar air di Bumi merupakan air asin dan hanya sekitar 2,5 saja yang berupa air tawar. Itu pun tidak sampai 1 yang bisa dikonsumsi, sedangkan sisanya merupakan air tanah yang dalam atau berupa es di daerah Kutub. Dengan keterbatasannya ini, sungguh keliru kalau orang mengeksploitasi air secara berlebih. Mereka memanfaatkan air seolah-olah air berlimpah dan merupakan barang bebas. Padahal semakin terbatas jumlahnya, berlakulah hukum ekonomi, bahwa air merupakan benda ekonomis. Buktinya, kini orang rela bersusah-susah dan mau membayar mahal untuk membeli air ketika terjadi krisis air. Dibawah ini ada dua contoh kasus krisis air bersih di yang terjadi di perkotaan dan di pedesaan sumber : http:waterforgeo.blogspot.com201101makalah-krisis-air-bersih- di-indonesia : Contoh Kasus Krisis Air Bersih di Perkotaan : Pertengahan Februari 2007, warga di kawasan Jakarta Utara mengeluhkan kenaikan harga air yang sangat tinggi. Seperti dilaporkan sejumlah media, harga air bersih di sebagian wilayah Jakarta Utara naik sampai lima kali lipat dari harga sebelumnya. Di 2 Kelurahan Rawa Badak Jakarta Utara, semula harga air per gerobak isi 6 jerigen hanya 10 ribu, sekarang naik menjadi 50 ribu. Kelangkaan dan kenaikan harga air gerobakan itu terjadi akibat terputusnya aliran PAM. Kelangkaan air di sejumlah Kelurahan Jakarta Utara itu selain menimpa Rawa Badak, juga terjadi di Kelurahan Sungai Bambu dan Kebon Bawang. Contoh Kasus Krisis air bersih di Pedesaan : Di Kampung Legok Pego di Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Warga disana kebanyakan menampung air hujan dari atap rumah ke dalam jerigen-jerigen plastik untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Menurut Kepala Dusun Kampung Legok Pego Desa Drawati, dulu ada sembilan mata air yang terletak di perbukitan dan bisa mengalirkan air saat kemarau. Tapi sekarang, mata air itu berhenti mengalir. Warga yang membutuhkan air bersih harus berjalan kaki sejauh 3,5 kilo meter ke mata air terdekat. Penyediaan air bersih di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari anggaran, pencemaran, maupun sikap dari masyarakat. Pengelolaan air bersih ini berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat serta perkembangan wilayah dan industri yang cepat. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah Daerah berkewajiban memfasilitasi pembangunan dan pengembangan infrastruktur sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan yang sampai saat ini masih kurang. Kehadiran PDAM dimungkinkan melalui Undang-Undang No. 5 tahun 1962 sebagai kesatuan usaha milik Pemda yang memberikan jasa pelayanan dan menyelenggarakan kemanfaatan umum di bidang air minum. Aktifitas PDAM mulai dari mengumpulkan, mengolah dan menjernihkan, sampai ke mendistribusikan air ke pelanggan. Tingkat kehilangan atau kebocoran air PDAM di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa PDAM memiliki tingkat kebocoran air hanya 20 bahkan kurang, tetapi banyak juga yang mencapai 60 atau lebih. Menurut data resmi Departemen Pekerjaan Umum BPPSPAM, 2009, rata-rata kehilangan air PDAM di Indonesia mencapai sekitar 37. Penyediaan air bersih di Kabupaten Semarang dimulai sejak tahun 1932, pada zaman Pemerintahan Belanda, melalui pengambilan air baku dari mata air dan dari sumur dalam. Pada perkembangan selanjutnya, untuk penyediaan air minum di Kabupaten 3 Semarang selanjutnya dibentuk Unit I Air Minum Perusahaan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1980 tanggal 11 Desember 1980, Pemerintah Daerah membentuk Perusahaan Daerah tersendiri sehingga pengelolaan Air Minum di Kabupaten Semarang diubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Semarang. Berdasarkan datainformasi dari Humas PDAM Kabupaten Semarang, sampai dengan akhir tahun 2010 belum semua desakelurahan di wilayah Kota Ungaran yang terlayani air bersih PDAM. Dari 21 desakelurahan di Kota Ungaran, baru 10 desakelurahan yang sudah terlayani air bersih PDAM. Dari 10 desakelurahan tersebut, PDAM Kabupaten Semarang baru mampu memenuhi kebutuhan air bersih pelangganmasyarakatnya sebesar ± 50, dan apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk seluruhnya di Kota Ungaran, PDAM Kabupaten Semarang baru dapat melayani pelanggannya sebesar ± 30. Prosentase pelayanan ini masih sangat rendah dibandingkan dengan Standar Pelayanan Air Bersih menurut Keputusan MENKIMPRASWIL No.534KPTSM2001 sebesar 55 – 75 . Selain masih rendahnya prosentase pemenuhan pelayanan tersebut, dari data Laporan Produksi Distribusi Air Sumber : Bagian Teknik PDAM Kab. Semarang menunjukkan bahwa PDAM Kabupaten Semarang juga mengalami beberapa permasalahan lain, sebagai berikut : a. Dari beberapa sumber air baku yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Ungaran, tercatat kapasitas debit air terpakai sebesar 142,57 literdetik dari debit air yang terpasang sebesar 168,00 literdetik. Sehingga terdapat debit air yang tidak dipakai sebesar 25,43 literdetik atau sebesar 15,14 Laporan Distribusi Air, 2010 b. Jumlah distribusi air yang dapat dipertanggungjawabkan adalah sebesar 2.914.645 m 3 pada Tahun 2010 dari jumlah produksi air yang didistribusikan sebesar 4.384.456 m 3 . Hal ini menunjukkan bahwa angka kebocoran masih tergolong tinggi, yaitu 1.469.811 m 3 atau sebesar 33,52 . c. Besarnya tarif rata-rata air bersih tergolong tinggi adalah Rp. 2463,-m3. Berdasarkan data laporan pengaduan pelanggan pada tahun 2010 keluhan-keluhan seperti sambungan pelanggan, distribusi, kesalahan rekening dan pelayanan, angkanya 4 mencapai + 500. Tabel 1.1 menunjukkan jenis dan jumlah keluhan pelanggan PDAM Kabupaten Semarang. Tabel 1.1 Keluhan Pelanggan Terhadap Kinerja PDAM Kabupaten Semarang No. URAIAN TAHUN 2010 PENGADUAN TERTANGANI I. SAMBUNGAN PELANGGAN a. Meter Air - Angka meter tidak valid - hilang, mati, rusak 50 50 - segel tera segel hilang 1 1 - box meter tidak ada b. Kerusakan pipa dinas dan aksesories 344 344 c. Pencurian air d. Kartu meter langganan tidak ada e. Pelanggan tidak mau diputus

II. DISTRIBUSI

a. Air tidak ngalirmati 20 20 b. Aliran air keciltidak tetap 7 7 c. Kualitas air 3 3 d. Valve bocor rusak 9 9 e. Pipa distribusi bocorrusak 90 90 f. Kondisi gilir 4 4

III. KESALAHAN REKENING

a. Rekening tidak dibuat, hilang, dobel b. Stand meter tidak sesuai, salah baca 3 3 c. Pemakaian air melonjak 11 11

IV. PELAYANAN

a. Sambungan baru, proses sambungan baru, sambungan belum terpasang b. Putus sementaraputus total c. Sambung kembali 1 1 d. Pindah meter, pindah instalasi e. Balik namapindah pemilik 5 5 f. Gol. Pelanggan tarif 2 2 g. Kerusakan instalasi setelah meter air 71 71 h. Tanggapan petugas 4 4 TOTAL 625 625 Sumber : PDAM Kabupaten Semarang, 2010 Berdasarkan data keluhan pelanggan yang terdapat pada Tabel 1.1 diatas, menunjukkan bahwa PDAM Kabupaten Semarang belum menunjukkan performa yang baik. Pelanggan banyak mengeluhkan kondisi perpipaan tidak baik serta distribusi air tidak lancar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengaduan pada sambungan pelanggan, kerusakan pipa, distribusi air tidak lancar, pipa dan valve yang bocor dan kerusakan instalasi. Salah catat rekening maupun respon pengaduan juga terjadi, hanya saja angkanya 5 tidak setinggi keluhan yang bersifat perpipaan. Oleh karena itu, sebaiknya kepuasan pelanggan perlu ditinjau ulang. Melihat kondisi dan kenyataan tersebut, PDAM Kabupaten Semarang menghadapi tantangan untuk meningkatkan kinerja sistem jaringan distribusi air bersih dan pelayanan kepada pelanggannya. Maka untuk mengetahui lebih lanjut sistem pengelolaan air bersih mengenai kinerja jaringan dan tingkat kepuasan pelanggan PDAM Kota Ungaran tersebut, perlu dilakukan suatu studi yang lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah