melakukan pengujian tidak menentukan kelulusan, yang menentukan kelulusan dari BAPETEN. Penguji merupakan tenaga yang berkualifikasi. Apabila hasilnya
sesuai standar maka dikeluarkan sertifikat, apabila tidak sesuai standar maka direkomendasikan untuk diadakan perbaikan atau distandarisasikan. Berdasarkan
hasil studi dokumentasi terdapat Laporan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional dengan tanggal pengujian 10 Desember
2014 oleh Penguji Berkualifikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dan terdapat Sertifikat Pengujian yang diterbitkan pada 13 Oktober 2015 oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sehingga diterbitkan Surat Izin Pemanfaatan Nuklir yang berlaku sampai dengan Tahun 2017 yang diterbitkan
oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Uji kesesuaian pesawat sinar X terdiri atas kolimasi berkas cahaya, uji akurasi tegangan, akurasi waktu penyinaran, linearitas
keluaran radiasi, reproduksibilitas tegangan puncak, kualitas berkas sinar X, kebocoran wadah tabung, dan informasi dosis pasien.
Hal ini sesuai dengan Perka BAPETEN Nomor 9 Tahun 2011 pasal 4 tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar X Radiologi Diagnostik dan Intervensional, pasal 4
setiap orang atau badan yang mengajukan permohonan izin baru, perpanjangan izin, dan memiliki izin penggunaan pesawat sinar X wajib melakukan uji
kesesuiaan pesawat sinar X.
5.1.5.3 Identifikasi Paparan Potensial dan Paparan Darurat
Komponen identifikasi paparan potensial dan paparan darurat terdiri atas 2 poin, sebanyak 2 poin 100 tidak terpenuhi. Gambaran identifikasi paparan
potensial dan paparan darurat lebih rinci sebagai berikut:
5.1.5.3.1 Identifikasi Paparan Potensial dan Paparan Darurat Tidak Terpenuhi 5.1.5.3.1.1 Identifikasi Paparan Potensial dan Darurat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan 1, 2 dan 3 diketahui bahwa belum pernah dilakukan identifikasi paparan potensial dan paparan darurat karena
belum pernah terjadi kecelakaan radiasi. Berdasarkan hasil studi dokumentasi tidak terdapat dokumen identifikasi paparan potensial dapat menjadi paparan
darurat. Hal ini untuk mempertimbangkan kemungkinan kecelakaan sumber atau suatu kejadian atau rangkaian kejadian yang mungkin terjadi akibat kegagalan
peralatan atau kecelakaan operasional sehingga dapat dilakukan pencegahan atau tindakan awal apabila terjadi paparan darurat dengan menganalisis kemungkinan
penyebab kejadian, perhitungan atau kajian dosis yang diterima dan tindakan korektif yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
5.1.5.3.1.2 Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan 1, 2 dan 3 diketahui bahwa belum ada rencana penanggulangan keadaan darurat. Berdasarkan studi
dokumentasi tidak terdapat dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat. Hal ini perlu dilakukan sebagai tindakan protektif radiasi apabila terjadi keadaan
darurat dengan menentukan personil yang melakukan intervensi, sistem koordinasi antar penyelenggara keselamatan radiasi dalam melaksanakan
intervensi, penanggulangan paparan darurat dan pelaporannya. Rencana penanggulangan keadaan darurat dimuat dalam bentuk program proteksi radiasi
yang disusun oleh petugas proteksi radiasi dan diperbarui sesuai dengan kondisi yang terbaru atau sesuai dengan perkembangan radiologi.
5.2 Kelemahan Penelitian
Kelemahan penelitian ini yaitu dokumen mengenai keselamatan radiasi tidak lengkap. Tidak lengkapnya dokumen maka triangulasi teknik tidak sepenuhnya
terpenuhi.