d. Zona Ekonomi Eksklusif ZEE
ZEE adalah wilayah laut dari suatu negara pantai yang batasnya 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Di dalam wilayah ini, negara pantai yang
bersangkutan berhak menggali kekayaan alam lautan serta melakukan kegiatan ekonomi tertentu. Negara lain bebas berlayar atau terbang di atas wilayah itu, serta bebas pula
memasang kabel dan pipa di bawah lautan itu. Negara pantai yang bersangkutan berhak menangkap nelayan asing yang kedapatan menangkap ikan dalam ZEE-nya.
e. Laut Lepas
Pengertian laut lepas menurut pasal 1 konvensi Jenewa tahun 1958, Laut lepas adalah semua bagian laut yang tidak termasuk laut teritorial atau perairan pedalaman suatu
negara. Sedangkan menurut Hukum Laut 1982 dalam pasal 86 menyatakan pengertian laut lepas yaitu semua bagian laut ang tidak termasuk zona ekonomi eksklusif, laut
teritorial atau perairan kepulauan dalam Negara Kepulauan. Kebebasan di Laut Lepas dan Pengecualianya
Pasal 87 Konvensi Hukum Laut 1982 menegaskan bahwa laut lepas adalah terbuka bagi semua Negara baik Negara pantai costal States maupun Negara tidak
berpantai land-locked States. Semua Negara mempunyai kebebasan di laut lepas freedom of the high seas, yaitu sebagai berikut :
1 kebebasan pelayaran freedom of navigation; 2 kebebasan penerbangan freedom of overflight;
3 kebebasan memasang kabel dan pipa bawah laut freedom to lay submarine cables
and pipelines; 4 kebebasan membangun pulau buatan dan instalasi lainnya sesuai dengan hukum
internasional freedom to construct artificial islands and other installations permitted under international law;
5 kebebasan penangkapan ikan freedom of fishing; 6 kebebasan riset ilmiah kelautan freedom of scientific research.
Kebebasan di laut lepas tersebut harus memperhatikan kepentingan Negara lain dalam melaksanakan kebebasan yang sama karena pelaksanaan kebebasan tersebut harus
dilaksanakan untuk tujuan-tujuan damai peaceful purposes dan tidak boleh negara melaksanakan kedaulatannya di laut lepas sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 88-89
Konvensi Hukum Laut 1982. Setiap kapal yang berlayar di laut lepas harus ada kebangsaannya karena ada ikatan antara kapal dengan Negara genuine link dan apabila
kapal menggunakan dua negara atau lebih bendera Negara karena ingin mendapat kemudahan flag of convenience dianggap sebagai kapal tanpa kebangsaan. Pendaftaran
kapal kepada negaranya menurut Konvensi Hukum Laut 1982 ini tidak berlaku bagi kapal-kapal yang digunakan untuk pelaksanakan tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa,
badan-badan dan lembaga khususnya atau bagi Badan Energi Atom Dunia the
International Atomic Energy Agency sebagaimana diatur oleh Pasal 93 Konvensi Hukum Laut 1982.
3. Udara
Pada saat ini, belum ada kesepakatan di forum internasional mengenai kedaulatan di ruang udara. Pasal 1 Konvensi Paris 1919 yang kemudian diganti oleh pasal 1
Konvensi Chicago 1944 menyatakan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif di ruang udara di atas wilayahnya. Mengenai ruang udara air space,
di kalangan para ahli masih terjadi silang pendapat karena berkaitan dengan batas jarak ketinggian di ruang udara yang sulit diukur. Sebagai contoh, Indonesia, menurut Undang-
undang No. 20 Tahun 1982 menyatakan bahwa wilayah kedaulatan dirgantara yang termasuk orbit geo-stationer adalah 35.761 km.
a. Teori Udara Bebas Air Freedom Theory
Penganut teori ini terbagi dalam dua aliran, yaitu kebebasan ruang udara tanpa batas dan kebebasan udara terbatas.
1 Kebebasan ruang udara tanpa batas. Menurut aiiran ini, ruang udara itu bebas dan dapat digunakan oleh siapa pun. Tidak ada riegara yang mempunyai hak dan
kedaulatan di ruang udara, 2 Kebebasan udara terbatas, terbagi menjadi dua. Hasil sidang Institute de
Droit International pada sidangnya di Gent 1906, Verona 1910 dan Madrid 1911.
Setiap negara berhak mengambil tindakan tertentu untuk memeiihara keamanan dan keselamatannya.
Negara kolong negara bawah, subjacent state hanya mempunyai hak terhadap wilayah zona teritorial.
b. Teori Negara Berdaulat di Udara The Air Sovereignity
1 Teori Keamanan. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara mempunyai kedaulatan atas wilayah udaranya sampai yang diperlukan untuk menjaga
keamanannya. Teori ini dikemukakan oleh Fauchille pada tahun 1901 yang menetapkan ketinggian wiiayah udara adalah 1.500 m. Namun pada tahun 1910
ketinggian itu diturunkan menjadi 500 m. 2 Teori Pengawasan Cooper Coopers Control Theory. Menurut Cooper
1951, Kedaulatan negara ditentukan oleh kemampuan negara yang bersangkutan