Metode Pembelajaran 1. Pendekatan Media, AlatBahan, dan Sumber Belajar 1. Media, Alat, dan Bahan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan

Penulisan kalimat tidak padu dan tepat, banyak kesalahan,tidak terdapat unsur kebahasaan teks ulasan fil yaitu kalimat simpleks dan kalimat kompleks. 1 – 4 M E K A N I K Penulisan ejaan Sangat tepat menuliskan ejaan, tidak terdapat kesalahan. 9 – 10 Tepat menuliskan ejaan, ada kesalahan ejaan. 7 – 8 Cukup tepat menuliskan ejaan, ada beberapa kesalahan ejaan, kurang terbaca. 5 – 6 Kurang tepat dalam menuliskan ejaan, ada cukup banyak kesalahan ejaan, kurang terbaca. 3 – 4 Tidak tepat dalam menuliskan ejeaan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak terbaca. 1 – 2 Total nilai maksimal 100 Sumber: Modifikasi Nurgiyantoro 2009: 307-308 Yogyakarta, 25 April 2016 Mengetahui, Guru Mahasiswa Dra. Endang Herpriyatini Fitriani Widyo Putri NIP 19590111 195803 2 009 NIM 12201241012 • Lampiran Teks Ulasan Film Di Balik’ 98 DI BALIK’ 98 MNC Pictures memproduksi sebuah film yang berjudul Di Balik’ 98 yang menggambarkan peristiwa kerusuhan pada tahun 1998. Rakyat Indonesia tentu mengetahui peristiwa yang terjadi tepat pada bulan Mei 1998. Waktu itu adalah waktu yang sangat genting bagi tahta kepresidenan Soeharto dan Orde Baru. Film ini bukan hanya menggambarkan peristiwa panasnya situasi politik, namun ada cerita yang bisa dipetik nilai kemanusiannya. Berawal dari tokoh Diana yang diperankan oleh Chelsea Islan, seorang mahasiswi Trisakti yang memutuskan untuk menjadi demonstran. Menurutnya, masa kekuasaan Soeharto harus segera diakhiri. Diana memutuskan untuk menjadi demonstran bukanlah keputusan yang tepat, mengingat Diana yang kini tinggal dengan kakaknya, Salma yang diperankan oleh Ririn Ekawati merupakan seorang pegawai Istana Negara. Bahkan, suami Salma atau bisa dikatakan kakak ipar Diana adalah Bagus yang diperankan oleh Donny Alamsyah, seorang Letnan Dua, Angkatan Darat. Sejak awal krisis moneter, Diana sudah menjadi bagian dari gerakan gabungan seluruh mahasiswa Indonesia yang menuntut turunnya Presiden Soeharto. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari ketakutan masyarakat yang puncaknya terjadi saat tanggal 13-14 Mei 1998, di mana empat orang mahasiswa tertembak mati oleh aparat. Presiden Soeharto yang diperankan oleh Amoro Katamsi memutuskan untuk pergi ke Kairo menghadiri KTT G-15 di tengah kondisi yang sangat kacau. Sementara wakil presiden B.J Habibie, dikejutkan oleh insiden penembakan di Trisakti yang berbuntut kerusuhan besar. Kemarahan bukan hanya milik Diana, tetapi juga Bagus, kakak iparnya. Bagus mengetahui istrinya sedang hamil tua, namun Bagus harus tetap melaksanakan perintah atasan demi menjaga keamanan wilayah di berbagai titik di Jakarta. Semakin runyam hati Bagus saat mengetahui istrinya tidak ada di Istana, karena pergi mencari Diana yang sudah bebrapa hari tidak ada kabar dan tidak pulang ke rumah. Semuanya kian pelik ketika Daniel yang diperankan oleh Boy William, kekasih Diana. Daniel, seorang keturunan Tionghoa yang juga harus merasakan pedihnya hari-hari kala itu. Ayah dan adiknya menghilang dalam kerusuhan 14 Mei 1998. Bahkan, Daniel juga nyaris terjebak sweeping warga dalam penyaringan orang-orang Non Pribumi yang saat itu menjadi puncak isu rasial di Indonesia. Peristiwa kerusuhan 14 Mei 1998 juga berdampak pada rakyat menengah ke bawah yang harus turut merasakan bagaimana imbas politik yang terjadi. Film yang dirilis pada 15 Januari 2015 lalu ini bukanlah film politik, tetapi film drama keluarga, percintaan, yang dibalut dengan latar belakang peristiwa kerusuhan 14 Mei 1998. Film ini memiliki paradigma yang berbeda dengan peristiwa kerusuhan yang terjadi delapan belas tahun silam. Cerita sejarah yang dibumbui fiksi berupa kisah Diana, Daniel, dan yang lainnya, akan melengkapi film Di Balik’ 98 menjadi lebih sempurna. Kisah genting tahun 1998 memang sampai saat ini masih terkenang dengan baik, khususnya bagi mereka yang mengalami atau menyaksikan langsung peristiwa tersebut. Lukman Sardi, sang sutradara mengemas film ini dengan mencoba melihat problematika lain saat peristiwa kerusuhan yang terjadi 14 Mei 1998 untuk diketahui masyarakat. Kehadiran Chelsea Islan yang