snowball throwing karena membuat pembelajaran tidak membosankan dan menjadi lebih tahu soal-soal yang bervariasi.
B. Pembahasan
Salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal adalah penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Kurangnya inovasi
dalam proses
pembelajaran menyebabkan
pembelajaran menjadi
membosankan dan siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu siswa hanya cenderung menerima materi yang
disampaikan oleh guru. Untuk itulah pada kesempatan penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran snowball throwing untuk meningkatkan
hasil belajar siswa serta melatih ketrampilan siswa dalam membuat dan menyelesaikan suatu pertanyaan. Subyek yang peneliti gunakan adalah siswa
kelas 8A SMP N 1 Kalasan, dimana kelas 8A ini adalah kelas khusus olahraga KKO. Kelas khusus olahraga adalah kelas dimana mayoritas siswanya lebih
aktif dalam bidang olahraga. Selain itu kelas khusus olahraga ini memiliki jam pelajaran olahraga lebih banyak dibandingkan kelas regular lainnya.
Selama pembelajaran berlangsung masih terapat pula siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan, beberapa siswa aktif tidak dalam hal
pelajaran melainkan mereka ramai sendiri didalam kelas, mengobrol dengan teman-temannya bahkan ada siswa yang tertidur saat didalam kelas. Berikut
adalah pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang sudah peneliti laksanakan :
1. Hasil Belajar
a. Kognitif
Penelitian di SMPN 1 Kalasan ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2017. Pada penelitian ini berlangsung 2 siklus yaitu pada
siklus I membahas tentang materi unsur-unsur kubus dan balok berserta luas permukaan kubus dan balok sedangkan pada siklus II
membahas tentang volume kubus dan balok. Pada siklus I yang telah dilakukan terlihat bahwa siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan
78 sebanyak 16 siswa atau 50 dari keseluruhan siswa kelas 8A KKO. Sedangkan pada siklus II telah terjadi peningkatan sebesar 28
sehingga menjadi 78 dimana siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan bertambah menjadi 25 siswa. Peningkatan hasil belajar
siswa dapat dilihat dalam grafik berikut :
Grafik 4.3 Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
40,94 78,61
73,34 85,86
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
Siklus I Siklus II
Perbandingan Rerata Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
Tes Awal Tes Akhir
Grafik 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus
Adapun untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran snowball throwing berlangsung, berikut
rangkuman hasil perhitungan berdasarkan presentase kategori.
Tabel 4.14 Klasifikasi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nilai Siswa Kategori
Frekuensi Persentase
Baik Sekali 5
16 Baik
11 34
Cukup 14
44 Kurang
2 6
Jumlah 32
100
Sumber : Diadaptasi dari Kartika Budi 2001:55 Keterangan :
= Nilai Siswa
Tabel 4.15 Klasifikasi Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus II
3 66
50 78
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Siklus I Siklus II
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Berasarkan KKM
Tes Awal Tes Akhir
Nilai Siswa Kategori
Frekuensi Persentase
Baik Sekali 16
50 Baik
9 28
Sumber : Diadaptasi dari Kartika Budi 2001:55 Keterangan :
= Nilai Siswa
Pernyataan di atas menyatakan bahwa hipotesis awal peneliti tentang penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat
meingkatkan hasil belajar siswa kelas 8A khusus olahraga SMP N 1 Kalasan pada pokok bahasan kubus dan balok tahun ajaran 2017
diterima. b.
Afektif Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, pada
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran snowball throwing dapat diketahui bahwa siswa mampu untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan model snowball throwing. Terjadi suatu perubahan pada siklus I dan siklus II, dimana pada siklus I masih
terdapat banyak siswa yang menanyakan kepada peneliti terkait langkah-langkah pada pembelajaran snowball throwing yang
mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh. Sedangkan pada siklus II, siswa sudah terlihat paham dan mempunyai persiapan akan model
pembelajaran snowball throwing. Siswa juga menjadi lebih kritis ketika bertanya, mampu mengomentari pendapat teman yang kurang
tepat, dan yang pasti siswa siswa menjadi semakin bersemangat
Cukup 6
19 Kurang
1 3
Jumlah 32
100
dalam pembelajaran, soal yang dibuat siswa juga sudah mulai bervariasi. Pada siklus II ini, proses pembelajaran dapat dikatan dapat
berjalan sesuai dengan rencana didukung dengan suasana kelas yang lebih kondusif dan siswa lebih mudah untuk dikondisikan.
Proses pembelajaran dengan model snowball throwing pada materi kubus dan balok di kelas VIII terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II
dimana setiap siklusnya terdiri dari 3x pertemuan. Pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 29 Maret, 30 Maret, dan 4 April. Sedangkan untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 5, 6, dan 11 April 2017. Setiap siklus, pada pertemuan pertama yang dilakukan penelitiadalah pemberian tes awal siklus
pret-test dengan tujuan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi kubus dan balok yang pernah diperoleh sebelumnya. Setelah
pelaksanaan tes awal siklus, pada pertemuan kedua peneliti menerapkan model pembelajaran snowball throwing dan pembelajaran pada pertemuan
ketiga diakhiri dengan tes akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah disampaikan.
Secara lebih umum, pada penelitian ini terbagi menjadi 3 kegiatan utama, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Dalam kegiatan wal
peneliti menyampaikan tujuan, apersepsi, serta motivasi kepada siswa untuk ikut terlibat aktif selama proses pembelajaran. Sedangkan pada kegiatan intu,
peneliti melakukan penerapan model pembelajaran snowball throwing untuk melatih siswa dalam membuat dan menyelesaikan suatu pertanyaan. Pada
kegiatan akhir, peneliti memberikan tes akhir siklus post-test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa.
Apabila dilihat dari segi proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan model snowball throwing secara keseluruhan dapat berjalan dengan baik.
Terdapat 9 langkah dalam pembelajaran snowball throwing pada siklus I masih terdapat beberapa kendala. Kendala yang dialami peneliti antara lain :
1 Masih terdapat beberapa kelompok menanyakan langkah selanjutnya yang
harus dilakukan, padahal diawal sudah peneliti sampaikan langkah- langkah pelaksanaan snowball throwing. Hal ini menjadikan peneliti harus
mengulang penyampaian langkah-langkahnya. Karena beberapa kelompok ingin bertanya menyebabkan suasana kelas menjadi sedikit gaduh.
2 Beberapa pertanyaan yang dibuat oleh siswa kurang bervariasi. Bahkan
terdapat pertanyaan dari siswa yang tidak bermakna. 3
Ketua kelompok dalam memberikan pengarahan kepada anggotanya kurang begitu jelas, hal ini dapat dilihat pada saat proses pelaksanaan
diskusi banyak dari anggota kelompok yang masih bertanya kepada peneliti.
4 Siswa memainkan bola plastik yang seharusnya digunakan dalam
pelemparan pertanyaan yang sudah dibuat. 5
Kurangnya komunikasi peneliti dengan guru mata pelajaran terkait alokasi jam pelajaran, karena pada saat itu juga sedang berlangsung TPM untuk
kelas IX jadi bel tanda istirahat kurang begitu jelas.
Tetapi, berbeda halnya dengan proses pembelajaran pada siklus II. Segala kendala yang dialami pada siklus I dapat teratasi. Pada siklus II proses
pembelajaran dengan model snowball throwing dapat terlaksana dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan. Pada akhir penelitian, peneliti
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menuliskan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran dengen menggunakan model snowball throwing ini.
Banyak siswa yang menyampaikan bahwa model snowball throwing ini adalah suatu hal yang baru bagi mereka. Siswa merasa senang ketika
mengikuti pembelajaran dengan peneliti, pembelajaran tidak menjadi membosankan, inovatif, dan siswa juga menjadi lebih kreatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika.
C. Kelemahan Penelitian