d. Memerlukan waktu yang panjang.
e. Murid yang nakal cenderung berbuat onar.
f. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
Akan tetapi, kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara berikut.
a. Guru menerangkan terlebih dahulu materi yang akan didemontrasikan
secara singkat dan jelas disertai dengan aplikasinya. b.
Mengoptimalisasi waktu dengan cara memberi batasan dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan.
c. Guru ikut serta dalam pembuatan kelompok sehingga kegaduhan bisa di
atasi. d.
Memisahkan grup anak yang dianggap sering membuat gaduh dalam kelompok yang berbeda.
e. Namun, juga tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk
menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok. 6.
Kondisi Belajar
F. Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang terjadi pada aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan metal. Kondisi belajar juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya
“Condition of Learning” menyatakan, “The
occurrence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being pla
ced in a learning situation”. Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan
dalam penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan dalam situasi belajar. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa kondisi belajar
adalah suatu situasi belajar learning situation yang dapat menghasilkan perubahan perilaku performance pada seseorang setelah ia ditempatkan pada
situasi tersebut.
G. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Sudjana, 2004. Hasil belajar yang
icapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan ari luar siswa. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai siswa
berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam berbagai aspek kehidupan.
H. Bangun Ruang Sisi Datar
1. Kubus
a. Pengertian Kubus
Kubus adalah bangun ruang tertutup yang di batasi oleh 6 bidang yang berbentuk persegi.
b. Unsur-unsur Kubus
Unsur-unsur yang terdapat dalam kubus antara lain :
Sisi adalah daerah yang membatasi bagian dalam dan bagian uar kubus
Rusuk adalah garis perpotongan dua sisi pada kubus Titik sudut adalah titik perpotongan tiga buah rusuk pada kubus
Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk berbeda dan terletak pada
satu sisi kubus. Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk yang berbeda dan tidak sebidang.
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk yang berseberangan dan dua diagonal bidang yang saling
berhadapan.
c. Model Kerangka Kubus
Gambar di bawah ini merupakan model dari kerangka kubus beserta keterangannya.
A B
E F
Gambar 2.1.1Bidang ABFE
Diagonal bidangsisi
Rusuk
Titik sudut Bidang diagonal
Diagonal ruang
Gambar 2.1 Model kubus
d. Jaring-jaring Kubus
Jika model suatu bangun ruang diiris pada beberapa rusuknya, kemudian direbahkan sehingga terjadi bangun datar, maka bangun
datar tersebut disebut jaring-jaring. Jaring-jaring kubus merupakan bangun datar yang terdiri dari rangkaian 6 buah persegi yang jika
dilipat-lipat menurut garis persekutuan dua persegi dapat membentuk kubus, tetapi tidak boleh ada bidang yang rangkap atau bertumpuk.
Dengan demikian, tidak semua rangkaian 6 buah persegi merupakan jaring-jaring kubus.
Berikut adalah beberapa kemungkinan rangkaian 6 buah persegi yang dapat menjadi kubus.
Gambar 2.2 Model jaring-jaring kubus
i ii
iii
iv v
vi
vii viii
ix
x xi
e. Diagonal Sisi
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di samping.
Garis merupakan diagonal sisi
. Berdasarkan gambar tersebut kita tahu
bahwa rusuk
, maka siku-
siku di . Oleh karena itu, panjang rusuk
dapat kita cari dengan menggunakan teorema Pythagoras
dimana
f. Diagonal Ruang
Perhatikan gambar
kubus ABCD.EFGH di samping
Garis merupakan diagonal ruang
dari kubus. Oleh karena
dan ,
maka :
Gambar 2.3 Model kubus
Gambar 2.4 Model kubus
Rumus panjang diagonal ruang kubus adalah
g. Jumlah Panjang Rusuk Kubus
Suatu kubus dengan panjang sisi banyaknya rusuk pada kubus tersebut
adalah .
sehingga, jumah panjang rusuk kubus
h. Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh permukaan bidang pada bangun ruang tersebut. Untuk kubus yang panjang
rusuknya , maka :
i. Volume Kubus
Rumus volume kubus dengan panjang rusuk
adalah:
Gambar 2.5 Model kubus
2. Balok
a. Pengertian Balok
Balok adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh enam buah bidang berbentuk persegi panjang.
b. Unsur-unsur Balok
Unsur-unsur yang terdapat dalam balok antara lain : Bidang sisi adalah daerah yang membatasi bagian dalam dan
bagian luar balok Rusuk adalah garis perpotongan dua sisi pada balok
Titik sudut adalah titik perpotongan tiga buah rusuk pada balok Diagonal sisi adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik
sudut yang terletak pada rusuk-rusuk berbeda dan terletak pada satu sisi balok.
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam suatu ruang balok.
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk yang bersebrangan dan dua diagonal bidang yang saling
berhadapan tak sebidang dalam suatu ruang balok.
c. Model Kerangka Balok
Gambar di bawah ini merupakan model dari kerangka kubus beserta keterangannya.
d. Jaring-jaring Balok
Model balok pada Gambar 7 diiris beberapa rusuknya dan kemudian
direbahkan maka akan diperoleh jaring-jaring balok. Berikut adalah
beberapa model jaring-jaring balok.
Bidang TUVW Bidang diagonal
Rusuk Titik sudut
Diagonal sisi Diagonal Ruang
Gambar 2.6 Model balok
Gambar 2.7 Model balok
e. Diagonal Sisi
Perhatikan gambar
balok di samping.
Garis merupakan diagonal
sisi .
Berdasarkan gambar tersebut kita tahu bahwa
rusuk , maka
siku-siku di . Oleh karena itu, panjang diagonal
dapat kita cari
dengan menggunakan
teorema Pythagoras dimana
Gambar 2.9 Model balok Gambar 2.8 Model jaring-jaring balok
i ii
iii iv
v vi
f. Diagonal Ruang
Perhatikan gambar
balok di samping
Garis merupakan diagonal
ruang dari
kubus. Oleh
karena dan
, maka :
Rumus panjang diagonal ruang balok
adalah :
g. Panjang Rusuk Balok
Gambar 2.10 Model balok
Gambar 2.11. Model kerangka balok
Untuk balok
berukuran maka :
Jumlah panjang rusuk balok
h. Luas Permukaan Balok
Untuk balok berukuran maka :
Luas permukaan balok = 2 pl + pt + lt
i. Volume Balok
Untuk balok berukuran maka :
I. Penelitian yang Revelan
1. Julianti 2015 dalam penelitiannya yang berjudul “Model Pembelajaran
Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Keaktifan, Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Dasar Otomotif Kelas X di SMKN 1
Sedayu Bantul” menemukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing keaktifan siswa meningkat sebesar
20 dari 75 menjadi 95. Selain itu, hasil belajar siswa kelas X D SMKN 1 Sedayu pada mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif
mengalami peningkatan sebesar 43,5 dari 32,48 menjadi 90,32.
2. Rizky 2015 dalam penelitiannya tentang penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing melalui pendekatan kontekstual berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa matematika siswa
kelas VII SMP Adabiyah Palembang menemukan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing rata-rata nilai postest
kelas eksperimen sebesar 85,3 sedangkan nilai rata-rata postest kelas kontrol sebesar 74,9. Selain itu dapat dilihat dari uji hipotesis n-gain
dengan uji t, diperoleh t
hitung
= 2,948 sedangkan t
tabel
= 1,668 sehingga t
hitung
t
tabel,
maka H ditolak dan H
a
diterima. 3.
Kurniawati 2016 dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B SMP Budi Mulia Minggir Sleman
Tahun Ajaran 20152016” menemukan bahwa motivasi siswa mengalami peningkatan dari 65 menjadi 85. Sedangkan untuk
ketercapaian hasil belajar aspek afektif menunjukan peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 75 menjadi 100 dan termasuk
kategori tinggi. 4.
Sartika dkk 2015 dalam artikelnya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Pembelajaran Fisika Siswa
Kelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran 20142015” diperoleh hasil bahwa t
hitung
= 2,412 lebih besar dari pada t
tabel
= 1,699 yang berarti H ditolak dan H
a
diterima. Terjadi peningkatan
hasil belajar siswa antara pretest dan posttest yaitu sebesar 0 menjadi 80 dari 0 siswa yang mencapai nilai minimum menjadi 24 siswa yang
mencapai nilai minimum . Dengan demikian hasil belajar fisika
siswa tuntas setelah penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dikelas VII SMP Negeri Muara Batang Empu Tahun Pelajaran
20142015.
J. Kerangka Berfikir
Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangatlah dipengaruhi oleh metode pengajaran yang guru sampaikan. Kurangnya inovasi dalam proses
pembelajaran menjadikan siswa merasa jenuh dengan pelajaran tersebut sehingga menjadikan hasil belajarpun kurang memuaskan. Kurniawati 2016
dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Limas Kelas VIII-B
SMP Budi Mulia Minggir Sleman Tahun Ajaran 20152016” menemukan bahwa terapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII-B SMP
Budi Mulia Minggir pada materi bangun ruang sisi datar limas. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing pada kelas VIII-A Khusus Olahraga KKO di SMP N 1 Kalasan pada pokok bahasan kubus dan balok. Dengan
penerapan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas khusus olahraga KKO.
Berdasarkan pemikiran diatas, berikut adalah bagan dari penjelasan pemikiran diatas :
Siswa Kelas VIII-A Khusus Olahraga
KKO
Observasi
Hasil Observasi : 1.
Kurangnya inovasi
dalam pembelajaran
2. Pembelajaran yang monoton 3. Guru menggunakan metode ceramah
4. Rata-rata hasil belajar siswa yang
masih rendah
Pembelajaran dengan penerapan model
Snowball Throwing
Hasil Belajar Siswa Gambar 2.11 Kerangka Berfikir
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas dimana untuk proses pengolahan data menggunakan teknik analisis kualitiatif.
Analisis kualitiatif digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan siswa, proses pembelajaran serta hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas PTK
menurut Saur Tampubolon dalam Imas dan Berlin, 2014 adalah suatu pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata berupa siklus melalui
proses kemampuan mendeteksi dan memecahkan masalah. Jenis penelitian tindakan kelas ini dipilih karena penelitian tindakan kelas merupakan salah
satu teknik agar pembelajaran yang dikelola peneliti selalu mengalami peningkatan melalui perbaikan secara terus menerus. Peningkatan hasil belajar
siswa dikarenakan pada penelitian tindakan kelas terdapat proses refleksi diri self reflection yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan
– kelemahan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Proses perbaikan
dilakukan melalui perencanaan dan pengimplementasian dalam proses pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang telah disusun.
Berdasarkan pengertian dari Carr dan Kemmis Suyadi 2013:21 dapat digaris bawahi beberapa poin penting tentang PTK, yakni :
1. PTK adalah bentuk inquiry atau penyelidikan yang dilakukan
melalui refleksi.