5. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan antara μi dan μj tidak ada korelasinya.
6. Antara μ dan X saling bebas, sehingga cov μ
i
, μ
j
= 0. 7.
Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antar variabel bebas. 8.
Jumlah observasi, n, harus lebih besar daripada jumlah parameter yang diestimasi jumlah variabel bebas.
9. Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda tidak boleh
sama semua. 10.
Model regresi telah dispesifikkan secara benar. Pada regresi berganda ini, variabel terikat dapat diwakili oleh Y dan variabel
bebas oleh X. Pada analisis regresi berganda X dengan notasi bawah digunakan untuk mewakili variabel-variabel bebas. Variabel terikatnya dinyatakan dengan Y,
dan Variabel bebasnya dinyatakan dengan X
1
, X
2
, ... X
n.
. Hubungan antara X dan Y dapat disebut sebagai model regresi berganda. Pada model regresi berganda,
respon mean dibuat menjadi fungsi linier dari variabel penjelas explanatory. Regresi berganda yang menguhubungkan variabel dependen Y dengan
beberapa variabel independen X
1
, X
2
, ... X
n
memiliki formula secara umum Ramanathan, 1997 :
Y
t
= β
1
X
t1
+ β
2
X
t2
+ ... + β
k
X
tk
+ u
t
Tanda ‘t’ merupakan jumlah observasi dan bervariasi dari 1 sampai n. Pada regresi ini diasumsikan terdapat term gangguan berupa u
t
atau biasanya dikenal dengan komponen galat. Komponen ini merupakan variabel acak yang tidak
teramati, dihitung sebagai akibat dampak faktor lain pada respon dengan masing- masingnya berdistribusi normal. Koefisien, β
1,
β
2,
..., β
n
merupakan koefisien regresi dari setiap variabel independen dan akan mempengaruhi variabel dependennya
secara positif maupun negatif.
3.1.3. Hipotesa
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah penelitian, dapat dikembangkan hipotesis penelitian, yaitu :
1. Kesediaan penduduk dalam menerima biaya kompensasi diduga dipengaruhi
oleh pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas tempat tinggal, lama tinggal, serta status kepemilikan rumah.
2. Besar WTA penduduk dalam menerima kompensasi diduga dipengaruhi oleh
pendapatan, luas tempat tinggal, lama tinggal, izin mendirikan bangunan serta status kepemilikan rumah.
3.2. Kerangka Operasional
Negara Indonesia adalah negara maritim yang unik karena wilayah perairannya lebih luas dari pada daratannya. Potensi air yang berlimpah nampaknya
tidak mampu dikelola dengan baik sehingga menimbulkan permasalahan pengelolaan perairan yang dapat menimbulkan bencana alam yang harus dihadapi
seperti banjir. Jakarta yang notabene berperan sebagai ibukota Indonesia ini menjadikan konsekuensi logisnya adalah bahwa kota ini juga tidak bisa lepas dari
ancaman banjir. Kota Jakarta cukup berpengaruh secara ekonomi dan sosial karena menjadi pusat pemerintahan dan pengembangan administrasi serta menjalankan
roda bisnis yang paling pesat di nusantara, sehingga berdampak pada daya tarik masyarakat untuk kemudian berdatangan dari segala pelosok daerah. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak pula pada peningkatan kebutuhan akan lahan sebagai tempat tinggal semakin memperparah kondisi Ibukota.
Urbanisasi mengakibatkan kepadatan penduduk di perkotaan, sedangkan daya dukung lahan di kota-kota besar seperti Jakarta sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan para pendatang urbanit yang membutuhkan tempat tinggal terpaksa membangun tempat tinggal di lahan milik negara, seperti di bantaran
sungai. Pengalihfungsian lahan untuk kemudian dijadikan pemukiman baru tidak dapat dielakkan lagi sehingga akan menyebabkan penyempitan daerah di sepanjang
bantaran Sungai Ciliwung. Padatnya pemukiman di bantaran sungai beserta aktivitas yang dilakukan
penghuni pemukiman tersebut di bantaran sungai seperti dijadikan lokasi pembuangan sampah, mencuci peralatan rumah tangga dan pakaian, merupakan
beberapa hal yang menjadi penyebab banjir dan pencemaran yang dapat merusak lingkungan. Banjir yang paling sering terjadi adalah di ibukota Jakarta, terutama
daerah-daerah yang dialiri Sungai Ciliwung. Salah satu daerah terparah terkena banjir adalah yang terjadi di Kampung Pulo Jakarta Timur. Oleh karena itu,
pemerintah daerah melakukan upaya perbaikan lingkungan dengan melakukan normalisasi di bantaran Sungai Ciliwung dan juga untuk penataan DAS Ciliwung